Gempa Bumi
Gempa Bumi M7,4 di Laut Jawa Terasa Sampai ke Bali, Warga Bangun Subuh karena Saking Kerasnya
Gempa tektonik mengguncang wilayah Laut Jawa (sebelah utara Lombok), Selasa (29/8) sekitar pukul 02.55.32 WIB. Getaran gempa ini terasa.
TRIBUN-BALI.COM - Gempa tektonik mengguncang wilayah Laut Jawa (sebelah utara Lombok), Selasa (29/8) sekitar pukul 02.55.32 WIB. Getaran gempa ini pun terasa hingga Pulau Bali.
Warga di Bali dari berbagai daerah sampai terbangun oleh guncangan gempa M 7,4 atau M 7,1 tersebut. “Bangun ulian linuh magejeran (bangun gara-gara gempa bergetar),” kata Nengah Gawe (51), warga Denpasar, kepada Tribun Bali, Selasa pagi.
Hal serupa juga dirasakan Nyoman Murni (69), yang saat ini kondisinya sedang sakit. “Saya tidur terasa keras getarannya, sampai kebangun dan keluar rumah,” tutur warga yang tinggal di Padang Sambian Kaja, Denpasar.
Tak hanya warga Denpasar, warga dari daerah lainnya di Bali juga merasakan gempa tersebut. Seorang warga di Bangli, Nengah Tris, yang tengah berada di Pasar Kidul Bangli saat gempa juga merasakan getaran keras.
Ia menceritakan, orang-orang di pasar pun pada teriak-teriak linuh-linuh. Sebagian warga yang di dalam pasar segera keluar ke tempat parkiran. “Getaran gempanya sangat terasa. Orang-orang di pasar pun heboh tadi,” tuturnya, Selasa pagi.
Gempa juga mengejutkan masyarakat di Gianyar. Sebab, gempa terjadi dua kali dengan guncangan yang cukup keras. Beruntung, tidak terdapat dampak buruk dari gempa tersebut.
Guncangan gempa tersebut pun menjadi perbincangan di sejumlah tempat ngumpul-ngumpul para pekerja di Gianyar.
Baca juga: Mereka Jambak dan Pukul Sang Nyoman! Remaja 17 Tahun Dikeroyok Saat Nonton Janger Maborbor
Baca juga: Karangasem Dapat Jatah 1.283 Formasi PPPK! Sebagian Rekrutmen Guru, Sebagian Lagi Nakes
Baca juga: Lomba Cipta Game Edukasi Budaya, Tarik Minat Generasi Muda Pelajari Kearifan Lokal Bali

Banyak dari mereka yang merasa ngeri. Terutama saat gempa pertama yang berpusat di Lombok, goyangan bangunan rumah dan perabotan, membangunkan masyarakat dalam tidurnya pada pukul 04.00 Wita.
"Pintu pagar rumah saya bergoyang keras. Sampai-sampai saya bangun dari tidur. Biasanya sulit bangun jam segitu," ujar Kadek Adi Wirawan saat ditemui di DPRD Gianyar.
Namun pada saat gempa pertama, masih banyak warga yang memilih untuk tetap berada di kamar. Sebab, gempa hanya terjadi dalam hitungan detik. Ketika gempa kedua datang, barulah warga riuh berlari keluar rumah sembari memukul benda-benda dan berteriak 'linuh-linuh'. Tindakan itu merupakan aksi turun-temurun yang dilakukan oleh masyarakat Gianyar, dengan tujuan membangunkan orang-orang yang sedang tidur atau menyuruh orang-orang keluar dari dalam bangunan.
"Ngeri sekali. Jarang ada gempa seperti ini. Apalagi istri lagi hamil besar. Untung tidak sampai terjadi apa-apa," ujar I Wayan Etong, menimpali Dek Adi.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Gianyar, I Gusti Ngurah Dibya Presasta membenarkan bahwa dua gempa tersebut dirasakan cukup keras oleh masyarakat di Gianyar. Terlebih lagi, Gianyar yang masuk ke dalam wilayah Bali timur cukup dekat dengan Lombok. Namun beruntung, kata Dibya, gempa tersebut tak berdampak buruk terhadap Gianyar. "Sejauh ini tidak ada laporan tentang dampak bencana, seperti bangunan roboh dan sebagainya," ujarnya.
Bermacam ragam pengalaman yang dialami warga Denpasar, pada saat gempa terjadi. "Gempa kali ini terasa lebih keras dan agak lama. Pas gempa, saya langsung terbangun, lalu terburu-buru membangunkan istri dan anak saya keluar rumah untuk menyelamatkan diri," ujar Ahmad (47), warga Panjer, Denpasar, Selasa pagi.
Setelah goyangan gempa mereda, kata Ahmad, pihaknya kemudian masuk rumah kembali dan mencari informasi tentang di mana pusat gempa dan berapa kekuatan gempanya, melalui internet. "Pusat gempanya ternyata di dekat Tanah Bumbu Kalimantan Selatan dengan kekuatan 7,4. Tapi lumayan kuat terasa di Denpasar. Setelah itu, saya nggak bisa tidur lagi sampai pagi," kata Ahmad.
Lain lagi pengalaman Aleksander (52), warga Sesetan Denpasar. Saat gempa mengguncang, dia terbangun karena dibangunkan istrinya. Terburu-buru Aleksander kemudian membangunkan anak-anaknya dan bersama-sama mereka keluar rumah untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Setelah goyangan gempa agak mereda, Aleksander sekeluarga kemudian masuk rumah dan mencari informasi dari internet tentang lokasi gempa dan magnitudonya. Setelah mengetahui informasi tentang gempa dan membagikan tangkapan layar (screen shot) dari BMKG ke beberapa grup WhatsApp (WA), Aleksander dan keluarga kemudian masuk ke kamar masing-masing dan tidur kembali.
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempabumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M7,1. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 6,94° LS ; 116,57° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 163 Km arah Timur Laut Lombok Utara, NTB pada kedalaman 525 km.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dalam (Deep Focus) akibat adanya aktivitas slab pull (tarikan extensional Lempeng Australia ke bawah) pengaruh gaya gravitasi,” ujar Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan kombinasi pergerakan mendatar turun (oblique normal).
Gempabumi ini dirasakan di Kuta dengan skala intensitas V MMI (Getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun), Gianyar, Denpasar, Waingapu, Lombok, Sumbawa IV MMI (Bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah), Karangkates III - IV MMI (Bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah), Banjarmasin, Kuta Selatan, Tabanan III MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu), Trenggalek II - III MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu).
“Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi tsunami,” imbuhnya.
Daryono menambahkan hingga pukul 03.22 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya dua kali aktivitas gempabumi susulan (aftershock) dengan Magnitudo M6,1 dam M6,5. (weg/zae/ka7/nip)
(Sidebar)
BMKG: Empat Getaran Susulan
BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat empat kali getaran susulan terjadi seusai gempa di kawasan utara Lombok, Nusa Tenggara Barat, terjadi dengan magnitudo (M) 7,1 pada Selasa (29/8) dini hari.
"Gempa susulan sampai dengan 29 Agustus 2023 pukul 09.00 WITA terjadi 4 gempa susulan. Magnitudo terbesar M6,5 dan terkecil M3,2," ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya disiarkan di Jakarta, Selasa (29/8).
Daryono juga memutakhirkan informasi yang pada awalnya adalah gempa di kawasan Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan M 7,4, menjadi gempa Laut Jawa utara Lombok M 7,1.
Ia mengatakan, informasi awal merupakan informasi cepat yang harus disebarluaskan kepada masyarakat sebagai peringatan. Informasi cepat bukanlah informasi final, namun harus disebar secara cepat oleh BMKG.
"Info cepat itu belum final, tapi harus disebar BMKG. Harus, karena SOP (standar operasional dan prosedur), karena BMKG merupakan lembaga peringatan dini tsunami, bukan sekedar lembaga info gempa," ujar dia.
Selain itu, info cepat disebarkan dalam kondisi berlangsung guna keselamatan masyarakat. Sehingga nantinya, ada perubahan informasi mengenai magnitudo dan kedalaman yang masih terus terjadi. (ant)
BREAKING NEWS! Gempa Bumi Selatan Gunung Kidul M5,8 di Samudera Hindia, Tidak Berpotensi Tsunami |
![]() |
---|
Ancaman Potensi Gempa Megathrust di Bali: Wisatawan Dikhawatirkan Takut Datang, Diimbau Tetap Tenang |
![]() |
---|
WASPADA Gempa Megathrust Kekuatan 9 SR, Pemprov Bali Sebut Semua Daerah Berpotensi Tsunami |
![]() |
---|
Gempa Bumi Terkini Magnitudo 5,2 di Papua, BMKG Ingatkan Waspada Gempa Susulan |
![]() |
---|
GEMPA Terkini Magnitudo 6,2 di Sulawesi Utara, Tidak Berpotensi Tsunami |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.