Berita Bali

Penjor dan Silsilah Menegakkan Dharma

Salah satu ciri khas Galungan di Bali adalah dengan pendirian penjor, berikut ini makna penjor dan silsilah menegakkan dharma

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Rizal Fanany
Seorang pekerja bersiap mengirim pesanan hiasan penjor di Jalan Kepundung, Denpasar, Minggu 11 April 2021. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Penjor dan Silsilah Menegakkan Dharma.

Awal bulan Juni 2022 mendatang, umat Hindu akan kembali merayakan Hari Suci Galungan.

Salah satu ciri khas Galungan di Bali adalah dengan pendirian penjor.

Biasanya penjor dipasang sebelum Galungan, kebanyakan ketika hari penampahan Galungan. 

Penjor termasuk perlengkapan upacara dan upakara Hari Suci Galungan, yang memiliki posisi sakral dan disucikan.

Baca juga: Pegatwakan, Rangkaian Terakhir Perayaan Galungan, Penjor Dicabut

Oleh karena itu, pembuatan dan pemasangannya tidak boleh sembarangan dengan tujuan agar penjor yang bernilai suci ini tetap suci. 

Serta sebagai salah satu bagian upacara dan upakara dalam mengagungkan kekuatan dan kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasi-Nya.

Hari Suci Galungan, menurut tradisi umat Hindu di Bali setiap 6 bulan sekali yang sering disebut rerainan jagat (piodalan gumi).

Salah satu sebagai perlengkapan merayakan Hari Suci Galungan para umat Hindu di Bali membuat penjor.

Oleh karena itu, penjor diyakini sebagai lambang wujud gunung tertinggi yang merupakan tempat berstananya Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya.

Di samping itu, gunung juga dipercaya memberi kesejahteraan, kesuburan, dan sumber kebahagiaan bagi hidup umat manusia.

Sarana upacara penjor terdiri sebatang bambu sepanjang kurang lebih 10 meter dengan ujungnya melengkung ke bawah.

Hal itu, sebagai simbol Rwa Bhineda, yaitu ada Dharma dan Adharma, atau baik dan tidak baik. 

"Hal tersebut dapat dilihat dari wujud bambu itu sendiri, ada yang lurus sebagai simbol kebenaran dan ada yang melengkung ke bawah sebagai simbol ketidakbenaran," ucap Jero Mangku Ketut Maliarsa, kepada Tribun Bali, Jumat 22 April 2022.

Selain itu, dikatakan bahwa bambu dipakai sebagai sarana membuat penjor karena bambu sebagai lambang atma dan paramaatma yang merupakan satu-kesatuan dalam menjiwai kehidupan manusia.

Baca juga: MAKNA Penjor, Sarana Wajib saat Hari Raya Galungan dan Kuningan sebagai Lambang Kemenangan Dharma

Dengan simbol itu, diharapkan umat Hindu membangkitkan semangat Dharma untuk mampu mengalahkan sifat-sifat Adharma.

Sehingga disimbolkan dengan menancapkan penjor ke tanah, sebagai kebangkitan Dharma melawan Adharma, dan mampu memperoleh kemenangan Dharma. 

Selain itu, penjor dihias dengan janur, plawa (campuran dari daun cemara, daun endong, pakis aji, dan lain sebagainya).

Selain itu, sebagai wujud syukur dan terima kasih atas kemurahan limpahan kesejahteraan dan kesuburan, dipersembahkan juga berupa hasil bumi.

Berupa pala gantung dan pala bungkah seperti buah jagung, mentimun, kelapa, pisang, jaje begina, jaje uli, umbi-umbian seperti umbi ketela, keladi, dan lainnya. 

"Penjor Galungan dikatakan sakral,  karena berfilosofi sebagai lambang keagungan dan kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa beserta prabhawaNya. Sehingga umat Hindu di Bali mengekspresikan rasa syukur dan rasa terima kasih serta mengagungkan kebesaran Tuhan, pada saat Hari Suci Galungan dengan salah satunya membuat penjor," ucap Pemangku Pura Campuhan Windhu Segara. 

Pemasangan penjor Galungan dimulai pada hari penampahan Galungan, sebagai simbol mulai para umat Hindu membangkitkan pikiran, tingkah laku, dan kata-kata menuju kebenaran (Dharma).

Sehingga memulai membangkitkan dan memegang teguh prinsip Dharma untuk melawan Adharma.

Selain itu, penjor dipasang di depan rumah tempat keluar (lebuh) sebelah kanan sebagai simbol pemegang dan pelaksana kebenaran (Dharma).

Posisi ini tergantung pada lokasi rumah, yaitu jika rumah menghadap ke timur berarti pemasangan penjor di sebelah selatan menghadap ke jalan, begitu seterusnya yang penting di sebelah janan pintu keluar rumah.

Baca juga: Makna Pemasangan Penjor di Lebuh Serta Makna Kelengkapan Penjor

Pencabutan penjor Hari Suci Galungan yaitu 35 hari dari saat Anggara Dungulan (hari penampahan Galungan) sampai pada hari Pegatwakan atau Hari Suci Buda Kliwon Pahang.

"Yang tidak kalah pentingnya, diketahui bahwa penjor Galungan juga dikatakan perwujudan Naga Basuki dan Naga Anata Boga sebagai lambang kesuburan dan kesejahteraan," sebutnya. 

Untuk itulah, penjor di depan di pasang sanggah cucuk melengkung sebagai simbol Ardha Candra dan juga dilambangkan kepala naga. 

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved