Human Interest

Permintaan juga Datang dari Luar Negeri, Perajin Kelangsah di Klungkung Kesulitan Cari Bahan Baku

Perajin kelangsah atau anyaman daun kelapa di Desa Paksebali Klungkung mulai kesulitan bahan baku.

Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Perajin kelangsah di Desa Paksebali, Kabupaten Klungkung belum lama ini. 

TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Perajin kelangsah atau anyaman daun kelapa di Desa Paksebali Klungkung mulai kesulitan bahan baku.

Hal ini lantaran pohon kelapa saat ini banyak diserang hama nyungah (sejenis kumbang pemakan daun kelapa muda).

Padahal permintaan kelangsah selalu tinggi, bahkan sampai dikirim di luar negeri.


Adalah I Nyoman Tantra (70), warga dari Dusun Kangin, Desa Paksebali, Klungkung yang saat ini masih bertahan untuk membuat kelangsah.

Baca juga: Pasca Penyebrangan Ditutup Saat Nyepi Segara, Penumpang Menuju Nusa Penida Membludak 

Terlebih saat dewasa ayu pengabenan atau pernikahan seperti saat ini, kelangsah yang dibuat Nyoman Tantra laris manis.

Namun saat ini dirinya justru kesulitan untuk mendapatkan bahan baku (pelepah dan daun kepala).


 "Saya sudah keliling Kecamatan Dawan cari daun kelapa, tapi semua kelapa warga diserang nyungah (hama). Sehingga daunnya rusak dan tidak bisa dianyam," keluh Tantra belum lama ini.

Baca juga: Pelantikan Sekda Klungkung Akan Digelar, Bupati Suwirta Rahasiakan Pilihannya: Besok Ya


Agar usahanya bisa tetap bertahan, Tantra harus mencari bahan baku sampai ke wilayah Karangasem.

Ini tentu berpengaruh kepada ongkos pengiriman bahan baku, dan imbasnya ke harga kelangsah yang dijualnya.


"Karena langka, harga daun kepala (pelepah dan daun kelapa) juga mahal. Sekarang harganya Rp6000, itupun sulit carinya. Paling banyak saya cuma dapat 150 pelepah dan daun kepala dari luar Klungkung," ungkap dia.

Baca juga: Dipercaya Nahkodai FOPI Klungkung, Renin Suyasa Bertekad Besarkan Cabor Pentaque


Masalah tidak hanya pada bahan baku, saat pesanan ramai seperti sekarang, Tantra dan sejumlah penganyam kelangsah di Desa Paksebali juga sulit mencari buruh.


Biasanya ada anak-anak di Desa Paksebali yang ikut meramaikan pekerjaan tersebut untuk mencari uang tambahan. Anak-anak saat menyelesaikan satu kelangsah, biasanya mendapat upah Rp5000.


Namun jika sedang masa sekolah seperti sekarang, tidak banyak anak-anak yang membantu membuat kelangsah.  Tantra harus bekerja ekstra memenuhi pesanan. 


"Kalau musim libur banyak anak sekolah yang bantu. Sekarang kan tidak ada libur, jadi saya cuma berdua saja dengan teman (menganyam kelangsah). Karena kami sudah tua, sehari paling banyak kami cuma dapat menganyam 10 daun kelapa," ungkapnya.


Untuk satu kelasangsah, ia jual dengan harga Rp15.000. Mengingat dirinya tidak hanya mendatangkan bahan baku dari luar Klungkung, namun juga harus memberi upah kepada buruhnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved