Berita Bali
TRAGEDI Bom Bali I, Pada 12 Oktober 2002, Simak Ulasan Pengamat Terorisme Unud
Pasalnya, Bali dikenal sebagai kawasan wisata yang tentunya diminati oleh para wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Penulis: Ida Bagus Putu Mahendra | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - 20 tahun yang lalu, tepatnya pada 12 Oktober 2002, Pulau Dewata Bali mendapat serangan terorisme.
Bom Bali meledak di Kuta, membuat banyak warga lokal dan asing meninggal dunia.
Tentu saja aksi terorisme ini, menjadi tragedi maut terburuk dalam sejarah Bali.
Bali yang seharusnya dapat menjadi tempat wisata, dan tempat tinggal yang aman dan nyaman malah mendapat serangan brutal dari oknum yang disebut teroris itu.
Baca juga: PESAN Mantan Wagub Bali Alit Putra, Tatkala Menangani Tragedi Bom Bali, Simak Kisahnya
Baca juga: LEDAKAN BOM Asrama Brimob Dari Sebuah Paket, Begini Kondisi Briptu Dirgantara

Mereka terkena ledakan bom yang di kawasan Kuta, Bali.
Lebih dari 200 nyawa melayang akibat tragedi maut, yang dikenal dengan tragedi Bom Bali I ini.
20 tahun berlalu, para pemangku kepentingan kembali menggelar renungan terhadap tragedi maut ledakan Bom Bali I pada Rabu 12 Oktober 2022.
Lantas bagaimana perkembangan terorisme dewasa ini ?
Menanggapi hal tersebut, A.A. Bagus Surya Widya Nugraha, S.I.P., MS.i.
Selaku pengamat terorisme yang sekaligus menjadi Dosen Program Studi Hubungan Internasional di Universitas Udayana, menuturkan Bali masih menjadi target dalam serangan aksi terorisme.

Pasalnya, Bali dikenal sebagai kawasan wisata yang tentunya diminati oleh para wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
“Saya rasa masih tetap. Bali secara profile memang daerah pariwisata, dikunjungi orang-orang dari berbagai negara.
Menjadi target favorit sebenarnya, bagi kelompok aksi terorisme untuk melakukan serangan di Bali,” jelas Bagus Surya saat dihubungi Tribun Bali, melalui sambungan telepon pada Selasa 11 Oktober 2022.
Ia menegaskan, potensi Bali untuk mendapat serangan aksi terorisme masih sangat tinggi.
Lebih lanjut, Bagus Surya menuturkan, kelompok teroris terus beradaptasi dari waktu ke waktu.
Terorisme masih ada untuk menyebarkan ideologi, dan narasi-narasi yang mereka percayai.
Ia menjelaskan, aksi terorisme dapat dianalogikan seperti sleeping cells.
Sel yang seharusnya tertidur, tapi malah terbangun.
“Kalau soal terorisme saat ini, mereka terus beradaptasi dengan kondisi yang ada.
Mereka tetap ada untuk menyebarkan ideologi dan narasi-narasi yang mereka percayai sesuatu yang benar untuk dilakukan.
Bisa dianalogikan seperti sleeping cells, sel yang tertidur.
Kelompok terorisme ini seperti sesuatu yang harusnya tertidur, tapi mereka (teroris) malah terbangun,” jelasnya.
Adaptasi dapat dilihat dari oknum yang melakukan penyerangan tersebut.
Pasalnya, serangan aksi terorisme mulanya dilakukan oleh satu orang.

Seiring berjalannya waktu dan adaptasi yang dilakukan, kini serangan aksi terorisme dilakukan oleh satu keluarga.
Tak berhenti sampai disitu, Bagus Surya menuturkan, adanya perkembangan teknologi turut mendorong mengakarnya gerakan tersebut.
Mulai dari mempermudah perekrutan, hingga komunikasi yang dilakukan antar individu di dalam kelompok teroris tersebut.
“Strategi aksi terorisme pasti akan beradaptasi dengan perkembangan teknologi saat ini.
Jadi jelas peran teknologi akan mempermudah bagaimana cara mereka berkomunikasi dan mengembangkan jaringannya.
Itu membuat gerakan mereka jauh lebih efektif,” jelas Bagus Surya.
Bagus Surya, menuturkan, deteksi dini dan pencegahan serangan aksi terorisme dapat dilakukan dari tingkat banjar.
Ia berpandangan, banjar memiliki otoritas untuk mendata masyarakat di lingkungannya.
“Seperti misalnya kalau kita lihat di Bali, ada banjar.
Banjar memiliki kewenangan untuk melakukan pendataan terhadap penduduk yang masuk di wilayahnya.
Jadi bagaimana kita mengetahui profile orang-orang yang masuk ke wilayah kita.
Kemudian ada sesuatu yang terjadi, banjar adalah pihak yang paling pertama tau hal itu,” pungkas Bagus Surya saat dihubungi Tribun Bali melalui sambungan telepon pada Selasa 11 Oktober 2022. (*)