Berita Denpasar

Nyoman Wardani, Wanita Tangguh yang Bangga akan Profesinya Sebagai Juru Parkir Pasar Badung

Nyoman Wardani, Wanita Tangguh yang Bangga Akan Profesinya Sebagai Juru Parkir Pasar Badung

Penulis: Putu Honey Dharma Putri W | Editor: Harun Ar Rasyid
Tribun Bali/Honey Dharma Putri
Nyoman Wardani, Wanita Tangguh yang Bangga Akan Profesinya Sebagai Juru Parkir Pasar Badung 

TRIBUN-BALI.COM - Kehidupan di Pasar Badung memanglah sungguh menarik untuk disimak.

Suasana yang ramai dan sibuknya aktifitas pasar membuat suasana pasar memiliki kekhasanya tersendiri.

Begitu juga banyak profesi yang bisa dijumpai ketika kita mengunjungi sebuah pasar.

Profesi-profesi tersebut juga tidak kalah menarik untuk diperhatikan.

Seperti salah satu profesi yang cukup menarik di pasar Badung ialah seorang juru parkir wanita.

Seorang wanita paruh baya, bertopi anyaman dengan peluit yang tergantung di lehernya, terlihat sibuk memarkirkan kendaraan bermotor milik para pengunjung pasar.

Peluh bercucuran terlihat membasahi wajahnya. Mungkin bagi sebagian orang itu merupakan suatu hal yang unik karena seorang wanita tidak lazim berprofesi sebagai juru parkir yang notabene dikerjakan oleh lelaki.

Wanita setengah baya itu bernama Nyoman Wardani. Pekerjaan sebagai juru parkir ini sudah dilakoninya selama 4 tahun.

"Saya sudah 4 tahun kerja begini. Jadi juru parkir di Pasar Badung, memang jarang dilakoni oleh wanita, tapi saya ya kerja saja untuk cari nafkah daripada diam dirumah,"

Namun kendati demikian Nyoman Wardani sangat menyukai pekerjaanya sebagai juru parkir. Karena baginya hanya pekerjaan ini yang menerimanya untuk bekerja dan juga dapat menghibur hatinya, yang senang dengan keramaian susana pasar dan juga senang menambah teman.


Walaupun memang tuntutan ekonomi yang juga mendorongnya untuk melakukan profesi ini tetapi ia tetap bersyukur dan berusaha tetap mencarinhal positif dari pekerjaanya sebagi juru parkir ini.

"Ya kerjaan ini juga bisa menghibur saya, saya suka lihat suasana ramai, berbincang sama teman-teman pedagang, itu menyenangkan hati saya,"

Ia mengaku awalnya suaminya yang berprofesi sebagai petani mengajaknya untuk ikut bekerja di sawah. Tetapi ia menolak karena sudah bosan dengan susana dikampungnya. Maka dari itubia memilih menjadi juru parkir.

"Suami saya kerja di sawah, tapi saya tidak mau ikut. Bosan dengan susana desa. Jadi saya bekerja disini sambil menghibur diri," jelasnya sambil tersenyum

Nyoman Wardani mengaku perharinya ia bisa menyetor uang ke perkempulan juru parkir denpasar paling banyak Rp. 100 ribu. Setelah disetor, uang tersebut akan dibagi tiga. Sehingga ia peeharinya mendapat komisi sebesar Rp. 35 ribu saja.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved