Berita Denpasar
Pihak Bule Australia Pengelola Yayasan LHB di Bali Bantah Selewengkan Dana Donasi Pandemi
Pihak Bule Australia Pengelola Yayasan LHB di Bali Bantah Selewengkan Dana Donasi Pandemi, Berikan Klarifikasi Ini
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Harun Ar Rasyid
Staff LHB yang mengurus paket donasi, Gek Yuni, mengakui bahwa sudah ada rincian daftar harga untuk paket sumbangan ke para penerima.
Bahkan, dengan paket senilai Rp 900 ribu, disebutnya telah memiliki isi bantuan merata dan jelas.
Lebih dari itu, setiap pembelian paket dan para penerimanya akan difoto dan dikirimkan bukti-buktinya ke para donatur.

“Ada paket Rp 900 ribu, seperti berisi 25 Kg beras, 60 telor, 2 liter minyak, 1 box mie, termasuk bawang merah/putih, cabai, tomat, tempe, pencuci piring, sabun, sampo, uang cash Rp50 ribu, dan lain-lainnya. Impossible kalau paket itu disebut Rp 300 ribu, dan tidak ada kami pangkas dari Rp900 ribu menjadi Rp300 ribu, namun ada donasi umum di luar paket seperti rp 100 ribu dan Rp 150 ribu juga kami belanjakan paket senilai itu,” ucap Yuni, yang sehari-hari mempersiapkan paket di yayasan LHB ini.
“Bantuan lain selain sembako, ada bedah rumah, bantuan kursi roda, kesehatan, lalu di bidang Pendidikan, tidak hanya di Denpasar Badung saja melainkan seluruh Bali,” imbuhnya
Staff di yayasan LHB, Gek Cahaya menerangkan, bahwa A tidak memiliki restaurant melainkan hanya warung makan dengan harga standar kurang lebih Rp 15.000 s.d. Rp 30.000.
“Ibu A mengontrak warung dan tidak ada restaurant, ibu juga sudah banyak membantu kami selama pandemi dan kami merasa hutang budi juga,” terangnya.
Menutup pertemuan itu, Kelihan Dinas Glogir Carik, Jarot menambahkan bahwa dalam hal ini pihaknya memfasilitasi atas pemberitaan yang beredar sebuah Yayasan di wilayah binaannya yang tersandung kasus dugaan penyelewengan tersebut, sehingga ia berinisiatif memanggil pihak Yayasan LHB untuk memberikan klarifikasi supaya masalah tidak berlarut.
“Sebagai orangtua di Banjar Gelogor Carik ini, saya sangat bersyukur kepada A, karena beliau sangat peduli bukan hanya untuk warga Gelogor Carik saja, tapi semua umat. Hanya karena kebetulan dia mengontrak di Bali, di Gelogor Carik, ya tentu kami akan cari solusi. Lewat kejadian ini menjadi pembelajaran bersama, mari kita cari benang merahnya,” ujarnya.
“Jadi tujuannya mengklarifikasi, memang benar apa yang disampaikan A soal bedah rumah, memang ada warga saya. Beli (beri ke warga Pemogan-red) kursi roda ada, sumbangan sembako, dan lainnya. Ini sosial dan kemanusiaan, diingat atau tidak diingat hanya Tuhan yang bisa membalas,” sambung Jarot
Sebelumnya diberitakan Tribun Bali, dugaan penggelapan dana donasi sosial atau charity dilakukan oleh sebuah Yayasan milik warga negara Australia di Kota Denpasar, Bali dengan nominal mencapai sekitar 19 Miliar Rupiah yang dikumpulkan oleh para donatur di negara Australia selama 2 tahun pandemi.
Dugaan penggelapan dana bansos ini dilakukan oleh WN Australia yang bermukim di Denpasar, Bali bersama pasangannya yang merupakan seorang WNI.
Warga Australia, melalui juru bicaranya RB, mengungkapkan bahwa dari hasil penelusuran, dana Rp 19 miliar itu tidak semuanya disalurkan kepada masyarakat Bali yang terdampak COVID-19, namun hanya sebagian yang didistribusikan berupa paket sembako namun Sebagian lainnya diduga untuk kepentingan konsumsi pribadi.
Kasus ini juga diselidiki pihak kepolisian di Australia. Dikatakan RB, Yayasan tersebut sampai saat ini menghimpun dana dari para donatur di Australia.
Para donatur menyalurkan donasi lewat dua rekening. Satu rekening bank di Indonesia dan satu rekening bank di Australia.