Berita Buleleng

Buleleng Wilayah Terkering Selama El Nino! BPBD dan BMKG Petakan 28 Desa Paling Terpengaruh

Terdata 28 desa di Buleleng yang berpotensi mengalami kekeringan tahun ini dampak El Nino. Otoritas pun mengimbau masyarakat untuk hemat.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Kompas.com
Ilustrasi - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Putu Ariadi Pribadi mengatakan, 28 desa yang berpotensi mengalami kekeringan itu tersebar di Kecamatan Tejakula, Sawan, Sukasada, Kubutambahan, Banjar, Busungbiu, dan Gerokgak. 

TRIBUN-BALI.COM -  Terdata 28 desa di Buleleng yang berpotensi mengalami kekeringan tahun ini dampak El Nino. Otoritas pun mengimbau masyarakat untuk hemat dan menampung air bersih.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Putu Ariadi Pribadi mengatakan, 28 desa yang berpotensi mengalami kekeringan itu tersebar di Kecamatan Tejakula, Sawan, Sukasada, Kubutambahan, Banjar, Busungbiu, dan Gerokgak.

Musim kemarau sudah terjadi sejak April lalu. Sementara menurut perkirakan BMKG puncaknya akan terjadi pada Agustus hingga September mendatang. Ariadi menyebut kemarau ini terjadi akibat adanya fenomena El Nino.

Ia jelaskan, terjadi pemanasan Suhu Mula Air Laut (SML) di atas kondisi normal yang di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan ini menyebabkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah sehingga mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.

"Jadi kami imbau masyarakat khususnya yang ada 28 desa itu untuk berhemat menggunakan air bersih, atau mulai menampung air bersih sebelum puncak kemarau tiba," demikian ujar Putu Ariadi Pribadi, Minggu (4/6).

Baca juga: Tabrakan Maut! Dua WNA Rusia Senggolan Satu Tewas, Laka Lantas di Jalan Pelabuhan Benoa

Baca juga: Damkar Jembrana Kena Prank, Polisi Lacak Penelepon Hoaks Kebakaran

Ilustrasi kekeringan - Buleleng Wilayah Terkering Selama El Nino! BPBD dan BMKG Petakan 28 Desa Paling Terpengaruh
Ilustrasi kekeringan - Buleleng Wilayah Terkering Selama El Nino! BPBD dan BMKG Petakan 28 Desa Paling Terpengaruh (Tribun Bali)

"Untuk petani juga diharapkan memperhatikan perkiraan cuaca saat mulai menanam komoditas. Kami bersama TNI-Polri dan Perumda Tirta Hita Buleleng juga telah berkolaborasi untuk membantu menyuplai air bersih," sambung dia.

Musim kemarau ini, kata Ariadi, juga menyebabkan rawan terjadinya kebakaran lahan atau hutan. Ia telah berkoordinasi dengan petugas Taman Nasional Bali Barat (TNBB) untuk langkah antisipasi. Masyarakat juga diimbau agar tidak membuang puntung rokok atau membakar sampah.

Kepala BMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho saat ditemui di Buleleng mengatakan, berdasarkan prediksi BMKG musim kemarau tahun ini di Bali tergolong normal. Namun pihaknya akan kembali melihat saat puncak kemarau pada Agustus-September.

"Jika potensi El Nino menguat, maka musim kemarau diperkirakan akan semakin panjang. Jika musim kemarau semakin panjang, maka daerah yang paling terpengaruh di Bali adalah Buleleng," jelasnya. (rtu)

Hujan Terhalang Bukit dan Gunung

Buleleng selama ini memang daerah paling kering di Bali. Kepala BMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho menjelaskan, Buleleng susah turun hujan karena deretan bukit dan gunung membentang dari timur ke barat di tengah pulau Bali. Hal inilah yang membuat curah hujan tertutup. Meski demikian, kata dia, Buleleng tak sekering NTT.

"Dari seluruh daerah di Bali, Buleleng menjadi daerah paling kering. Tapi tidak sekering di NTT. Penyebabnya karena pergerakan angin. Jadi Buleleng itu sebagian merupakan daerah bayangan hujan. Hujannya tertutup daerah pegunungan tinggi di tengah. Angin baratan dan angin timuran di Bali itu datangnya dari Selatan," tandasnya. (rtu

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved