Berita Bangli

Permintaan Naik Hingga Dua Kali Lipat, Gede Arcana Justru Tak Naikkan Harga Jual

Permintaan Naik Hingga Dua Kali Lipat, Gede Arcana Justru Tak Naikkan Harga Jual

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Fenty Lilian Ariani
Muhammad Fredey Mercury
Suasana pembuatan sarana upacara pangkonan di tempat usaha milik Gede Arcana. Rabu (26/7/2023) 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Perajin sarana upacara pangkonan dan tumpeng kualahan memenuhi pesanan.

Ini disebabkan permintaan sarana upacara berbahan beras broken tersebut, mengalami peningkatan jelang hari raya Galungan. 

Hal tersebut diungkapkan I Gede Arcana saat ditemui Rabu (26/7/2023). Perajin asal Banjar Gaga, Desa Tamanbali, Bangli ini mengaku naiknya permintaan pangkonan dan tumpeng sudah terjadi sejak sebulan terakhir.

"Setiap jelang hari raya memang ada peningkatkan permintaan. Naiknya bisa mencapai dua kali lipat," ucapnya. 

Gede Arcana mengaku kualahan memenuhi permintaan yang masuk. Ini dikarenakan jumlah tenaga yang dia miliki terbatas.

Sedangkan perajin sarana upacara serupa di sekitar, diakui sudah banyak yang memutuskan tutup operasi. 

Ini dikarenakan harga bahan baku yang terlalu tinggi. Misalnya seperti beras broken. Pria 43 tahun ini mengaku, dari harga awal Rp 320 ribu per 50 kilogram saat ini harganya menyentuh Rp 460 ribu per 50 kilogram.

"Selain itu harga tapioka dan gas LPG untuk proses oven juga mengalami kenaikan," sebutnya. 

Gede Arcana sendiri setidaknya butuh tiga karung beras broken atau sekitar 150 kilogram. Jumlah tersebut mampu memproduksi pangkonan hingga 20 kresek.

Baca juga: Kunci Jawaban Matematika Kelas 8 Semester 1 Halaman 12: Menentukan Persamaan Suatu Baris Bilangan

"Satu kresek berisi total 2500 keping pangkonan, yang dikemas dalam plastik berisi 50 keping," ucapnya.

Satu kresek pangkonan dijual dengan harga Rp 150 ribu. Walaupun harga bahan baku naik, Arcana mengaku dirinya tidak naikkan harga jual.

"Karena ini berkaitan dengan sarana upacara. Untung sedikit tidak apa-apa, yang penting bisa jalan," imbuhnya.

Berbeda dengan hari raya, pada hari-hari biasa, permintaan pangkonan maksimal hanya mencapai 10 kresek. Pemasarannya meliputi wilayah Bangli, Klungkung, hingga Singaraja.

"Pada hari biasa produksinya tetap 150 kilogram. Hanya saja sisanya saya stok," kata pria yang memiliki lima orang pegawai ini. 

Pangkonan bisa distok dalam jangka waktu lama. Dengan catatan disimpan pada tempat yang kering. Seluruh stok tersebut baru dikeluarkan pada saat momen-momen keagamaan.

Seperti hari raya Galungan, Kuningan, dan upacara agama lainnya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved