Berita Jembrana

Status Darurat Sampai Akhir 2022, Jembrana Belum Pulih, Ancaman Masih Ada

Banjir bandang Jembrana, status keadaan darurat diperpanjang karena penanganan belum selesai

Tribun Bali/Putu Yunia Andriyani
PMI Kabupaten Jembrana didukung PMI se-Bali akan berusaha distribusi air bersih dan sembako kepada warga terdampak banjir bandang dan angin kencang Jembrana - Status Darurat Sampai Akhir 2022, Jembrana Belum Pulih, Ancaman Masih Ada 

"Secara umum, kondisi di lapangan masih belum pulih. Kondisi ini perlu penanganan secara darurat," tegasnya.

Namun jika sebelum waktu tersebut kondisi di lapangan sudah kembali pulih, status darurat bisa dicabut.

Misalnya warga sudah kembali beraktivitas di rumahnya sehingga dapur umum yang dibangun tidak difungsikan lagi.

Sejumlah anak-anak di posko pengungsian tampak menikmati makan siang di Balai Tempek Kerta Sari, Lingkungan Bilukpoh Kangin, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Minggu 30 Oktober 2022.
Sejumlah anak-anak di posko pengungsian tampak menikmati makan siang di Balai Tempek Kerta Sari, Lingkungan Bilukpoh Kangin, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Minggu 30 Oktober 2022. (Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan)

Banyak Pertimbangan

Sementara itu, warga Lingkungan Bilukpoh Kangin, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Bali menolak rencana relokasi rumah.

Mereka mengaku sudah nyaman tinggal di sana meski terancam bencana.

Awalnya warga rencananya akan direlokasi ke asrama di SMPN 4 Mendoyo.

Pertimbangan warga bukan semata soal kenyaman, namun juga ternak.

Hal ini membuat rencana relokasi dibatalkan.

Warga pengungsi, Gusti Biang Raka (60) mengatakan, ia dan warga lain sudah menolak rencana relokasi.

Alasannya lokasinya yang jauh dan mereka khawatir merasa tidak nyaman.

Terlebih ia punya ternak sapi dan babi di Bilukpoh Kangin.

"Sudah dua pekan di sini (posko pengungsian). Kemarin ada rencana relokasi tapi kami tidak mau. Selain jauh, kami juga takut tidak nyaman karena harus meninggalkan hewan ternak," ungkap Biang Raka.

Tempat relokasi baginya juga jauh. Ini akan serba menyulitkannya.

Ia dan anaknya tak bisa mengendarai sepeda motor.

Ia mengaku sudah tinggal di tempat sementara, bekas gudang pembuatan batako milik warga yang ia pinjam.

Lokasi itu sudah mulai ia bersihkan meski belum bisa ia tempati.

"Sudah dari tiga hari kami tinggal di sana (tempat baru), tapi sementara. Kalai tidur kami masih di posko pengungsian," ucapnya. (*).

Kumpulan Artikel Jembrana

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved