Berita Karangasem

Karangasem Darurat Tanggul Pantai, 31 Kilometer Pesisir Masuk Wilayah Abrasi

Proyek pembangunan tanggul pencegahan abrasi oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Balai Wilayah Sungai (BWS) di Karangasem.

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Istimewa
Ilustrasi pantai -  Proyek pembangunan tanggul pencegahan abrasi oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Balai Wilayah Sungai (BWS) di Karangasem segera dimulai. JICA dan BWS sudah memetakan sebaran proyek di pesisir pantai Karangasem. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Karangasem, Wedasmara mengungkapkan, panjang pembangunan tanggul pencegahan abrasi diperkirakan mencapai lima kilometer. 

TRIBUN-BALI.COM - Proyek pembangunan tanggul pencegahan abrasi oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Balai Wilayah Sungai (BWS) di Karangasem segera dimulai.

JICA dan BWS sudah memetakan sebaran proyek di pesisir pantai Karangasem.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Karangasem, Wedasmara mengungkapkan, panjang pembangunan tanggul pencegahan abrasi diperkirakan mencapai lima kilometer.

Baca juga: Bulatkan Tekad Dukung Anies Baswedan, NasDem-Demokrat-PKS Tanda Tangani Piagam Kerja Sama 3 Partai

Baca juga: Harga Sejumlah Kebutuhan Pokok Mulai Turun Usai Nyepi, Tapi Harga Cabai Merah Mesar Malah Naik

Ilustrasi pantai -  Proyek pembangunan tanggul pencegahan abrasi oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Balai Wilayah Sungai (BWS) di Karangasem segera dimulai.

JICA dan BWS sudah memetakan sebaran proyek di pesisir pantai Karangasem.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Karangasem, Wedasmara mengungkapkan, panjang pembangunan tanggul pencegahan abrasi diperkirakan mencapai lima kilometer.
Ilustrasi pantai -  Proyek pembangunan tanggul pencegahan abrasi oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Balai Wilayah Sungai (BWS) di Karangasem segera dimulai. JICA dan BWS sudah memetakan sebaran proyek di pesisir pantai Karangasem. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Karangasem, Wedasmara mengungkapkan, panjang pembangunan tanggul pencegahan abrasi diperkirakan mencapai lima kilometer. (Pixabay)

Ia mengatakan, proyek ini akan menyentuh wilayah pesisir di Pantai Buitan, Desa Manggis, Kecamatan Manggis sampai di Pantai Candidasa, Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem. Pembangunan tanggul ini dianggap mendesak karena pantai tersebut masuk kawasan wisata.

"Sudah masuk perencanaan, jadi kemungkinan segera akan dibangun. Cuma kami belum bisa memastikan bentuk (tanggul, red) bagaimana," kata Wedasmara, Jumat (24/3).

Proyek JICA dan BWS ini akan mengurangi peta sebaran daerah rawan abrasi di Karangasem. Dari 85 kilometer panjang pantai di Karangasem, 31 kilometer masuk wilayah terancam abrasi karena belum ada revetment.

Sebagai informasi, revetment merupakan bangunan yang difungsikan sebagai break water atau dinding pantai. Kegunaannya sebagai pemisah antara perairan pantai dengan daratan. Selain itu, keberadaan revetment bisa sekaligus melindungi pantai dari pengikisan dan hantaman gelombang menuju daratan.

"Jadi 54 kilometer pantai sudah ada pengaman. Seperti revetment, tanggul, dan karang. Sedangkan 31 kilometer lebih pesisir pantai potensi abrasi karena berpasir. Tidak memiliki pembatas yang melindungi daratan saat air pasang," demikian ia menjelaskan.

Garis pantai di Karangasem yang berpotensi abrasi tersebar di Kecamatan Kubu, Karangasem, Manggis, dan Abang. Sedangkan desa yang daerahnya rawan abrasi yakni Candidasa, Jasri, Tumbu, Antiga Klod, Buitan, Bugbug, Purwakerti, Bunutan, Pertima, Baturinggit, Tulamben, Tianyar Barat, Tianyar, dan sejumlah desa lainnya.

Dikutip dari website resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan, faktor alam yang dapat menyebabkan terjadinya abrasi antara lain pasang surut air laut, angin di atas lautan, gelombang laut serta arus laut yang sifatnya merusak.

Sedangkan faktor manusia membuat ketidakseimbangan ekosistem laut. Terjadi eksploitasi besar-besaran yang dilakukan terhadap kekayaan sumber daya laut seperti ikan, terumbu karang dan biota lainnya. Apabila terjadi arus atau gelombang besar maka akan langsung mengarah ke pantai yang dapat menimbulkan abrasi.

Pemanasan global juga menjadi salah satu pemicu abrasi pantai misalnya aktivitas kendaraan bermotor atau dari pabrik-pabrik industri serta pembakaran hutan. Asap yang menghasilkan zat karbon dioksida tersebut akan menghalangi keluarnya panas matahari yang dipantulkan oleh bumi.

Akibatnya panas tersebut akan terperangkap di lapisan atmosfer yang dapat menyebabkan suhu di bumi meningkat. Apabila ada kenaikan suhu di bumi, maka es di Kutub akan mencair dan permukaan air laut akan mengalami peningkatan yang dapat mempengaruhi wilayah pantai yang rendah. (ful)

Ilustrasi pantai -  Proyek pembangunan tanggul pencegahan abrasi oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Balai Wilayah Sungai (BWS) di Karangasem segera dimulai.

JICA dan BWS sudah memetakan sebaran proyek di pesisir pantai Karangasem.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Karangasem, Wedasmara mengungkapkan, panjang pembangunan tanggul pencegahan abrasi diperkirakan mencapai lima kilometer.
Ilustrasi pantai -  Proyek pembangunan tanggul pencegahan abrasi oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Balai Wilayah Sungai (BWS) di Karangasem segera dimulai. JICA dan BWS sudah memetakan sebaran proyek di pesisir pantai Karangasem. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Karangasem, Wedasmara mengungkapkan, panjang pembangunan tanggul pencegahan abrasi diperkirakan mencapai lima kilometer. (Istimewa)

Pemkab Tak Punya Dana

Pemkab Karangasem tidak bisa berbuat banyak dengan abrasi pantai di wilayahnya. Dana yang dialokasikan untuk penanganan pantai sangat sedikit. Terakhir kali PUPR Karangasem melakukan penanganan pantai pada tahun 2017. Penanganan saat itu dilakukan tidak sepanjang proyek akan yang berlangsung dalam waktu dekat ini.

Tahun 2017, penangganan pantai hanya berkisar 200 sampai 300 meter. Tahun 2018 sampai 2022 bahkan sama sekali tidak ada penanganan. "Saya berharap penanganan pesisir pantai dapat perhatian dari Pemerintah Pusat, BWS, Pemprov, dan Pemkab," ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Karangasem, Wedasmara. (ful)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved