Berita Bali

Pagerwesi, Momen Memagari Diri, Persembahkan Segehan Lima Warna untuk Panca Maha Butha

Pagerwesi, Momen Memagari Diri, Persembahkan Segehan Lima Warna untuk Panca Maha Butha

Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Rizal Fanany
Umat hindu melaksanakan persembahyangan Pagerwesi di Pura Jagatnatha, Denpasar, Rabu 3 Februari 2021. Pagerwesi, Momen Memagari Diri, Persembahkan Segehan Lima Warna untuk Panca Maha Butha 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pagerwesi, Momen Memagari Diri, Persembahkan Segehan Lima Warna untuk Panca Maha Butha

Setelah Hari Raya Saraswati yang merupakan hari turunnya ilmu pengetahuan, dilanjutkan dengan Banyu Pinaruh.

Selanjutnya pada hari Seninnya merupakan hari Soma Ribek dan keesokan harinya adalah Sabuh Mas pada Anggara Wage, Watugunung.

Setelah Sabuh Mas, keesokan harinya disebut Pagerwesi yang jatuh pada Buda (Rabu) Kliwon Wuku Sinta.

Pagerwesi ini dirayakan setiap enam bulan atau 210 hari sekali dan dilaksanakan hari ini, Rabu 30 Maret 2022.

Baca juga: Sabuh Mas Hingga Pagerwesi, Berikut Ini Piodalan Pada Wuku Sinta

Dalam lontar Sundarigama dijelaskan tentang Hari Raya Pagerwesi sebagai berikut.

Buda Kliwon, ngaran Pagerwesi, Sang Hyang Pramesti Guru, sira mayoga, kairing dening watek dewata nawasanga, gawerdiaken uriping sarwa tumitah, tumuwuh maring bhuana kabeh, irika wenang sang sedaka mengarga puja parikrama, pasang lingga, ngarcana padue Ida Betara Parameswara.

Artinya:

Pada hari Rabu (Buda) Kliwon wuku Sinta, disebut dengan Pagerwesi, saat hari raya ini yang dipuja yaitu Sang Hyang Pramesti Guru atau Siwa dan diiringi oleh Dewata Nawasanga.

Tujuannya yaitu untuk menyelamatkan segala makhluk yang lahir dan tumbuh di alam ini. 

Oleh karena itu patutlah para sulinggih melakukan pemujaan untuk semua cipataan Bhatara Prameswara.

Dalam website PHDI, phdi.or.id juga disebutkan Pagerwesi ini memiliki artinya pagar dari besi yang melambangkan suatu perlindungan yang kuat. 

Hari Raya Pagerwesi ini sering pula diartikan sebagai hari untuk memagari diri atau magehang awak. 

Dengan ilmu pengetahuan itulah manusia magehang awak atau memagari diri agar selalu berjalan pada ajaran kebenaran atau dharma. 

Lebih lanjut dalam Lontar Sundarigama juga disebutkan upakara saat Pagerwesi ini.

Baca juga: Makna Soma Ribek dan Kaitannya Dengan Saraswati Hingga Pagerwesi Dalam Hindu Bali

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved