Berita Gianyar

Bule Jerman Ikut Metatah Massal di Karya Agung Desa Adat Batuan Gianyar

Upacara metatah massal berlangsung di Batuan, Sukawati, Gianyar, Bali. Salah satunya diikuti oleh WNA Australia yang sudah sudhi wadani.

Istimewa
Upacara metatah massal dalam karya agung Tawur Nawa Gempang di Desa Adat Batuan, Sukawati, Gianyar, Bali, Minggu 11 Desember 2022. Salah satunya diikuti oleh bule Jerman. 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Upacara besar atau karya agung Tawur Nawa Gempang di catuspata Desa Adat Batuan, Sukawati, Gianyar, Bali masih berlangsung.

Di mana pada Minggu 11 Desember 2022, berlangsung upacara metatah atau potong gigi massal.

Pesertanya berasal dari berbagai wilayah, tak tercuali warga negara asing. Salah satunya, Iris (33) seorang warga Jerman. 


Berdasarkan data dihimpun, karya agung ini juga serangkaian dari peringatan 1.000 tahun ditulisnya Prasasti Baturan 'Sahasra Warsa Batuan'.

Baca juga: Gek Diah, Anak Bupati Gianyar Akan Maju pada Pileg Bali 2024

Di mana isi prasasti tersebut memuat tentang pemerintahan zaman dulu, salah satunya adalah penghapusan pajak pada warga Batuan oleh raja karena di desa ini terdapat banyak seniman berbakat. 


Bendesa Batuan, I Nyoman Megawan mengatakan, pihaknya sangat berbahagia dapat menyelenggarakan upacara ini.

Terlebih selama berlangsungnya upacara, ia mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.

Bahkan dalam upacara metatah massal, masyarakat luar juga banyak yang berpartisipasi. Total ada 78 umat yang ikut metatah

 

Baca juga: Jelang Plebon Maestro Drama Gong, Lembu sampai Pementasan Seni Dihaturkan ke Puri Abianbase Gianyar


"Metatah massal ini menjadi salah satu bagian dari kegiatan sosial dalam membantu umat sedharma. Tidak terbatas dari Batuan saja, ada dari berbagai desa bahkan satu orang dari luar negeri, Jerman. Jumlah peserta 78 orang. Melibatkan 12 sangging," jelasnya.


Dia menjelaskan, kegiatan sosial ini merupakan bagian dari peringatan Sahasra Warsa ditulisnya prasasti Baturan.

Sebuah prasasti kuno yang hingga saat ini disucikan di Pura Puseh Desa Adat Batuan.

Baca juga: Sopir Angkot hingga Truk Antre Berjam-jam di SPBU Gianyar, Mengular hingga 500 Meter

Kata dia, prasasti tersebut dibuat tahun 944 Isaka atau 1022 Masehi pada mada kerajaan, Raja Bali ke X Srie Aji Marakata. Prasasti terdiri dari  tujuh lempengan tembaga yang bercerita tentang kehidupan, kewajiban, hak dan tanggungjawab masyarakat Batuan, yang kala itu disebut Baturan.


"Secara ringkas, prasasti Baturan berisi tentang krama Baturan pada saat itu memohon dibebaskan dari segala pajak, kerja rodi dan segala bentuk suguhan besar. Sebagai gantinya, krama Baturan bertanggung jawab atas kelanjutan aci di pura tempat suci Raja. Termasuk dalam berkesenian, bahwa sejak seribu tahun yang lalu telah tumbuh ragam seni di Baturan. Seperti misalnya seni tari, lukis, undagi, ahli senjata (Pande), ahli membuat aungan atau terowongan, hingga pelawak bebanyolan tercatat dalam prasasti," ujarnya.


Wakil Bendesa Batuan, I Wayan Sudha menambahkan, warisan adi luhung yang tertuang dalam prasasti ini pula yang menjadi spirit untuk pelestarian seni hingga kini.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved