Berita Pendidikan

Pemerataan Pendidikan Sebagai Gerbang Awal Merdeka Belajar

PEMERATAAN PENDIDIKAN SEBAGAI GERBANG AWAL MERDEKA BELAJAR PEMERATAAN PENDIDIKAN SEBAGAI GERBANG AWAL MERDEKA BELAJAR

Editor: Harun Ar Rasyid
ist
Nama saya adalah Yoakim Zordan Halawa. Saya dipanggil Zordan 

Oleh: Yoakim Zordan Halawa

TRIBUN-BALI.COM - Nama saya adalah Yoakim Zordan Halawa. Saya dipanggil Zordan.

Saya salah seorang putera daerah Nias yang nun jauh di pelosok barat sana, yang konon katanya pulau yang tak terlihat pada atlas se-Asia.

Mungkin benar adanya seperti itu, namun meski begitu, tidak mengurangi rasa bangga saya terhadap daerah saya ini yang saya labeli dengan julukan “Ufuk Jingga Tersembunyi”.

Saya juluki demikian karena Nias menyimpan segudang potensi untuk dikembangkan sebagai tempat para wisatawan berlabuh untuk menikmati kekayaan & keindahan alam yang khas, yang hanya bisa dinikmati di daerah ufuk barat.

Namun sayangnya, potensi ini masih tersembunyi, belum tersentuh secara maksimal lewat media-media kekinian sebagai ajang sumber informasi di kalangan anak-anak zaman now, yang mengedepankan melihat perkembangan sosialita dan entertaiment di media sosial daripada pengenalan budaya dan geografi mengenai bangsanya sendiri.

Saya meninggalkan pulau itu meninggalkan orang tua, saudara serta semua orang yang disayangi demi mengadu nasib mengejar cita-cita di daerah yang tak pernah saya datangi sebelumnya yaitu Bali. Hal itu bisa terjadi karena saya merasa bahwa pendidikan yang didapatkan dari luar daerah lebih bagus dari pendidikan dari daerah sendiri seperti salah satunya di kabupaten Nias selatan terdapat sebuah perguruan tinggi swasta yang menurut saya perlu pembinaan lebih dari pemerintah pada fasilitas sarana dan prasarana kampus yang masih tidak lengkap dan perlunya perbaikan. Harusnya hal seperti inilah yang perlu diperhatikan oleh pemerintah guna meningkatkan daya tarik siswa siswi lulusan daerah untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi yang ada di daerah masing masing serta meringankan biaya hidup dan biaya pendidikan. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan diluar daerah dengan harapan membawa ilmu baru yang tidak didapatkan oleh mahasiswa di sana serta dapat mengimplementasikannya untuk pendidikan daerah saya kedepannya.
Saat ini saya sedang kuliah di Universitas Mahasaraswati Denpasar. Sekarang sudah Semester VI program studi Akuntansi. Pada semester ini saya sedang mengikuti program unggulan pemerintah Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (KEMENDIKBUDRISTEK) yaitu “KAMPUS MERDEKA” dengan sub kegiatan “KAMPUS MENGAJAR” dan saat ini sedang mengikuti program tersebut dengan penempatan di SD Negeri Ketawang, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.

Di tengah kejenuhan belajar daring sejak pandemi Covid-19, tiba-tiba ada info bahwa Kementerian Pendidikan sedang merekrut mahasiswa untuk menjadi agen perubahan bangsa dengan mengabdikan diri untuk mengajari anak-anak sekolah regenerasi selanjutnya setelah masa ini karena di tangan merekalah tujuan dan harapan bangsa ini diserahkan.

Awalnya keraguan ada dalam pikiran untuk tidak mendaftarkan diri dikarenakan wabah penyakit yang sedang melanda bumi yang mengharuskan segala bentuk kegiatan dilaksanakan secara virtual. Hingga pada akhirnya memutuskan untuk mendaftarkan diri dan ikut seleksi dengan membelakangi setiap resiko yang akan ada dengan tujuan utama ialah “Belajar dan mengabdikan diri” dengan ilmu yang sudah didapatkan selama ini. Di sisi lain, saya juga merasa berutang budi dan tanggung jawab besar untuk negeri ini atas perjuangan para pejuang terdahulu yang telah gugur dalam mempertahankan NKRI dan pendidikan anak bangsa seperti yang sudah saya dapatkan. Hal itu menjadi pemacu adrenalin diri untuk ikut dalam program ini.

Berbicara tentang Kampus Mengajar yang sedang diikuti saat ini, Kampus Mengajar merupakan ajang di mana mahasiswa melakukan suatu terobosan baru dalam membantu pendidikan bangsa, sebagai generasi millenial yang akan membuat perubahan bangsa. Mahasiswa juga membantu pemerintah dan guru-guru sebagai garda terdepan dalam pemerataan pendidikan nasional, mahasiswa juga berkesempatan dalam mengabdikan dirinya untuk negeri.

Dalam acara Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Global Dialogue, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa “Dunia masih kekurangan simber daya dan kesiapan dalam menghadapi pandemi Covid-19, serta rencana masa depan dimana dampak yang dialami saat ini di seluruh dunia. Masih ada 300 miliar penduduk dunia yang masih belum bisa mengakses internet dan mengoperasikan media-media pembelajaran daring termasuk Indonesia”.

Dalam meningkatkan pemerataan pendidikan di Indonesia ini, perlu kita ketahui bersama permasalahan pendidikan di Indonesia pada umumnya ialah keterbatasan jumlah guru terampil, sarana dan prasarana yang tidak memadai, minimnya bahan pembelajaran seperti buku bacaan, mahalnya biaya pendidikan, mutu pendidikan yang rendah, dan banyak lagi lainnya.

Banyak upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi hal itu, namun saat ini masih belum bisa dikatakan berhasil karena beberapa diantaranya masih belum tersentuh dan terealisasi, seperti keterbatasan jumlah guru di setiap sekolah, sarana prasarana yang tidak memadai dan sebagainya.

Untuk menindak lanjuti hal itu, pemerintah sudah banyak berusaha memberikan beberapa upaya yang mampu mengangkat kualitas dan mutu pendidikannya seperti menyediakan sekolah gratis mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP), membangun serta menyediakan sarana dan prasarana yang memadai termasuk sarana olahraga untuk setiap sekolah baik yang ada di perkotaan maupun pedesaan sesuai kebutuhannya, memberikan beasiswa kepada siswa yang berprestasi dan/atau dari keluarga yang tidak mampu, serta subsidi biaya pendidikan bagi sekolah yang diprioritaskan pada daerah-daerah yang kemampuan ekonominya lemah.

Namun, dengan tersedianya itu semua tanpa tenaga pendidik yang cukup memadai dalam melaksanakannya apakah efektif? Tentu jawabannya tidak.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved