Berita Tabanan

20 Punggel Barong Dilombakan Semarakan Hari Raya Galungan Lan Kuningnan Di Tabanan

20 Punggel Barong Dilombakan Semarakan Hari Raya Galungan Lan Kuningnan Di Tabanan

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Fenty Lilian Ariani
ist
Lomba Punggel atau tapel dalam menyemarakkan Galungan dan Kunigan di Banjar Tegal Baleran. 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN- 20 Punggel atau tapel (topeng dalam bahasa Indonesia) dilombakan dalam menyemarakkan Hari Raya Galungan dan Kuningan 2023 ini.

Lomba Punggel barong bangkung itu digelar di Banjar Tegal Baleran, Desa Dauh Peken, Kecamatan/Kabupaten Tabanan, Minggu 6 Agustus 2023.

Pembina Komunitas Sekaa Barong Bangkung Gatel (Gabungan Anak Tegal) I Gusti Nengah Hari Mahardika mengatakan, bahwa 20 Punggel ini merupakan hasil karya dari sekaa yang ada di seputaran Kabupaten Tabanan, dan ada beberapa dari Gianyar, Badung dan Denpasar.

Selain itu ada juga lomba pertunjukan barong oleh enam sekaa yang mengikuti lomba.

“Ada 20-an yang mengikuti lomba. Ada dari seputaran Tabanan dan ada juga dari Gianyar Badung dan Denpasar,” ucapnya.

Menurut dia, perlombaan yang dikemas dalam bentuk festival ini, juga untuk merayakan tegak oton atau ulang tahun Komunitas Sekaa Barong Bangkung Gatel yang ke 23.

Dimana komunitas Barong Bangkung Gatel sudah berdiri sejak tahun 2000 silam.

Selain juga untuk memberi edukasi dan pemahaman mengenai kesenian barong bangkung. Sebab, euforia atau pementasan barong bangkung sekarang cukup diminati oleh masyarakat.

“Selain untuk perayaan ulang tahun. Juga memberikan edukasi. Saat ini pementasan barong bangkung sangat diminati masyarakat,” ungkapnya.

Baca juga: Ikan Koi Senilai Rp60 Juta ikuti Ajang Buleleng Koi Fest

Ia menjelaskan, bahwa kesenian barong bangkung itu sangat sakral. Dan ada pula, istilah barong bangkal dan barong bawi srenggi.

Maka dari itu pertunjukan barong bangkung yang selama ini dikenal dengan istilah ngelawang, diharapkan akan kembali pada tujuan sejati yang sangat sakral.

“Ngelawang pada dasarnya sebuah tradisi yang bertujuan untuk menolak malapetaka dan biasa dilaksanakan dari satu pintu ke pintu rumah warga di sebuah wilayah pedesaan,” jelasnya.

Ironisnya, sambungnya, Ngelawang saat ini berorientasi ke materi dengan harapan mendapatkan upah atau uang. Karena itu, sebelum diadakannya perlombaan ini, digelar seminar mengenai tradisi ngelawang, dan kesenian barong bangkung digelar untuk melengkapinya.

“Ngelawang itu sakral. Sebenarnya suatu yang salah (Ngelawang untuk mendapatkan upah). Itu berbeda. Itu lebih ke pertunjukan,” bebernya. (*).

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved