Berita Bali
Pariwisata Bali Dikatakan Sudah Pulih, Pengusaha Bali: Banyak Pengusaha Belum Bangkit
Ketika dikonfirmasi, salah seorang pengusaha senior di Bali, Panudiana Kuhn mengatakan, masih banyak hotel di Bali, yang okupansinya minim
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pariwisata Bali dikatakan sudah membaik pasca pandemi.
Namun tak sedikit pengusaha khususnya di bidang perhotelan yang dalam kondisi belum pulih sepenuhnya.
Sebelumnya mereka telah mempertahankan agar hotelnya tidak gulung tikar akibat pandemi Covid-19 kemarin.
Ketika dikonfirmasi, salah seorang pengusaha senior di Bali, Panudiana Kuhn mengatakan, masih banyak hotel di Bali, seperti Kuta, yang okupansinya masih minim.
Baca juga: Stimulus Industri Pariwisata, Pemkot Denpasar Berikan Sertifikasi Gratis Kepada 290 Pekerja
Tidak hanya hotel, restoran, toko, juga banyak yang kosong.
Meskipun, kata Panudiana lagi, kawasan Badung, Canggu saat ini sudah mulai ramai.
“Ada, banyak pengusaha yang belum bangkit, yang utangnya banyak. Utangnya makin banyak, jualannya (kamar hotel) makin rendah. Bayar bunga terus setiap bulan, itu yang buat banyak hotel dijual juga,” jelasnya pada, Jumat 10 Januari 2023.
Baca juga: Sumbangkan Dana 31,5 M PAD Bali, Dispar Gandeng Pelaku Pariwisata Terapkan Kontribusi Wisatawan
Terutama, kata dia, hotel-hotel kecil lokal masih mengalami kondisi berat.
Utang yang dimiliki pengusaha hotel tinggi, tetapi kamar-kamar yang disediakan dijual dengan harga murah.
Di samping itu, hotel-hotel yang disita bank juga banyak.
Baca juga: Desa Penghasil Arak dan Sektor Pariwisata Dukung Hari Arak Bali Tanggal 29 Januari
“Yang utangin (bank) banyak, karena jualinnya (kamar hotel) makin murah di Bali. Sekarang hotel bintang lima lokal di Bali, kamarnya dijual murah, di bawah Rp1 juta, seperti Rp700 ribu, Rp800 ribu, Rp900 ribu, itu terlalu murah."
"Harusnya jual Rp4 juta, Rp2 juta, seperti Hotel Ritz Carlton, Westin, bintang lima mewah lainnya, ini (harganya) tinggi-tinggi,” tambahnya.
Baca juga: Musnahkan Kokain Hingga Ganja, Kapolda Bali: Peredaran Narkoba Berbanding Lurus Dengan Pariwisata
Jika terus begitu, kata dia, hotel bisa sangat rugi.
Apalagi, jika hotel bintang lima yang letaknya di pinggir pantai.
Ia menilai, harusnya bisa dijual lebih mahal. Seperti hotel-hotel di Labuan Bajo. Yang mana per malam, harganya bisa mencapai Rp2,5 juta hingga Rp4 juta.
Tidak hanya hotel, transportasi di Bali juga dinilai masih murah.
Hotel, transportasi, hingga restoran Bali dinilainya masih murah jika dibandingkan dengan Jakarta.
Sehingga tidak heran, banyak pionir transportasi di Bali yang bangkrut.
“Tapi masih banyak akomodasi yang tua yang masih bisa bertahan. Seperti Grup Santrian, Grup Maya Ubud, Grup Ramayana, dan lainnya. Mudah-mudahan masih berkelanjutan,” harap dia.
Terkini ia melihat, sektor usaha tempat hiburan seperti beach club tengah naik daun.
Bahkan terbaik saat ini, sebut saja yang tengah viral seperti Atlas Beach Club.
Usaha di bidang perhotelan, restoran, toko, saat ini dinilainya cukup jenuh.
“Hotel sudah jenuh, karena kebanyakan kamar. Restoran, toko, transport jenuh karena kebanyakan. Sekarang yang trend-nya itu, dancing, pesta, minuman alkohol."
"Ini kenapa Bali harus dipromosikan, karena Bali punya beach club, provinsi lainnya seperti Jawa kan tidak boleh ada begitu-begitu,” tutupnya. (*)
Berita lainnya di Pariwisata di Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.