Human Interest Story

Kisah Guru Tari SLB N 1 Badung Ari Savitri, Mengajar Anak Tuna Rungu Dari Berbagai Daerah

Kisah Ni Nyoman Ari Savitri, mengajar murid tuna rungu menari, muridnya mendapat juara 1 nasional dalam menarikan Tari Merak Angelo

Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Tribun Bali/Putu Yunia Andriyani
Ni Nyoman Ari Savitri telah menjadi guru keterampilan seni tari di SMA LBB N 1 Badung semangat mengajari anak-anak belajar menari walau banyak tantangan - Kisah Guru Tari SLB N 1 Badung Ari Savitri, Mengajar Anak Tuna Rungu Dari Berbagai Daerah 

Ari yang juga merupakan wali kelas X ini bercerita kepada Tribun Bali murid-muridnya berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Ia pernah mengajar seorang anak asal Medan yang tidak mau belajar menari karena menurutnya itu sulit.

Tidak menyerah, Ari terus arahkan dia belajar menari dengan langsung praktikan, langsung koreksi, dan langsung menejunkannya ke panggung.

Dia yang awalnya tidak mau belajar menari akhirnya bisa menari dan Ari sangat senang karena muridnya mendapat juara 1 nasional dalam menarikan Tari Merak Angelo.

Dari sana muridnya tersebut baru menyadari bahwa ia juga bisa menari seperti orang lain.

“Mereka bisa hanya saja harus dibangkitkan kepercayaan dirinya dan yakinkan mereka mampu serta kita juga harus bisa memfasilitasi mereka. Walaupun ada hambatan dan halangan itu bukan hal yang membuat mereka berhenti berjuang,” tegas Ari.

Sekarang juga masih banyak anak dari berbagai daerah di luar Bali yang memulai dari nol.

Tidak hanya tidak bisa menari, tantangan semakin berat karena anak-anak tidak suka menari.

Ari pun dengan semangat “meracuni” anak-anak dengan hal-hal positif sampai akhirnya mereka bisa menari.

Ari menjelaskan, tantangan terbesar sebenarnya ada pada diri pelajar karena mereka tidak percaya diri dan tidak yakin pada kemampuan mereka.

Anak-anak ini cenderung menarik diri dari lingkungan, tetapi kalau diberikan keterampilan mereka akan meningkat percaya dirinya.

SMA LBB N 1 Badung telah mendapat dukungan dari pemerintah, sehingga orang tua tidak perlu ragu menyekolahkan anak-anak yang disabilitas.

Sekolah tersebut gratis dan tidak dipungut biaya apapun untuk mendukung pemberian hak anak dalam bidang pendidikan.

Namun, hal ini perlu kolaborasi dengan orang tua dan guru sebagai support system anak, sehingga mereka tetap semangat dan percaya diri.

“Anak-anak seperti itu tidak boleh dikurung, tetapi harus mendapatkan hak yang sama dengan anak lainnya untuk meraih cita-cita. Walaupun mereka memiliki kekurangan, kita akan menemukan berlian-berlian di dalamnya,” tutur Ari.

Ari berhadapan ke depannya semakin banyak anak-anak khususnya anak disabilitas yang mendapat kesempatan.

Eksistensi anak-anak ini harus ditunjukkan ke masyarakat umum, tapi bukan untuk dikasihani melainkan patut dibanggakan.(*).

Kumpulan Artikel Badung

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved