Berita Gianyar

Sumber Air Mengandung Bakteri E-Coli Masih Bisa Digunakan, Bercermin Dari Kasus di Gianyar

Di mana seperti disebutkan oleh Dinkes Gianyar, penyebab gelaja itu karena mereka mengonsumsi air yang mengandung bakteri E-Coli.

Istimewa
Ilustrasi bakteri - Dinas Kesehatan Gianyar terus memantau kondisi masyarakat Desa Pering, Blahbatuh yang pada Februari 2023 kemarin terserang E-Coli, atau bakteri yang menyebabkan masyarakat mengalami gejala lemas, muntah dan diare. Di mana seperti disebutkan oleh Dinkes Gianyar, penyebab gelaja itu karena mereka mengonsumsi air yang mengandung bakteri E-Coli. Di mana air tersebut, masyarakat dapatkan dari sumber mata air atau air yang keluar langsung dari dalam tanah. 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Dinas Kesehatan Gianyar terus memantau kondisi masyarakat Desa Pering, Blahbatuh yang pada Februari 2023 kemarin terserang E-Coli, atau bakteri yang menyebabkan masyarakat mengalami gejala lemas, muntah dan diare.

Di mana seperti disebutkan oleh Dinkes Gianyar, penyebab gelaja itu karena mereka mengonsumsi air yang mengandung bakteri E-Coli.

Di mana air tersebut, masyarakat dapatkan dari sumber mata air atau air yang keluar langsung dari dalam tanah.

Pelaksana tugas Kepala Dinkes Gianyar, Ni Nyoman Ariyuni mengatakan, saat ini kondisi masyarakat Desa Pering yang terkena E-Coli yang berangsur-angsur membaik.

Pihaknya pun akan terus memonitoring agar situasi benar-benar pulih.

"Kita berikan perhatian sampai situasi normal," ujarnya.

Terkait adanya laporan beberapa warga Banjar Banda, Desa Saba, yang diduga juga terkena E-Coli, Ariyuni mengatakan pihaknya telah melacak kondisi masyarakat setempat lewat rekam medis di puskesmas atau pelayanan kesehatan.

Sejauh ini, kata dia, tak ada gelaja diare yang serius dialami oleh warga Desa Saba.

Baca juga: Sumber Air di Blahbatuh Gianyar Diduga Tercemar Bakteri Ecoli, Warga: Korbannya Anak-Anak

Baca juga: Penelitian Terbaru Mengungkapkan Bakteri Gunakan Manusia untuk Hindari Antibiotik

Ilustrasi bakteri - Dinas Kesehatan Gianyar terus memantau kondisi masyarakat Desa Pering, Blahbatuh yang pada Februari 2023 kemarin terserang E-Coli, atau bakteri yang menyebabkan masyarakat mengalami gejala lemas, muntah dan diare.

Di mana seperti disebutkan oleh Dinkes Gianyar, penyebab gelaja itu karena mereka mengonsumsi air yang mengandung bakteri E-Coli.

Di mana air tersebut, masyarakat dapatkan dari sumber mata air atau air yang keluar langsung dari dalam tanah.

Pelaksana tugas Kepala Dinkes Gianyar, Ni Nyoman Ariyuni mengatakan, saat ini kondisi masyarakat Desa Pering yang terkena E-Coli yang berangsur-angsur membaik.
Ilustrasi bakteri - Dinas Kesehatan Gianyar terus memantau kondisi masyarakat Desa Pering, Blahbatuh yang pada Februari 2023 kemarin terserang E-Coli, atau bakteri yang menyebabkan masyarakat mengalami gejala lemas, muntah dan diare. Di mana seperti disebutkan oleh Dinkes Gianyar, penyebab gelaja itu karena mereka mengonsumsi air yang mengandung bakteri E-Coli. Di mana air tersebut, masyarakat dapatkan dari sumber mata air atau air yang keluar langsung dari dalam tanah. Pelaksana tugas Kepala Dinkes Gianyar, Ni Nyoman Ariyuni mengatakan, saat ini kondisi masyarakat Desa Pering yang terkena E-Coli yang berangsur-angsur membaik. (Istimewa)

 

"Data Sistem Kewaspadaan Dini Respone di rumah sakit dan puskesmas, tidak ada menunjukan lonjakan ataupun outbreak diare akut di wilayah Saba, surveilans masih melakukan crosscek di bidan praktek/praktek swasta lainnya," ujarnya.

Terkait sumber air yang telah nyata mengandung E-Coli apakah harus ditutup atau tak digunakan seterusnya?

Terkait itu, Ariyuni menegaskan bahwa air yang bersumber dari manapun, jika dikonsumsi secara langsung atau tidak dimasak, maka berpotensi mengandung E-Coli. Terlebih lagi air tersebut berada di alam terbuka.

Sebab kotoran hewan atau sampah berbahaya bisa saja mencemari.

"Intinya, masaklah air sebelum dikonsumsi. Penyebab tercemarnya mata air umum dan terbuka bisa banyak. Bisa dari kotoran binatang, bakteri, dan lain-lain karena dia terbuka," jelasnya. 

"Yang harus dilakukan masyarakat sebenarnya memastikan air itu aman sebagai air minum atau konsumsi lainnya harus dimasak terlebih dahulu.

Karena mata air terbuka memang sangat riskan. Bisa saja dicek sekarang terlihat aman tapi besok lusa bisa tercemar, atau sekarang bisa terlihat tercemar tapi nanti bisa bersih. Kembali lagi karena itu mata air terbuka," tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved