Human Interest Story
Media Lukisan Kamasan di Atas Keben, Telur dan Kipas, Diekspor hingga ke Belanda
Made Sutarjana membuat inovasi melukis gaya Kamasan tak hanya di atas kanvas, namun juga membuat lukisan kamasan di keben
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Produksi kerajinan dengan konsep lukisan Kamasan masih tetap diminati.
Yang paling diminati adalah kipas lukis Kamasan.
Hal tersebut diungkapkan oleh perajin dengan menggunakan seni lukis Kamasan, Made Sutarjana (52) yang menjadi salah satu peserta dalam Pameran IKM di Art Center, Denpasar, Bali.
Sutarjana mengatakan, saat pelaksanaan G20, beberapa kipas lukis kamasan yang dibuatnya pun banyak yang laku.
Baca juga: Mantan Pasien RSJ Bali Jadi Pelukis, Hingga Menjual Lukisannya Mulai dari Rp 1,5 Juta
Pemilik usaha Ratna Art ini membuat inovasi melukis gaya Kamasan tak hanya di atas kanvas, namun juga membuat lukisan kamasan di keben, kulit telur, kober, kipas, hingga untuk gantungan kunci.
Ditemui di Art Center Denpasar, Rabu 23 November 2022, Sutarjana mengatakan, usahanya ini sudah berjalan secara turun-temurun.
Awalnya hanya berupa lukisan kamasan, seiring berkembangnya waktu dilakukan beberapa inovasi.
“Ini usaha warisan dari leluhur, saya tidak tahu sejak kapan dimulai,” kata lelaki asal Banjar Sangging Kamasan Klungkung Bali itu.
Dalam hal membuat lukisan ini ia mengerjakannya secara manual.
Bahan-bahan dibelinya dari para perajin keben atau perajin suvenir.
Kemudian diolesi dengan bubut putih lalu dijemur hingga kering.
Setelah kering, digosok dengan kerang agar mudah dalam melukisnya.
“Setelah itu buat sketsa, lalu pewarnaan, dan tahap akhir yang disebut dengan nyawi. Memang ada perbedaan dibandingkan dengan melukis di kanvas. Misalnya, di keben agak susah membuat detailnya,” katanya.
Untuk motif yang dilukis adalah cerita pewayangan mulai dari Ramayana, Sutasoma, Mahabahrata, dan sejenisnya.
Beberapa karyanya ini terjual hingga ke luar negeri, seperti Belanda hingga Inggris.
Untuk menjalankan usahanya ini, ia memiliki sebanyak 11 pekerja yang merupakan tenaga lokal di wilayah Banjar Sangging Kamasan.
Dalam sehari, satu pekerja bisa membuat dua hingga lima lukisan untuk kipas kain.
Sementara kipas dari kayu masih lebih lama karena harus melukis pada dua sisi.
Untuk harga kipas lukis kamasan dijual mulai dari Rp 275 ribu hingga Rp 450 ribu.
Sementara untuk keben dijual dari Rp 150 ribu hingga Rp 270 ribu.
Dalam sebulan, ia meraup omzet mulai dari Rp 10 juta. (i putu supartika)
Kumpulan Artikel Denpasar