Galungan 2023

Makna Sugihan Jawa dan Sugihan Bali Jelang Galungan Bagi Umat Hindu di Pulau Dewata!

Makna Sugihan Jawa dan Sugihan Bali terkadang masih ada yang belum paham. Adalah bagian dari hari raya Galungan.

Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
Ilustrasi - Makna Sugihan Jawa dan Sugihan Bali terkadang masih ada yang belum paham.  Khususnya bagi masyarakat yang beragama Hindu, rahinan ini merupakan bagian dari hari raya Galungan di Bali.  

"Sedangkan sekarang perayaan rahinan sugihan dirayakan secara mengkhusus, yaitu ada yang khusus merayakan Sugihan Jawa dan ada yang khusus merayakan Sugihan Bali," sebut pensiunan dosen di Unhi Denpasar ini.

Namun beliau mengingatkan, bahwa kedua sugihan sama pentingnya bagi umat Hindu di Bali dan Nusantara.

"Seperti telah disebutkan di awal, bahwa Sugihan Jawa merupakan pembersihan di luar dan Sugihan Bali adalah pembersihan di dalam," tegas beliau.

Hal ini dibuktikan pada tahun 1970-an ke bawah, di mana halaman pura atau merajan masih berupa tanah yang tidak disemen atau dibeton seperti sekarang.

Begitu juga tembok-tembok pura atau merajan, rekatan temboknya jarang memakai semen, lebih-lebih orang pergi ke pura atau merajan tidak setiap hari seperti sekarang, tetapi hanya sewaktu-waktu saja.

Sehingga selama kurun waktu 210 hari (6 bulan wuku), maka rumput-rumput liar dan pohon-pohon perdu akan tumbuh di halaman dan di tembok pura serta merajan.

"Nah ketika hari raya Galungan yang merupakan hari raya yang paling besar dan paling disucikan oleh umat Hindu di Bali, maka umat akan melakukan pembersihan halaman pura dan merajan untuk menyambut datangnya hari Galungan," jelas beliau.

Sambil terlebih dulu matur piuning (minta izin) dilanjutkan dengan bersih-bersih sehingga pura dan merajan kelihatan bersih dan rapi untuk menyongsong hari suci Galungan.

"Inilah sebenarnya makna dari Sugihan Jawa, yaitu membersihkan bagian luar dari pura atau dari manusia itu sendiri yang ditandai dengan melaksanakan pembersihan sekala (yang kelihatan nyata) pembersihan luar (jaba/jawa)," sebut mantan jurnalis ini.

Setelah pembersihan luar, telah dilakukan maka pembersihan atau penyucian di dalam diri manusia yang berupa pikiran, tingkah laku, laksana atau perbuatan juga harus dibersihkan.

Perayaan penyucian hal-hal yang berada di dalam diri sendiri itulah, dilambangkan dengan Sugihan Bali (penyucian di dalam diri atau penyucian niskala).

Sarana penyucian atau pembersihan di dalam diri menggunakan upacara "Parebuan".

Adapun sarana yang dipakai parebuan ini adalah babi guling, bebek atau ayam guling, dan juga telur guling. Sehingga dalam upacara rahinan sugihan pasti dibarengi dengan upacara marerebu atau parebuan.

"Sarana babi guling, bebek guling, ayam guling, ataupun telor guling ini sesungguhnya bukan haturan atau persembahan kepada Ida bhatara-bhatari. Tetapi hal tersebut adalah sarana untuk menyucikan atau membersihkan kotoran-kotoran dalam pikiran, tingkah laku manusia itu sendiri," ucap beliau.

Sebab pada dasarnya, ida bhatara-bhatari tidak membutuhkan persembahan yang seperti itu, karena beliau ngalap sari atau selalu berada pada tingkat kesucian.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved