MotoGP
Bahan Bakar Fosil di MotoGP Berakhir 2027, Dorna Sports Pilih Bakar Ketimbang Listrik
Pihak Dorna Sports selaku promotor dan pemegang hak balapan MotoGP bersikeras motor MotoGP tetap mengandalkan motor bakas alias internal combustion...
Selain dua fakta motor MotoGP lebih memilih mengubah bahan bakar fosil ke bukan fosil alias sintentik, yaitu suara dan aroma gas buang.
Ada lagi alasan kenapa motor MotoGP gak latah berubah jadi motor MotoGP bertenaga listrik.
Pihak Dorna Sports sudah melakukan simulasi balapan motor listrik dengan ajang kejuaraan dunia balap Moto-E.
Selain motor listrik tidak memilik suara seperti halnya motor dengan internal combustion engine alias motor bakar.
Plus juga tak mengeluarkan aroma gas buang yang khas.
Motor balap listrik tergolong bobotnya berat karena harus mengusung baterai Lithium Ion yang terbilang berat.
Apalagi spesifikasi motor MotoGP harus bisa melibas lebih dari 20 lap dengan total lebih dari 100 km.
Baca juga: Jack Miller Belajar Dari Para Pembalap Top di MotoGP, Apakah Menjadi Sebuah Ancaman?
Baterai motor listrik untuk kebutuhan performa tinggi dan jarak jauh perlu baterai yang besar dan efeknya berat.
Alhasil, motor MotoGP bakal memerlukan baterai pengganti untuk swap battery dengan kata lain sisi logistik jadi lebih banyak.
Makin banyak baterai cadangan, berbanding lurus dengan berat kargo MotoGP yang harus dibawa.
Makin berat bobot kargo maka nominal biaya yang dikeluarkan pun makin tinggi.
Tak hanya ketersediaan baterai cadangan, tapi juga harus ada charging station untuk melakukan cas baterai yang sudah dipakai.
Alat pengecasan atau charging station yang mobilitasnya tinggi tentu generator tenaga diesel.
Sementara, generator diesel untuk bisa menyala dibutuhkan bahan bakar fosil.