Berita Bali
Sulit Edukasi Masyarakat Jangan Liarkan Anjing Peliharaan, Jadi Kendala Tangani Rabies di Bali
Sulit edukasi masyarakat untuk tidak meliarkan anjing peliharaan menjadi kendala tangani Rabies di Bali.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Kartika Viktriani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kasus rabies dikatakan mengalami tren penurunan di Bali pada Tahun 2023.
Hal tersebut disampaikan oleh, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada usai ditemui pada rapat pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Bali tentang Haluan Pembangunan Bali Masa Depan 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125, pada, Senin 26 Juni 2023.
“Rabies itu sebetulnya tidak peningkatan kasus justru penurunan ada. Tadi sudah saya sampaikan di sidang pansus rabies pada tahun 2022 sebanyak 39 ribu sekian kasus gigitan sedangkan tahun ini hanya 19 ribu itu setengahnya sudah menurun,” jelasnya.
Sedangkan untuk anjing yang terinfeksi rabies pada tahun 2022, ada sebanyak 690 kasus.
Sedangkan untuk tahun 2023 ini, hanya 285 kasus.
Untuk data pasien rabies yang meninggal pada tahun 2022 sebanyak 22 kasus.
Pada pertengahan tahun 2023 ini, telah ditemukan 4 kasus dengan rincian 2 kasus di Jembrana, satu kasus di Badung dan satu kasus di Buleleng yang sempat viral.
Terkait ketersediaan vaksin rabies, Sunada mengatakan vaksin rabies di Bali masih mencukupi.
Tadi malam, Minggu 25 Juni 2023 telah datang vaksin rabies pada pukul 20.00 WITA sebanyak 30 ribu dosis dan tanggal 6-7 Juni Bali mendapatkan 350 ribu dosis vaksin rabies.
Nantinya juga akan ada CSR yang ingin membantu Bali memberikan vaksin rabies sekitar 200 ribu dosis.
“Jadi vaksin kita cukup untuk tahun ini,” imbuhnya.
Baca juga: Zona Merah Rabies di Gianyar Bertambah, Tersebar di Semua Kecamatan
Zona merah rabies saat ini di Bali paling banyak ditemukan kasus di Kabupaten Jembrana, Buleleng dan Karangasem.
Di beberapa kabupaten lain ditemukan kasus rabies tapi tidak sebanyak Jembrana dan Karangasem.
Untuk vaksinasi, sudah dilakukan vaksin rabies sebanyak 50 persen dari jumlah populasi anjing di Bali.
“Kendala kita adalah kesulitan kita untuk mengedukasi masyarakat kita didalam memelihara anjing. Anjing itu dibebas liarkan sama mereka jadi kalau dibebas liarkan dia akan cepat sekali terinfeksi dengan anjing liar yang ada di Hutan-hutan, Pasar, Pantai dan besar untuk terinfeksi yang meninggal kan digigit anjing sendiri yang artinya terinfeksi dari anjing liar,” tutupnya.
(*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.