Hujan Deras di Bali

Wayan Artha Dibangunkan Suara Gemuruh, Selamatkan Keluarga Saat Rumah Diterjang Longsor di Bangli

Tanah longsor di Bangli, Wayan Artha dan keluarganya bisa menyelamatkan diri, siapkan upakara ngaben di tempat pengungsian

ist
Kondisi rumah I Wayan Artha di Banjar Penglumbaran, Desa Susut yang terdampak longsor 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI – I Wayan Artha belum bisa melupakan detik-detik mengerikan saat rumahnya diterjang tanah longsor di pagi hari.

Ia bersyukur bisa menyelamatkan diri dan keluarganya, meski kini harus mengungsi.

Hujan deras selama dua hari, 6-7 Juli 2023, yang melanda hampir seluruh wilayah Bali, menyebabkan bencana tanah longsor di sejumlah daerah.

Salah satunya terjadi di Banjar Penglumbaran, Desa/Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.

Baca juga: Tim SAR Akhirnya Menemukan Korban Terakhir Tanah Longsor di Desa Tribuana Karangasem

Tanah longsor menimpa rumah seorang warga Penglumbaran, I Wayan Artha.

Beruntung Wayan Artha dan keluarganya yang saat kejadian tanah longsor tersebut tertidur pulas di rumahnya, bisa menyelamatkan diri.

Mereka sempat terjebak dalam rumah yang tertimbun tanah, namun dengan usaha keras akhirnya bisa keluar dari rumah.

Ditemui Tribun Bali di tempat pengungsiannya, Minggu 9 Juli 2023, Wayan Artha menuturkan musibah berawal saat dirinya baru pulang ke rumah dari lokasi pengabenan pada Jumat 7 Juli 2023, pukul 02.00 Wita.

Saat itu Wayan Artha tidak bisa tidur nyenyak karena hujan yang lebat. Ia mengaku beberapa kali terbangun mendengar suara gemuruh.

"Saat itu hanya suara saja, tidak ada getaran. Hingga suara terakhir yang cukup keras, akhirnya saya bangun. Intuisi saya rumah ini tertimbun longsor. Benar saja saat saya cek, di depan pintu keluar sudah tertimbun tanah setengah pintu. Makanya saya (sempat) terjebak nggak bisa keluar," ungkapnya.

Wayan Artha mengatakan peristiwa itu terjadi pada pukul 05.00 Wita.

Saat itu lima anggota keluarga lainnya sedang terlelap tidur.

Ia kemudian bergegas membangunkan semua anggota keluarga, sebab hampir setengah rumah sudah tertimbun longsor.

Mereka pun berusaha bisa keluar dari rumahnya yang tertimbun tanah.

"Kami menggunakan linggis dan alat seadanya, akhirnya kami berhasil menyelamatkan diri," katanya penuh rasa syukur.

Kondisi rumah yang mengalami kerusakan dan tidak mungkin ditempati, ditambah potensi bencana longsor susulan, memaksa Wayan Artha mencari tempat tinggal sementara.

Ia bersama keluarganya kini harus mengungsi.

Apalagi musibah ini bertepatan dengan dirinya yang akan melangsungkan upacara ngaben, yang dijadwalkan pada 15 Juli 2023 nanti.

Di tengah kesulitannya tersebut, salah satu tetangga menghubunginya dan membolehkan dia untuk tinggal sementara di rumah kontrakannya.

"Rumah ini sebenarnya sudah dikontrakkan sebagai warung. Oleh pemilik kontrakan maupun yang ngontrak, saya dibolehkan memakai tempatnya satu sampai dua bulan tanpa dibebani biaya kontrak, dengan alasan kemanusiaan," ucap pria yang juga Kelihan Banjar Adat Penglumbaran ini.

Keputusan yang diambil oleh Wayan Artha untuk mengungsi pada Jumat 7 Juli 2023 merupakan tindakan yang tepat.

Sebab pada keesokan harinya, Sabtu 8 Juli 2023 pagi, longsor yang menerjang kediamannya sudah bertambah parah.

"Kemungkinan longsor susulan itu terjadi Jumat sore sekitar 19.30 Wita, karena pada saat itu hujannya kembali lebat," sebutnya.

Wayan Artha menambahkan, Dinas Sosial Kabupaten Bangli sudah memberikan bantuan berupa selimut, terpal, alat dapur, dan makanan siap saji.

Pihaknya mengaku tidak berani mengambil risiko untuk kembali menempati rumahnya. Ia berencana untuk pindah, namun sayang dia tidak memiliki tanah lain.

"Ditempati sih (masih) bisa, satu sampai dua kamar. Cuma saya tidak berani, nanti longsor (susulan)," ucapnya.

Diperkirakan total kerugian materiil yang dialami Wayan Artha mencapai Rp 250 juta.

Ia memohon pada pemerintah untuk dibantu fasilitasi tempat tinggal.

"Kalau memungkinkan diberikan sewa atau kontrak lahan pemerintah yang belum dimanfaatkan," tandasnya.

Sebelum mendapatkan lahan tempat tinggal, Wayan Artha dan keluarga sementara mengungsi di rumah tetangga sembari menyiapkan upakara ngaben.

Dari pantauan Tribun Bali, tampak keluarga dan kerabat dari Wayan Artha pun tengah metanding banten di lokasi pengungsian dengan peralatan dan tempat seadanya.

Hal ini dilakukan mengingat jadwal pelaksanaan ngaben tinggal menghitung hari, yang digelar pada akhir pekan ini.

Santunan Korban

Selain tanah longsor yang menimpa rumah Wayan Artha, puluhan bencana terjadi di puluhan titik yang tersebar di empat kecamatan di Kabupaten Bangli.

Bencana didominasi pohon tumbang dan tanah longsor.

Sesuai rekapitulasi data per Sabtu 8 Juli 2023, pukul 13.00 Wita, bencana terjadi di 52 titik.

Dari empat kecamatan yang ada di Bangli, wilayah Kecamatan Tembuku paling banyak ditemukan titik bencana yakni sebanyak 26 titik.

Sementara di Kecamatan Susut tercatat ada 15 kejadian bencana.

Menurut Camat Susut, I Dewa Putu Apriyanta, Minggu 9 Juli 2023, tidak ada korban jiwa dalam musibah selama dua hari terakhir.

Namun demikian, dampak bencana menyebakan kerusakan fasilitas umum maupun milik pribadi.

"Kerusakan terparah adalah dampak bencana tanah longsor di kediaman I Wayan Artha, yang berlokasi di Banjar Penglumbaran, Desa Susut. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 250 juta," ujarnya.

Adapun di Kecamatan Kintamani bencana diketahui terjadi di tiga titik. Camat Kintamani Ketut Erry Soena Putra menyebut, titik bencana paling parah terjadi di Pura Bukit Indrakila, di mana terdapat lima pelinggih yang rusak akibat ditimpa pohon tumbang.

Diperkirakan kerugian materiil mencapai Rp 500 juta.

Terpisah, Kapolsek Bangli Kompol I Made Dwi Puja Rimbawa menyebut di wilayah Kecamatan Bangli tercatat ada 8 titik bencana.

Titik terparah yakni longsor yang terjadi di Banjar Brahmana Bukit, Kelurahan Cempaga, tepatnya di Pura Dhang Kahyangan Griya Sakti Bukit Bangli.

Tanah longsor mengakibatkan Balai Peselang, Pelinggih Ida Ratu Wewalen dan Balai Penegtegan, roboh dan diperkirakan mengalami kerugian materil kurang lebih Rp 700 juta.

"Di titik yang sama, longsor juga menimpa pekarangan rumah warga bernama Ida Bagus Eka Widya Cipta. Yang mengakibatkan dua orang meninggal dunia akibat tertimbun longsor," tandasnya.

Dua korban meninggal dunia yang merupakan pasangan suami istri (pasutri), Ida Bagus Eka Widya Cipta (40) dan Ida Ayu Putu Mutiari (38), kini diusulkan mendapat santunan.

Selain itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga akan melakukan assessment, terhadap rumah-rumah warga maupun fasilitas umum yang terdampak bencana.

"Besaran santunan untuk korban meninggal dunia Rp 15 juta per orang. Sedangkan untuk cacat fisik seumur hidup Rp 20 juta. Dan untuk luka ringan Rp 10 juta," jelas Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekontruksi BPBD dan Damkar Bangli, Sang Ketut Supriadi, Minggu 9 Juli 2023.

243 Titik Bencana

Sementara berdasarkan data rekapitulasi yang dirilis BPBD Provinsi Bali, tercatat terjadi 243 titik bencana pada 7-8 Juli 2023 hingga pukul 23.00 Wita.

Danpak terparah dari bencana ini terjadi Bangli dan Karangasem.

Di Bangli menyebabkan dua orang meninggal dunia dan empat luka, dan Karangasem yang dilanda 58 titik bencana juga menyebabkan dua orang meninggal dunia dan satu luka.

Kemudian di Kabupaten Badung terjadi 45 bencana dengan menyebabkan 27 bangunan rusak.

Sedangkan titik bencana terbanyak terjadi di Kabupaten Tabanan dengan 69 titik, dengan satu kerusakan bangunan. (mer)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved