Berita Bali

Waspada Lonjakan Kasus DBD 2023, Tahun Lalu Demam Berdarah Renggut Empat Nyawa di Klungkung

Kasus Demam Berdarah Dengue di Bali, angka kasus demam berdarah pada tahun 2022 mengalami fluktuasi.

Istimewa Dinkes Klungkung
Kegiatan foging untuk mengantisipasi demam berdarah di Kabupaten Klungkung, Bali, pada Minggu 29 Januari 2023 - Waspada Lonjakan Kasus DBD 2023, Tahun Lalu Demam Berdarah Renggut Empat Nyawa di Klungkung 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Dinas Kesehatan Klungkung meminta warga waspada melonjaknya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

Berdasarkan data, tahun lalu empat orang meninggal dunia akibat demam berdarah.

“Kasus demam berdarah memang masih terus ada. Kalau kami bandingkan dengan angka kasus tahun sebelumnya, belum ada penurunan angka yang signifikan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Klungkung, dr Ni Made Adi Swapatni, Minggu 29 Januari 2023.

Angka kasus demam berdarah pada tahun 2022 mengalami fluktuasi.

Baca juga: Waspada! 45 Kasus DBD Tercatat di Awal Tahun 2023, Iklim Berpotensi Bagi Perkembangbiakan Nyamuk

Namun tren peningkatan mulai muncul sejak Agustus hingga Desember 2022.

Tahun lalu Klungkung mencatat 616 warga terinfeksi demam berdarah yang empat di antaranya meninggal.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan per Rabu 18 Januari 2023, jumlah warga yang terinfeksi demam berdarah di Klungkung, Bali sudah mencapai 38 orang.

Kasusnya hampir merata ditemukan di setiap kecamatan.

“Curah hujan yang tidak menentu dan kondisi lingkungan juga menjadi faktor munculnya kasus demam berdarah. Bisa juga pengaruh pandemi yang membuat kegiatan gotong royong tidak optimal sehingga menjadi faktor pemicu juga kasus demam berdarah,” ungkap Swapatni.

Ia mewanti masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat, termasuk menjaga kebersihan lingkungannya dari jentik nyamuk untuk mencegah kasus demam berdarah.

Setiap ditemukan kasus demam berdarah di suatu wilayah, biasanya Dinas Kesehatan langsung melakukan fogging dan upaya pemberantasan sarang nyamuk melalui abatisasi.

Apalagi musim hujan seperti sekarang, banyak genangan air yang bisa menjadi sarang jentik nyamuk.

“Sosialisasi menurut saya sejauh ini sudah berkesinambungan. Tapi kasus demam berdarah ini memang perlu adanya kesadaran dari masyarakat. Agar bagaimana di lingkungannya bisa bebas dari jentik nyamuk,” kata Swapatni.

Sedangkan di Jembrana, dari awal Januari ini hingga kemarin tercatat 45 kasus demam berdarah.

Pada 2022, kasus tertinggi hanya 48 kasus di bulan Desember dengan jumlah total 347 kasus sepanjang tahun.

"Banyak faktor penyebab dari tingginya kasus DBD saat ini. Salah satunya adalah iklim," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jembrana, I Gede Ambara Putra. (mit/mpa)

Cuaca dan Kembang Biak

Cuaca tak menentu, hujan deras namun kemudian muncul matahari. Kondisi ini yang ternyata sangat mendukung kembang biak nyamuk.

"Jika hujan selalu deras, potensinya justru kecil. Itu karena genangan air terbawa hujan, tidak bisa jadi tempat kembang biak nyamuk," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jembrana, I Gede Ambara Putra.

Potensi tingginya kasus juga karena adanya perpindahan warga. Satu cara yang ampuh adalah dengan pemberantasan sarang nyamuk.

Sedangkan pemerintah menyediakan fasilitas kesehatan serta melakukan upaya fogging.

"Ketika ada penderita demam berdarah digigit nyamuk, maka nyamuk yang menggigit juga akan menggigit warga lain. Akhirnya warga lain terinfeksi," jelas dia. (mit/mpa)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved