Berita Klungkung
Rayakan Tumpek Krulut, Program Klungkung Menari Hadirkan Fragmen Semara Ratih, Kisahkan Kasih Sayang
para seniman di Klungkung, Bali mementaskan fragmen tari "Semara Ratih" yang alur ceritanya erat berkaitan dengan kasih sayang.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Pementasan Klungkung Menari digelar pada Sabtu 18 Februari 2023, serangkaian perayaan Tumpek Krulut.
Dalam program tersebut, para seniman di Klungkung, Bali mementaskan fragmen tari "Semara Ratih" yang alur ceritanya erat berkaitan dengan kasih sayang.
Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta yang hadir dalam pementasan fragmen tari tersebut mengatakan, program Klungkung Menari pada bulan ini dirangkaikan dengan perayaan Hari Tumpek Krulut.
Kata lulut dalam bahasa Bali berarti jalinan atau rangkaian.
Baca juga: Dua Tahun Tidak Terselenggara Karena Pandemi, Program Klungkung Menari Kembali Digelar Tahun 2023
Pada rerainan ini, umat Hindu di Bali memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Iswara, dan Tumpek Krulut kerap disandingkan dengan Hari Kasih Sayang.
Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta mengatakan, Tumpek Klurut dilaksanakan sesuai dengan makna dan tujuannya seperti penggunaan jati diri seperti berbuat, berpikir dan berperilaku dengan baik.
Sehingga terciptanya kedamaian dan kasih sayang.
"Belakangan, Tumpek Krulut dipopulerkan sebagai Rahina Tresna Asih atau Hari Kasih Sayang," ujar Suwirta, Minggu 19 Februari 2023.
Pementasan fragmen tari "Semara Ratih" yang dipentaskan di Balai Budaya Ida Dewa Istri Kanya Klungkung ini disutradarai oleh I Dewa Gede Alit Saputra.
Fragmen ini mengisahkan seorang raksasa yang memiliki kesaktian tak terbatas, bernama Nila Ludraka yang hendak menghancurkan Dewa Loka.
Kekhawatiran akan kehancuran Dewa Loka ini, membuat Hyang Pasupati memberikan petunjuk, agar meminta bantuan kepada Dewa Siwa yang sedang bertapa di Gunung Kailasa.
Karena kelak, hanya putra Dewa Siwa-lah yang akan mampu mengalahkan Nila Ludraka.
Kemudian dititahlah Hyang Kamajaya dan Dewi Ratih serta didampingi Dewa Wisnu menuju Gunung Kailasa.
Selanjutnya, niat baik Hyang Kamajaya ingin membangunkan Dewa Siwa yang sedang bertapa di puncak gunung Kailasa, membawa petaka.
Dengan panah semara panca wisaya yang dibentangkan mengenai jantung Dewa Siwa, membuat Dewa Siwa terbangun dan murka.
Akibatnya, Dewa Siwa membakar hidup-hidup Hyang Kamajaya hingga menjadi abu.
Dewi Ratih yang menyaksikan kejadian ini merasa sedih, dan memohon agar dirinya pula ikut dibakar, dengan tujuan agar selalu bisa mendampingi Hyang Kamajaya.
Setelah Dewi Ratih mengorbankan dirinya, tiba-tiba Dewa Siwa dirasuki perasaan kasmaran, akibat terkena panah semara panca wisaya milik Hyang Kamajaya yang mengenai jantungnya.
Dewa Siwa lupa akan niatnya melanjutkan tapa.
Yang terbayang adalah rasa kasmaran dan cintanya kepada Dewi Uma.
Fragmen ini digarap sangat sederhana dengan mengadopsi teknik pentas gaya pemanggungan teater.
Para penari dan penabuh dari Sanggar Kayonan Klungkung.
Sementara koreografer dan dalang oleh Wah Lanyuk, dan komposer, Dewa Danan.
Kadis Kebudayaan Klungkung, Ida Bagus Jumpung Oka Wedhana mengungkapkan, Klungkung Menari kembali digelar mulai tahun 2023.
Setelah 2 tahun ditiadakan karena pandemi.
Namun pada tahun ini, Klungkung menari akan digelar 6 kali selama setahun.
Hal ini karena keterbatasan anggaran pasca pandemi Covid-19.
Jika sebelumnya, program ini digelar setiap bulan, namun saat ini hanya 6 kali dalam setahun.
“Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Klungkung Menari digelar setiap akhir bulan. Untuk saat ini, setahun 6 kali," jelas Ida Bagus Jumpung.
Selain memberikan kesempatan para seniman untuk berkarya dan tampil, program Klungkung Menari juga memberikan hiburan seni dan budaya kepada masyarakat.
Hal ini dibuktikan dengan antusiasme masyarakat yang tinggi, di setiap gelaran Klungkung Menari.(*)
Kumpulan Artikel Klungkung

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.