Berita Bali

Perhatikan Anak Tak Kencing Selama 12 Jam, Ini Imbauan Dokter RSUP Ngoerah Soal Gangguan Ginjal Akut

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali dr I Gusti Ngurah Sanjaya Putra SpA(K) bersama Gusti Ayu Putu Nilawati SpA(K) MARS memberi penjelasan

(Putu Yunia Andriyani)
Konferensi pers dr. I Gusti Ngoerah Sanjaya Putra,Sp.A (K) terkait update kasus perkembangan gangguan ginja akut yang sedang terjadi di Bali 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Seperti halnya yang ramai di media, penyebab Acute Kidney Injury (AKI) atau gagal ginjal akut belum diketahui hingga saat ini.

Berdasarkan informasi yang beredar bahwa AKI juga ada di negara lain seperti di Afrika.


Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan di benak masyarakat Indonesia.

Apakah kasus gagal ginjal di Indonesia saat ini ada kaitannya dengan kasusnya di Afrika?

Menjawab pertanyaan tersebut, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali dr I Gusti Ngurah Sanjaya Putra SpA(K) bersama Gusti Ayu Putu Nilawati SpA(K) MARS memberi penjelasan melalui konferensi pers di RSUP Prof Ngoerah.

Baca juga: Diisukan Menjadi Penyebab Gagal Ginjal Akut, Begini Penjelasan BPOM Terkait Obat Batuk India


“Hingga saat ini kami belum bisa memastikan keterkaitannya antara kasus di Afrika dengan yang terjadi di Indonesia. Semua masih dalam proses pencarian aetiologi atau sebab-musibahnya,” tegas dokter Sanjaya.


Kasus gagal ginjal ini juga dikaitkan dengan beberapa kasus lainnya.

Namun, ia menegaskan pihaknya belum bisa memastikan hal itu sebagai penyebab MIS-C (Multisystem Inflammatory Syndrome in Children) ini.

MIS-C merupakan sindrom peradangan pada anak-anak yang melibatkan jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau organ pencernaan.

Baca juga: Kian Marak, RSUD Klungkung Belum Temukan Kasus Gagal Ginjal Akut Misterius pada Anak


Kasus gagal ginjal ini juga saat ini ramai dikaitkan dengan obat-instan seperti obat batuk dan pilek yang berasal dari India.

Terkait dengan hal tersebut, dokter Sanjaya menjelaskan, pihaknya juga belum mengetahui kejadian tersebut.


Selain itu, ia menuturkan kejadiannya berada di negara yang berbeda sehingga memerlukan penelitian secara luas.

Untuk gejala yang ditemui dari beberapa pasien yang dirawat di RSUP Prof Ngoerah mengalami gangguan pada dua organ.

Gangguan pada 17 pasien yang dirawat tersebut terjadi pada organ saluran napas dan organ saluran pencernaan.


Hal yang sangat perlu diwaspadai adalah pasien tidak mengeluarkan urine atau kencing dalam kurun waktu 12 jam.

Bahkan berkurangnya urine menjadi sangat sedikit pun dalam 24 jam sekitar 0,3/kg/jam juga menjadi gejala gangguan ginjal akut ini.

Baca juga: Apa Penyebab Gangguan Ginjal Misterius Pada Anak-anak? Waspadai Gejala yang Muncul


“Untuk gagal ginjal begitu gejalanya pada umumnya di mana pun dan saya rasa untuk gejala AKI-nya mirip dengan yang lain. Namun untuk penyebab itu yang belum diketahui dan memerlukan proses penelitian lebih lanjut,” ujar dokter Sanjaya.


Di Bali, kasus gangguan ginjal akut ini mendominasi anak-anak di bawah 7 tahun, namun ada satu orang yang berusia 17 tahun.

Paling kecil pasien yang dirawat terkait dengan kasus ini berusia 8 bulan. Dari 17 kasus pasien pengidap gagal ginjal akut di Bali, 11 di antaranya meninggal dunia.


Karena aetilogi yang belum diketahui, dokter Sanjaya juga belum bisa memastikan kerentanan gangguan ginjal ini pada anak-anak.

Dokter Sanjaya mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dengan berbekal gejala yang telah disebutkan.


Dokter Gusti Ayu Putu Nilawati SpA(K) MARS dari Divisi Nefrologi KSM Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof Ngoerah menjelaskan awal terkait dengan gangguan ginjal adalah penurunan fungsi ginjal yang mendadak dalam beberapa jam sampai beberapa minggu.

Dokter Nila menuturkan ada dua tanda untuk melihat gangguan ginjal akut pada manusia.

Pertama, melihat poduksi urine atau kencing dan pemeriksaan laboratorium dengan kadar serum creatinine.


Apabila produksi urine berkurang, seseorang berpotensi untuk mengalami gangguan ginjal akut. Ini merupakan pemeriksaan termudah yang dapat dilakukan oleh masyarakat.

Sedangkan untuk pemeriksaan laboratorium bertujuan menghitung laju filtrasi glomerulus.


“Filtrasi glomerulus ini merupakan salah satu indikator utama untuk pemantauan fungsi ginjal. Fungsi ginjalnya baik atau tidak, nah dengan tes ini kita mengukur fungsi ginjal. Kalau filtrasi glomerulus ini menurun, maka fungsi ginjal ini menurun,” jelas dokter Nila.


Dari fenomena gangguan ginjal akut yang terjadi saat ini, masyarakat perlu mengetahui beberapa hal.

Ketika ada anak yang sakit dengan gejala batuk, pilek, mencret, atau apa pun, selalu perhatikan produksi kencingnya.

Apabila kencing berkurang daripada 0,3 cc / kg BB / jam dalam 24 jam atau tidak kencing dalam 12 jam, artinya ada kegagalan yang terjadi di ginjalnya.


Ada tahapan-tahapan untuk mengetahui tingkatan kondisi gangguan ginjal, yaitu dengan menggunakan RIFLE Criteria, singkatan dari Risk, Injury, Failure, Loss, dan ESRD.


Risk artinya berisiko yang ditandai dengan produksi urin kurang dari 0,5 cc/kg Berat Badan/jam dalam kurun waktu 6-8 jam. Injury hampir sama dengan Risk, namun daam kurun waktu 12 jam.

Sedangkan Failure artinya kondisi ginjal sudah gagal dan tahap ini merupakan tahap yang memiliki risiko tinggi dan perlu diwaspadai.


Ada banyak penyebab gagal ginjal akut di antaranya Prerenal atau faktor yang memperburuk fungsi ginjal.

Prerenal juga merupakan kondisi sebelum darah masuk ke ginjal. Contohnya seperti kurang minum sehingga menyebabkan gangguan ginjal.


Selanjutnya adalah Renal yaitu gangguan pada organ ginjalnya contohnya seperti ada tumor pada ginjalnya. Renal juga bisa terjadi karena ginjal terkontaminasi obat-obatan yang langsung meracuni ginjal.


Terakhir adalah Post Renal yaitu kegagalan fungsi ginjal yang posisinya setelah struktur ginjal.

Post Renal terjadi di sepanjang saluran kemih akibat penyakit misalnya tumor di sekitar saluran kencing.

Namun, berkaitan dengan kasus yang saat ini terjadi, cukup membuat bingung dokter Nila.


“Sementara kasus yang kita hadapi saat ini adalah pasien yang sebagian besarnya adalah anak-anak dirujuk ke rumah sakit dengan gagal ginjal. Namun tidak satu pun penyebabnya yang kita ketahui dialami oleh mereka,” tutur dokter Nila bingung.


Karena belum diketahuai penyebabnya, penyakit gangguan ginjal ini disebut dengan “Unknown”. Melalui pengetahuan kedokteran dokter Nila dan rekannya masih mencari penyebabnya.


Walaupun belum menemukan penyebabnya, dokter Nila mengatakan pihaknya telah menangani pasien yang dirujuk. Gagal ginjal pasien yang datang ke rumah sakit sudah di stadium tiga atau Failure.


Penanganannya sendiri adalah dengan terapi pengganti ginjal atau cuci darah. Cuci darah menggunakan dua metode yaitu hemodialisis atau cuci darah menggunakan mesin.

Yang kedua adalah peritineal dialisis atau cuci datang dengan dipasang alat di perutnya. (*)

 

 

Berita lainnya di Penyakit Gagal Ginjal

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved