Sampradaya
Diterpa Isu Sampradaya, SMAN Bali Mandara Buka Suara
Warganet saat ini sedang diributkan.Dengan isu SMAN Bali Mandara, terpapar ajaran sampradaya non dresta Bali.Informasi itu diedarkan oleh banyak w
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Warganet saat ini sedang diributkan.
Dengan isu SMAN Bali Mandara, terpapar ajaran sampradaya non dresta Bali.
Informasi itu diedarkan oleh banyak warga, hingga membuat pihak sekolah buka suara.
Baca juga: Puluhan Warga Geruduk Gedung PHDI, Tolak Sampradaya Hingga Burujung Penyegelan
Kepala SMAN Bali Mandara, Nyoman Darta, pada Jumat, 27 Mei 2022, mengatakan memang saat ini sedang viral di media sosial.
Terkait foto-foto sekolah yang dikunjungi oleh sejumlah tokoh, yang menganut ajaran sampradaya non dresta Bali.
Namun ia menegaskan, foto itu sejatinya diambil pada 2018 lalu.
Jauh sebelum MDA dan PHDI Bali, mengeluarkan Surat Keputusan (SK) tentang Pembatasan Kegiatan Pengembanan Ajaran Sampradaya Non Dresta Bali di Bali.
Dimana SK itu baru diterbitkan MDA dan PHDI Bali pada 2020 lalu.
Darta menjelaskan, pada 2018 lalu sekolah memang sempat mengundang PHDI Buleleng.
Untuk memberikan pencerahan atau dharma wacana, kepada siswa terkait peringatan hari Siwaratri.
Usai kegiatan tersebut, sekolah tiba-tiba dihubungi seorang oknum yang mengaku berasal dari PHDI Bali.
Oknum tersebut meminta agar diizinkan memberikan dharma wacana yang juga terkait Siwaratri.
Baca juga: Terkait Polemik Sampradaya, Begini Tanggapan Puskor Hindunesia
"Kami tidak pernah membeda-bedakan tamu.
Karena kegiatan dharma wacana itu, menurut kami dapat melatih kemampuan siswa dan menambah rasa percaya diri.
Namun saat mengisi dharma wacana, ternyata mengarah pada sampradaya," ucapnya.
Mengetahui dharma wacana yang diberikan mengarah pada ajaran sampradaya non dresta Bali.
Maka pihak sekolah tidak dapat langsung menghentikan kegiatan tersebut.
Setelah dharma wacana usai, pihak sekolah langsung memberikan penguatan kepada siswa.
Untuk memilah dharma wacana yang diberikan," terangnya.
Baca juga: Begini Pendapat Bendesa Agung MDA Bali Terkait Kemelut Sampradaya
Ditahun yang sama, Darta juga tidak memungkiri sekolah kembali menerima kunjungan dari salah satu institusi.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, kunjungan institusi itu hanya diterima oleh dewan guru dan beberapa staf saja.
"Dari kunjungan itu, kami diberikan kenang-kenangan dan foto bersama.
Saya diberikan kenang-kenangan yang berkaitan dengan sampradaya non dresta Bali.
Kenang-kenangan itu kami simpan di tempat khusus agar tidak dijangkau siswa," jelasnya.
Baca juga: Terkait Pencabutan Pengayoman Sampradaya oleh PHDI, Begini Tanggapan Puskor Hindunesia
Foto-foto kunjungan sejumlah oknum itu, diunggah oleh pihak sekolah melalui website.
Dan hingga saat ini tidak pernah dihapus.
Sebab, hal tersebut terjadi pada 2018 lalu, jauh sebelum MDA dan PHDI Bali mengeluarkan SK Pembatasan Kegiatan Pengembanan Ajaran Sampradaya Non Dresta Bali di Bali.
Foto-foto itu kemudian baru diviralkan oleh sejumlah warganet di Facebook.
"Tahun 2018 lalu kami kan tidak tahu akan seperti ini.
Kami hanya menerima tamu.
Semua foto kami simpan di website, tidak pernah kami hapus dan tidak ada yang kami tutup-tutupi," ucapnya.
Darta pun menegaskan, hingga saat ini tidak ada siswa yang berafiliasi pada paham sampradaya non dresta.
Sebab setiap tidur malam, seluruh siswa diberikan refleksi, atau merenungkan perbuatan yang telah dilakukan.
Pun pihak sekolah juga sudah memberikan klarifikasi melalui zoom meeting.
"Meski ada kabar yang sedang viral, kami di sekolah selalu nyaman.
Ini akan menjadi pelajaran juga untuk kami, agar lebih selektif menerima tamu," ungkapnya. (*)
