Longsor Timpa Rumah di Karangasem
Ketut Tunas Tewas Tertimbun, Cucunya Masih Hilang Akibat Longsor di Karangasem
Rumah pasangan suami istri I Ketut Tunas dan Ni Nyoman Ririg di Banjar Ngis Kaler, Desa Tribuana, Abang, Karangasem, hancur diterjang longsor
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
BPBD Catat 78 Kejadian
CUACA ekstrem kembali menerpa Bali sejak beberapa hari belakangan. Hujan dengan intensitas yang cukup tinggi menerpa sejumlah kabupaten/kota di Bali hingga menyebabkan tanah longsor, pohon tumbang, hingga rumah warga yang jebol.
Kepala Pelaksana BPBD Bali, Made Rentin dalam rilis yang diterima Tribun Bali menyebutkan, hingga Jumat (7/7) pukul 17.00 Wita pihaknya mencatat setidaknya ada 78 kejadian di kabupaten/kota se-Bali.
78 kejadian tersebut terdiri dari pohon tumbang di 31 titik, banjir di 12 titik, tanah longsor di 29 titik, bangunan jebol di 4 titik, jalan jebol di 1 titik, dan 1 orang hanyut dan berhasil selamat.
Sementara itu, kejadian terbanyak berada di Kabupaten Gianyar dengan total 28 kejadian yang terdiri dari 16 titik pohon tumbang, 11 titik tanah longsor, dan 1 orang hanyut. Kemudian di Kabupaten Badung terjadi 19 kejadian yang terdiri dari 6 titik tanah longsor, 8 titik pohon tumbang, 2 titik banjir, dan 3 bangunan roboh.
Kemudian di Kabupaten Bangli terjadi 15 kejadian yang terdiri dari 3 titik pohon tumbang, 10 titik tanah longsor, 1 bangunan roboh, dan 1 jalan jebol.
BPBD Bali juga mendata adanya 1 orang meninggal dunia, I Ketut Tunas akibat tanah longsor di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Karangasem.
Atas kejadian tersebut, 3 orang atas nama Ni Nyoman Ririg, I Komang Aditya, dan I Ketut Tunas menjadi korban. Ni Nyoman Ririg berhasil selamat namun mengalami patah kaki dan telah dilarikan ke RSUD Karangasem.
Personel SAR Karangasem terus melakukan pencarian dan berhasil menemukan I Ketut Tunas, namun dalam kondisi telah meninggal dunia. Sementara itu, hingga Jumat pukul 18.50 Wita, I Komang Aditya belum ditemukan.
“Masih belum ditemukan. Tadi kondisi hujan dan tanah semakin labil. Ops SAR dilanjutkan besok (hari ini, Red),” jata Humas Basarnas Bali, Ayu Wijayanti. (mah/sar)
BMKG: Gelombang 6 Meter di Bali
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar mengeluarkan peringatan dini potensi tinggi gelombang laut di jalur lintas di Bali yang diperkirakan mencapai 6 meter hingga Minggu (9/7).
"Kami mengimbau agar selalu memperhatikan informasi BMKG, terutama peringatan dini cuaca," kata Kepala BMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho di Denpasar, Kamis (6/7).
Berdasarkan pantauan BMKG, jalur penyeberangan yang diperkirakan memiliki tinggi gelombang laut hingga enam meter adalah Selat Bali bagian selatan, Selat Badung bagian selatan, dan Selat Lombok bagian selatan. Angin diperkirakan bergerak dari arah timur-tenggara dengan kecepatan hingga 20 knot (37 km) per jam.
Selain itu, perairan selatan Bali yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia juga diperkirakan memiliki ketinggian gelombang laut hingga 6 meter.
Kecepatan angin di wilayah tersebut lebih kuat yang diperkirakan mencapai 25 knot (46 km) per jam bergerak dari arah timur-tenggara. Sedangkan Laut Bali dan Selat Bali bagian utara diperkirakan memiliki tinggi gelombang laut hingga 2,5 meter.
Selat Bali merupakan jalur lintas Bali-Jawa dan Selat Lombok merupakan jalur lintas Bali-Lombok dan merupakan jalur pelayaran dari Bali ke sejumlah kota di Indonesia bagian timur. Sedangkan Selat Badung merupakan jalur penyeberangan dari Sanur ke kawasan Nusa Penida, Klungkung dan merupakan kawasan wisata bahari.
Di kawasan wisata bahari juga berdampak, yakni di perairan wisata Nusa Dua, ketinggian gelombang laut diperkirakan mencapai 4 meter. Sedangkan di kawasan wisata Kuta diperkirakan mencapai 3 meter, sedangkan di Sanur dan Tanah Lot Tabanan diperkirakan mencapai 2,5 meter.
Menurut BMKG, kondisi angin dan gelombang laut yang berisiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran, menurut BMKG adalah kapal penangkap ikan yang kecepatan anginnya lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter.
Kapal tongkang saat kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter, kapal ferry saat kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter.
Beredar pesan di media sosial bahwa cuaca dingin di Indonesia belakangan ini terjadi karena jarak bumi dengan matahari dalam titik terjauh saat periode revolusi atau Aphelion.
Dijelaskan bahwa saat berada di titik Aphelion, cuaca di bumi akan cenderung lebih dingin dibanding periode lainnya.
Informasi tersebut tersebar dengan sangat cepat dan cukup meresahkan masyarakat.
Dari keterangan resmi BMKG yang diterima Tribun Bali, Jumat (7/7) disebutkan, fenomena Aphelion ini adalah fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli.
Sementara itu kondisi cuaca dingin yang terjadi di wilayah Indonesia pada periode bulan Juli tidak terkait dengan fenomena Aphelion.
Saat Aphelion, posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi. Kendati begitu, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer atau cuaca di permukaan bumi.
Fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli-September). Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT berada pada musim kemarau.
Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia. Pada Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin.
Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia, terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa lebih dingin.
Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari.
Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.
Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar, sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari.
Hal ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin, terutama pada malam hari.
Fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun, bahkan hal ini pula yang nanti dapat menyebabkan beberapa tempat seperti di Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya, berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang dikira salju oleh sebagian orang. (*)
Longsor di Desa Tribuana Karangasem Bali, Warga dan Petugas Lakukan Pencarian Korban Secara Manual |
![]() |
---|
Rumah dan Penghuninya Ditemukan Sudah Tertimpa Longsor, Warga Desa Tribuana Bunyikan Kulkul Bulus |
![]() |
---|
TERKINI - Satu Korban Tanah Longsor di Desa Tribuana Ditemukan Meninggal, Pencarian Masih Dilakukan |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Tanah Longsor Timpa Rumah di Desa Tribuana Karangasem, Dua Orang Hilang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.