Berita Jembrana

Warga Korban Banjir di Jembrana Tak Ingin Direlokasi, Sebut Terlalu Jauh dan Takut Tak Nyaman

Warga Pengungsian Tak Ingin Direlokasi *Terlalu Jauh dan Takut Tak Nyaman *Rencana Relokasi Pengungsian Dibatalkan

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Harun Ar Rasyid
Tribun Bali/Coco
Suasana di posko pengungsian Balai Tempek Kerta Sari, Lingkungan Bilukpoh Kangin, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Minggu 30 Oktober 2022. 

NEGARA, TRIBUN BALI - Suasana di Posko Pengungsiang warga terdampak banjir bandang di Balai Tempek Kerta Sari, Lingkungan Bilukpoh Kangin, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, tampak berjalan normal, Minggu 30 Oktober 2022.

Sejumlah anak-anak juga tampak riang bermain bersama di lokasi ini.

Rencana pemerintah merelokasi tempat pengungsian ditolak mentah oleh warga.

Alasannya, selain jauh juga ditakutkan tak nyaman.

Suasana di posko pengungsian Balai Tempek Kerta Sari, Lingkungan Bilukpoh Kangin, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Minggu 30 Oktober 2022.
Suasana di posko pengungsian Balai Tempek Kerta Sari, Lingkungan Bilukpoh Kangin, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Minggu 30 Oktober 2022. (Tribun Bali/Coco)

Apalagi warga banyak yang memiliki ternak.

Menurut informasi yang diperoleh, warga pengungsian rencananya direlokasi oleh pemerintah ke tempat yang lebih representatif.

Adalah sejumlah ruangan asrama di SMPN 4 Mendoyo.

Namun, karena warga menolak rencana relokasi pengungsian itu akhirnya dibatalkan.

Warga pengungsiang, Gusti Biang Raka (60) mengakui pihaknya bersama warga lain sudah menolak rencana tersebut (relokasi).

Sebab, selain lokasinya yang jauh, juga ditakutkan akan merasa tidak nyaman.

Apalagi, dirinya juga memiliki hewan ternak sapi dan babi yang dititip sementata di lahan warga lain di Bilukpoh Kangin.

"Sudah dua minggu di sini (posko pengungsian). Kemarin ada rencana relokasi tapi kami tidak mau. Selain jauh, kami juga takut tidak nyaman karena harus meninggalkan hewan ternak," ungkap Biang Raka saat dijumpai di lokasi.

Alasan lainnya, kata dia, jarak yang jauh juga akan mempersulit dirinya dan keluarga. Sebab, anaknya juga tak bisa mengendarai sepeda motor.

Dia menuturkan, sejak tiga hari lalu, dirinya bersama keluarga sudah mulai menempati tempat sementara.

Yakni bekas gudang pembuatan batako milik warga setempat yang dipinjam oleh Gusti Biang Raka bersama keluarganya. Tempat itu sudah mulai ia bersihkan sejak banjir bandang melanda.

"Sudah dari tiga hari kita tinggal di sana (tempat baru), tapi sementara. Kalai tidur kami di posko," ucapnya didampingi warga lain, Ni Nyoman Sadri (70).

Terpisah, Lurah Tegal Cangkring, Gusti Ngurah Eka Armadi menyebutkan, dari total 86 KK pengungsi sebelumnya, saat ini hanya tersisa 7 KK yang masih tinggal di posko pengungsian. Sebagian besar, mereka yang mengungsi sudah mendapat tempat sementara seperti di rumah keluarga atau kerabatnya.

"Tapi yang 7 KK saat ini sudah punya tempat. Tinggal pindah saja," katanya.

Dari informasi warga, sebagian dari pengungsi juga berencana segera kembali ke rumah lamanya. Namun, saat ini masih proses pembersihan dan menunggu aliran listrik normal.

Kemudian untuk rencana relokasi pengungsian, kata dia, untuk sementara dibatalkan. Sebab, warga tidak mau dipindahkan dengan berbagai pertimbangan. Terlebih lagi, warga juga tidak mungkin juga berlama-lama di lokasi pengungsian.

"Salah satunya kan karena jauh. Sehingga itu (relokasi) dibatalkan," tandasnya.

 

 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved