Longsor di Karangasem

FIRASAT Tidak Baik! Diungkapkan Korban Selamat Longsor di Karangasem, Gali Batu Hari Kajeng Kliwon!

I Kadek Suardika, korban tanah longsor yang berhasil selamat, mengaku memiliki firasat tidak baik sebelum kejadian naas tersebut.

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Saiful Rohim/Tribun Bali
TKP Longsor - TribunBreakingNews! I Kadek Suardika, korban tanah longsor yang berhasil selamat, mengaku memiliki firasat tidak baik sebelum kejadian naas tersebut. Mengingat medan di lokasi kejadian cukup terjal. Untuk ketinggian tebing yang digali, mencapai sekitar 2,5 - 3 meter. Selain itu kegiatan menggali dilaksanakan saat Kajeng Kliwon. 

TRIBUN-BALI.COM - TribunBreakingNews!

I Kadek Suardika, korban tanah longsor yang berhasil selamat, mengaku memiliki firasat tidak baik sebelum kejadian naas tersebut.

Mengingat medan di lokasi kejadian cukup terjal. Untuk ketinggian tebing yang digali, mencapai sekitar 2,5 - 3 meter. Selain itu kegiatan menggali dilaksanakan saat Kajeng Kliwon.

Yang mana, dalam umat Hindu di Bali dipercayai hari Kajeng Kliwon, adalah hari yang sakral dan tenget (keramat). Serta diharapkan menghindari kegiatan yang berbahaya. 

"Sebelum kejadian saya memiliki firasat tidak baik. Biasanya sebelum menggali kita mengelar upacara, memakai banten di sekitar lahan yang digali.

Minimal memohon keselamatan. Hari ini tumben kelompok tidak menyuguhkan banten," ungkap I Kadek Suardika, Senin (11/9/2023) siang hari.

Baca juga: Kekeringan Masih Menghantui, Buleleng Masuk Peta Merah! Karangasem Juga, Simak Prediksi BMKG

Baca juga: KRONOLOGI Longsor di Karangasem, Telan Korban Jiwa, 2 Orang Berhasil Selamat Setelah Terpental Pohon

Baca juga: BABAK Baru Tragedi Lift Maut Ayu Terra Resort, Kontraktor Buka Suara Pasca Dilaporkan Owner ke Polda

Evakuasi - SAR dan Basarnas berhasil evakuasi korban longsor. Akibat kejadian longsor itu, sebanyak tiga orang meninggal dunia sementara dua orang selamat dalam kondisi luka-luka di Karangasem, Bali.
Evakuasi - SAR dan Basarnas berhasil evakuasi korban longsor. Akibat kejadian longsor itu, sebanyak tiga orang meninggal dunia sementara dua orang selamat dalam kondisi luka-luka di Karangasem, Bali. (Istimewa)

Apalagi proses penggalian bebatuan dilaksanakan saat Kajeng Kliwon.

Menurut keyakinan, kata Suardika, Kajeng Kliwon merupakan hari yang disakralkan.

Biasanya pada Kajeng Kliwon warga mengelar / melaksanakan upacara."Firasat saya sudah tak enak dari sebelum gali batuan di lokasi," tambah Kadek Suardika.

"Selain tak mempersembahkan banten. Sekarang itu Kajeng Kliwon. Biasanya hari ini sangat disakralkan. Semoga mereka mendapat tempat terbaik di alam sana," doa Suardika untuk korban longsor.

Perbekel Desa Buana Giri, I Nengah Diarsa, mengatakan warga Buana Giri yang berkerja sebagai tukang gali batu tabas secara manual cukup banyak.

Jumlahnya diperkirakan mencapai 15 orang. Sebagian besar dari Dusun Kemuning. Warga berprofesi pencari batu biasa berkelompok.

"Biasanya mereka menjajaki lahan yang berpotensi ditemukan batuan. Tidak semua masyarakat yang memiliki keahlian menggali. Yang kerja sebagai tukang gali batu kebanyakan dari Dusun Kemuning,"kata Diarsa ditemui di lokasi, Senin (11/9/2023).

Ditambahkan, biasanya korban menggali batu di pinggir jalan. Bersangkutan tumben menggali batuan di Sungai Lembah Taksu.

TKP Longsor - Ditemui di lokasi longsor, Kadek Berata menceritakan kronologis tanah longsor yang merenggut nyawa saudaranya di Karangasem Bali.
TKP Longsor - Ditemui di lokasi longsor, Kadek Berata menceritakan kronologis tanah longsor yang merenggut nyawa saudaranya di Karangasem Bali. (Saiful Rohim/Tribun Bali)

"Sebelumnya juga pernah terjadi tahun 2009. Lokasinya juga sama. Saat itu korbannya berteduh di bawah. Tiba - tiba tanah di samping ambruk, dan menimbunnya,"cerita Nengah Diarsa.

Pihaknya mengimbau masyarakat untuk tak mencari batuan di tebing, yang akan berpotensi longsor.

"Kita minta agar warga mencari sekitar lahan datar. Jangan menggali dekat tebing karena membahayakan. Memang daerah sini masih banyak ditemukan batu tabas yang masih terpendam di bawah tanah,"jelasnya.

Aktivitas menggali bebatuan secara manual, sejatinya sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu.

Mereka berlima (korban longsor) berkelompok untuk menggali. Setelah terkumpul, hasil penggalian batuan dijual untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Seperti untuk biaya sekolah anak, dapur, makan dan minum. I Kadek Berata, pria asal Dusun Kemuning, Desa Buana Giri, Kecamatan Bebandem, mengungkapkan kegiatan mengali bebatuan sudah digeluti sejak beberapa tahun lalu.

Biasanya kelompok mengali di atas, menggunakan lingis dan sekop."Kita tak ada pekerjaan lain selain gali bebatuan untuk dijual,"kata Berata, Senin (11/9/2023).

Pria berambut pendek itu, mengaku mengali bebatuan sekitar Sungai Lembah Taksu baru pertama kali, sesuai keputusan dan kesepakatan kelompok.

"Satu kelompok ada 5 orang. Seorang tak bisa ikut mencari bebatuan di Sungai Lembah Taksu dikarenakan ada halangan. Akhirnya empat orang berangkat,"tambah Berata.

"Biasanya kita cari batu di lokasi lain. Kalau sudah terkumpul bebatuan di jual ke pengrajin tabas sekitar Buana Giri. Harganya bervariatif, tergantung jumlahnya. Pencarian batu di Sungai Lembah Taksu yang pertama,"imbuh Dek Berata.

Tisak ada firasat apapun selama perjalanan menuju ke Sungai Lembah Taksu.

Kelompok penggali bebatuan manual sempat mengobrol & senda gurau sebelum longsor.

"Tak ada firasat apapun. Sebelumnya mereka ngobrol biasa, & guyon. Setelah itu naik ke atas untuk mengali bebatuan,"jelas Kadek Berata. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved