Berita Buleleng

Buleleng Kasus DBD Tertinggi di Bali, 10 Juta Nyamuk Wolbachia Akan Dilepas

Pemerintah menggunakan cara baru dalam menekan kasus yakni dengan menggunakan metode Wolbachia. Metode ini diperkenalkan di Buleleng

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Pixabay
Ilustrasi nyamuk - Buleleng menjadi kabupaten penyumbang kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi di Bali. Sejak Januari hingga Juni 2023, sudah tercatat ada 616 warga yang terkena demam berdarah. Pemerintah menggunakan cara baru dalam menekan kasus yakni dengan menggunakan metode Wolbachia. Metode ini diperkenalkan di Buleleng dan Denpasar sekaligus menjadikan dua kabupaten kota ini sebagai pilot project. 

TRIBUN-BALI.COM  - Buleleng menjadi kabupaten penyumbang kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi di Bali. Sejak Januari hingga Juni 2023, sudah tercatat ada 616 warga yang terkena demam berdarah.

Pemerintah menggunakan cara baru dalam menekan kasus yakni dengan menggunakan metode Wolbachia. Metode ini diperkenalkan di Buleleng dan Denpasar sekaligus menjadikan dua kabupaten kota ini sebagai pilot project.

Anggota Komisi IX DPR RI, I Ketut Kariyasa mengatakan, pengendalian demam berdarah dengan metode Wolbachia ini bekerjasama dengan World Mosquito Program (WMP). Anggaran yang digunakan bukan APBN maupun APBD, melainkan sponsor dari pemerintah Australia dan Gillespie Family Foundation.

Metode Wolbachia, kata Kariyasa, pernah diterapkan di Kabupaten Bantul dan berhasil menekan kasus DBD hingga 77 persen. Metode yang sebelumnya sering dilakukan yakni 3M (menguras, mengubur dan menutup) plus (menanam tanaman pengusir nyamuk) hingga fogging dinilai kurang efektif menekan kasus DBD.

"Kasus DBD di Bali selalu tinggi, khususnya di Buleleng. Bali ini daerah pariwisata, sangat tergantung dengan keamanan dan kesehatan. Jadi ini harus menjadi perhatian serius, kami akan coba kendalikan DBD dengan metode baru ini (Wolbachia)," jelasnya, Rabu (5/7).

Baca juga: Penjual Buku Aktor Pencurian di 9 SD, Hartawan Beraksi Siang Bolong Saat Libur Sekolah

Baca juga: Aniaya Pacar yang Tengah Hamil Hingga Meninggal Dunia! Kadek Juniarta Terancam 15 Tahun Penjara

Sosialisasi penanganan DBD dengan metode Wolbacia, Selasa (4/7) sore. Metode ini akan digunakan pemerintah untuk penanganan DBD di Buleleng dan Denpasar
Sosialisasi penanganan DBD dengan metode Wolbacia, Selasa (4/7) sore. Metode ini akan digunakan pemerintah untuk penanganan DBD di Buleleng dan Denpasar (Ratu Ayu Astri Desiani)

Wolbachia, kata Kariyasa, adalah bakteri alami yang terdapat di 50 persen serangga seperti lalat buah, lebah dan kupu-kupu. Wolbachia kemudian dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes Aegypti untuk menghambat perkembangan virus dengue di tubuh nyamuk. "Sangat ramah lingkungan, karena bakterinya diambil dari alam," terangnya.

Penanggulangan demam berdarah dengan metode Wolbachia ini akan mulai dilakukan pada November mendatang. Ada sebanyak 10 juta nyamuk Aedes Aegypti mengandung Wolbachia yang akan diproduksi setiap pekan di sebuah Laboratorium di Denpasar.

"Nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung Wolbachia nanti akan disebarkan di seluruh kecamatan di Buleleng selama 10 hingga 20 pekan. Nyamuk ber-Wolbachia akan kawin dengan nyamuk Aedes Aegypti yang ada di wilayah setempat," ujarnya.

"Sehingga nantinya bisa menghasilkan keturunan yang ber-Wolbachia. Sementara apabila nyamuk ber-Wolbachia menggigit orang yang terkena DBD, tidak akan mentransfer virus DBD ke orang lain," sambung Kariyasa.

Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia. Jika Aedes Aegypti jantan berwolbachia kawin dengan Aedes Aegypti betina, maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblokir.

Selain itu, jika yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia, maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia. (rtu)

Mengukur Tingkat Keberhasilan

Kepala Dinas Kesehatan Buleleng, dr Sucipto mengatakan, kasus DBD di Buleleng masih tinggi. Ia pun berharap metode ini efektif dalam menekan kasus DBD di Buleleng. "Kami sangat antusias dengan program ini, karena kasus DBD di Buleleng masih tinggi. Semoga metode ini berhasil dan menekan kasus DBD di Buleleng," tandasnya.

Anggota Komisi IX DPR RI, I Ketut Kariyasa pun berharap, masyarakat khususnya Buleleng dapat mendukung metode ini agar kasus demam berdarah bisa ditekan. Selanjutnya, pihaknya akan menjalin kerja sama dengan Universitas Udayana untuk mengukur tingkat keberhasilan upaya menekan kasus demam berdarah. (rtu)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved