Berita Bali
Apa yang Dilaksanakan Saat Banyu Pinaruh? Berikut Penjelasannya
Banyu Pinaruh Dilaksanakan Minggu 27 Maret 2022, Apa yang Dilaksanakan Saat Banyu Pinaruh? Berikut Penjelasannya
Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Apa yang Dilaksanakan Saat Banyu Pinaruh? Berikut Penjelasannya
Sehari setelah Hari Raya Saraswati atau Redite (Minggu) Paing, Wuku Sinta disebut dengan Banyu Pinaruh.
Dimana, Banyu Pinaruh ini dilaksanakan pada hari ini, Minggu 27 Maret 2022.
Saat Banyu Pinaruh, masyarakat Hindu di Bali akan melaksanakan upacara pelukatan ke sumber mata air baik ke pantai maupun ke air klebutan.
Ida Pedanda Wayahan Wanasari dari Griya Wanasari Sanur mengatakan, saat pelaksanaan Banyu Pinaruh, umat harus melakukan samadhi.
Baca juga: Mengenal Arti Hingga Makna Banyu Pinaruh
Juga melakukan palukatan atau pembersihan diri di segara atau laut, campuhan, danau.
“Atau bisa juga melukat ke sulinggih atau pedanda,” kata Ida.
Selanjutnya ada prosesi natab banten Aji Sraswati.
Setelah itu, dilanjutkan dengan nunas nasi yasa untuk ngayasaang raga dalam mengimplementasikan pengetahuan sesuai dengan perkembangan jaman.
Sementara itu, Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda mengatakan, Banyu Pinaruh ini memiliki arti air pengetahuan.
"Kita mohon tirta amerta setelah kemarin kita merayakan Hari Raya Saraswati," kata Ida.
Ida menambahkan, pengetahuan akan terjadi apabila diri kita telah bersih dan akan dialirkan melalui tirta amerta ini.
Karena bagaimanapun juga dari segi aspek mistik dan magis bahwa sesungguhnya segala mala, dosa, papa, pataka, wigna itu bisa dihanyutkan melalui kehadiran Dewi Gangga di bumi.
"Seperti apa yang ada dalam kisah Adi Parwa dimana teruatnya 60 ribu anak Prabu Sagara karena berani kepada Rsi Kapila.
Baca juga: Banyu Pinaruh, Makna Suci Pembersihan Diri Setelah Saraswati
Maka dengan demikian hanya dengan menurunkan Gangga ke-60 ribu anak Sagara diruwat untuk menuju pada kehidupan keabadian," kata Ida.
Keabadian yang dimaksud Ida adalah amerta kamandalu, amerta sanjiwani dan amerta pawitra.
Jika pada Banyu Pinaruh hanya mandi begitu saja ke laut.
Maka menurut Ida dengan adanya Gangga Pratista ini juga dilengkapi dengan upacara mapekelem mapahayuning jagat.
(*)