Berita Bali

Bali Tak Perlu Beras Impor! Kepala Distan Sebut Stok 18 Ribu Ton Masih Cukup

Stok beras di Bali masih tersedia 18 ribu ton dan gabah di petani sebanyak 7 ribu ton. Karena itu, Bali dianggap tidak memerlukan pasokan beras dari i

tribunnews
Ilustrasi beras - MENTERI Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, tidak setuju dengan wacana impor beras untuk menanggulangi ancaman kekeringan akibat fenomena El Nino. Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyebut ada opsi impor beras untuk menghadapi El Nino jika diperlukan. 

Dia menjelaskan bagaimana kondisi petani saat ini khususnya di Bali. Menurutnya, petani di lahan sawah yang penguasaan lahannya sempit belum memiliki produktivitas gabah yang tinggi.

Saat ini, petani di Bali juga belum mendapatkan harga gabah yang relatif menguntungkan jika dibandingkan dengan kenaikan biaya produksi yang meliputi benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja di luar pajak lahan.

“Seingat saya Bali masih memiliki resiliensi yang bagus terhadap ketersediaan beras dan masih cukup untuk saat ini,” imbuhnya.

Kendala yang sering dialami oleh petani saat memproduksi beras adalah keterbatasan air irigasi, serangan hama dan penyakit, penguasaan lahan sawah yang sempit. “Selain itu, terbatasnya penggunaan teknologi budidaya yang benar, insentif pasar yang rendah, dan alih fungsi lahan sawah,” katanya.

Dia menilai, perlu adanya optimalisasi sektor pertanian, khususnya usaha tani padi. Pasalnya, lahan persawahan di Bali sangat produktif untuk dikelola guna meningkatkan produktivitas usahatani padi.

Namun, perlu adanya peningkatan teknologi budidaya padi guna menunjang produktivitas tersebut.

“Lahan-lahan sawah di Bali masih sangat produktif untuk dikelola, hanya memerlukan peningkatan penerapan teknologi budidaya padi yang semakin baik dan benar,” ungkapnya.

Sementara itu, pemerintah juga diharapkan dapat memberi tunjangan kepada petani soal harga gabah di tingkat petani. Pasalnya, harga yang pantas harus diperoleh petani yang kemudian diatur melalui sebuah kebijakan perlindungan petani.

Sejatinya, perlindungan petani telah dituangkan dalam UU No 19 Tahun 2013. Gede Sedana meyakini, adanya kebijakan tersebut dapat berdampak pada produksi padi di Bali yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Bali. Bahkan dapat mencapai surplus.

“Dengan kebijakan perlindungan dan pemberdayaan kepada petani dan subak, maka produksi padi di Bali pasti dapat memenuhi kebutuhan atau konsumsi masyarakat dan bahkan melebihinya,” jelasnya.

Selain perlindungan petani, subsidi terhadap sarana produksi juga tetap dilanjutkan. Tentunya, dengan skema yang menguntungkan para petani. Gede Sedana menilai, hal tersebut dapat meningkatkan gairah para petani untuk tetap melakukan usaha tani, alih-alih berubah profesi.

Disinggung soal harga beras lokal yang lebih mahal, pria yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Dwijendra itu mengakui jika harga beras lokal lebih tinggi. Namun, di balik harganya yang cenderung lebih tinggi, menyimpan cita rasa yang lebih baik dan lebih menyehatkan.

“Harga beras lokal Bali dan organik memberikan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras unggul karena kualitas, yaitu rasa yang lebih baik dan lebih sehat bagi manusia,” katanya. (sar/mah)

Mentan Tak Sepakat

MENTERI Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, tidak setuju dengan wacana impor beras untuk menanggulangi ancaman kekeringan akibat fenomena El Nino. Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyebut ada opsi impor beras untuk menghadapi El Nino jika diperlukan.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved