Berita Tabanan
BPBD Tabanan Simulasikan Penanggulangan Bencana Di SMPN 2 Tabanan
BPBD Tabanan simulasikan penanggulangan bencana di SMPN 2 Tabanan pada 26 April 2023.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Putu Kartika Viktriani
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tabanan melakukan simulasi kesiapsiagaan bencana.
Dimana hal ini dilakukan serangkaian menyambut Hari Penanggulangan Bencana (HKB) yang akan dilakukan setiap tanggal 26, setiap bulannya.
Salah satu lokasi digelarnya simulasi adalah di SMPN 2 Tabanan, yang dilaksanakan pada pukul 10.00 Wita pagi tadi.
Plt Kepala Pelaksana BPBD Tabanan, I Nyoman Srinadha Giri mengatakan, simulasi dilakukan awalnya yakni tepat pukul 10.00 Wita pihaknya melakukan evakuasi kepada para siswa.
Dimana ditandai dengan bunyi bel panjang di sekolah. Sebagai kesiap siagaan maka, waktu itu anak-anak sedang melaksanakan proses kegiatan pembelajaran di kelas.
Kemudian, ada bencana terjadi sehingga bel panjang dinyalakan. Para siswa pun berhamburan keluar kelas. Mereka mengamankan kepala dengan tas dan menuju titik lokasi aman di halaman sekolah.
Simulasi berjalan singkat dan aman tidak ada kendala.
Baca juga: Curi Ratusan Kayu dan Truk, Budi Gunawan Diringkus Polisi di Tabanan
“Simulasi ini sebagai peningkatan kesiap siagaan para siswa atau anak didik di Tabanan,” ucapnya Rabu 26 April 2023.
Giri mengaku, kesiapsiagaan ini sejatinya sudah rutin disampaikan khususnya dari pihak sekolah.
Hanya saja, para siswa kembali mendapatkan gambaran apa yang harus mereka lakukan jika terjadi bencana, untuk meminimalisir korban akibat dampak bencana.
Pendek kata, edukasi dari simulasi mandiri ini sebagai ruang edukasi penyelamatan diri oleh para siswa.
“Jadi ruang edukasi terus dilakukan untuk menyelamtkan diri (para siswa),” ungkapnya.
Giri mengaku, bahwa simulasi di SMPN 2 Tabanan merupakan simulasi gempa.
Di sisi lain, Tabanan berpotensi atau ada ancaman tsunami.
Itu melihat ada 10 desa pesisir yang sangat rentan jika terjadi tsunami.
Tujuh dari 10 desa itu sudah menjadi desa tangguh bencana, dan 3 desa lainnya belum.
Yakni di desa Tegal Mengkeb, kecamatan Selemadeg Timur, desa Antap kecamatan Selemadeg dan desa Selabih kecamatan Selemadeg Barat.
“Tahun ini ke tiga desa itu kami usulkan dan itu sesuai dengan kemampuan anggaran juga,” jelasnya.
Menurut dia, untuk menjadi desa tangguh bencana memerlukan sekitar Rp 40 juta dengan masing-masing desa akan digelar kegiatan sosialisasi kesiapsiagaan bencana.
Kemudian, pihaknya juga mengusulkan pemasangan rambu dan tanda peringatan Tsunami untuk di tiga titik daerah pesisir, kepada BNPB.
Dari tiga titik itu, baru satu di banjar Kedungu, desa Belalang, kecamatan Kediri saja yang terpasang. Dan tanda itu dipasang harus sesuai dengan persetujuan BNPB.
“Kami coba usulkan dan harus disetujui oleh BNPB. Dari tiga baru satu alat (tanda peringatan) yang terpasang. Duanya belum,” bebernya. (ang).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.