Berita Tabanan
8 Siswi SMPN 2 Tabanan Kerauhan Sejak 3 Pekan Lalu, Dosen UNHI: Harus Dicek Itu Mungkin Histeria
Beberapa siswa SMP Negeri 2 Tabanan mengalami kerauhan, sebelum pelajaran diberikan tirta.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Nyaman dengan mengalihkan dengan menyalakan musik, misalnya.
“Kami buat mereka bahagia. Memberikan musik, melalui radio kelas, untuk membuat senang. Total murid ada 952, dengan jumlah kelas 26. Saat ini, sudah berjalan dengan lancar. Cuma Jumat, Sabtu, Senin pembelajaran daring dilakukan, sekarang sudah tatap muka lagi,” ujarnya.
Terpisah, praktisi atau pengusada yang berpengalaman dalam bidang kerauhan, DR Drs Ida Bagus Suatama MSi menjelaskan, hal yang terjadi di SMPN 2 Tabanan itu bukanlah peristiwa kerauhan.
“Itu bukan kerauhan, tetapi namanya adalah histeria sehingga dia kerauhannya bisa dalam kurun waktu yang lama,” kata Suatama.
Histeria merupakan bagian dari gangguan kejiwaan yang sering disamakan dengan kerauhan.
Suatama menjelaskan histeria bisa saja menular, yang awalnya hanya satu orang bisa merambat ke orang lain.
Layaknya pada sebuah film, tak sedikit penonton yang berusaha berlakon seperti para pemain film tersebut.
Suatama memperkirakan penyebab histeria yang dialami para pelajar tersebut berasal dari dalam diri atau pribadi siswa tersebut.
Namun, ia juga tak menyangkal apabila ada faktor-faktor yang eksternal yang menjadi penyebab histeria.
“Bisa jadi itu karena adanya stres terselubung yang berasal dari pribadi siswa-siswi tersebut. Itu bisa menjadi faktor-faktor pencetus sehingga mereka bisa mengalami kejadian itu,” tambahnya.
Suatama begitu paham dengan hal yang terjadi di SMPN 2 Tabanan karena sebelumnya ia pernah menangani kasus serupa.
Ia mengatakan, dirinya sudah biasa menangani kasus-kasus sejenis di sekolah seputar wilayah Denpasar.
Dekan Univeristas Hindu Indonesia ini juga menjelaskan, ada indikator lain juga yang menunjukkan kejadian di SMPN 2 Tabanan itu bukan kerauhan.
Apabila dalam peristiwa kerauhan sudah diberikan caru atau penetralisir, peristiwa kerauhan tersebut seharusnya tidak terjadi lagi.
“Hal-hal niskala yang masuk ke dalam tubuh manusia akan mengerti apabila mereka sudah diberikan caru. Mereka akan kembali ke soang-soang atau asalnya masing-masing, namun kalau masih terjadi, kemungkinan itu histeria,” jelas Suatama.