Human Interest Story

Kisah Atlet Panjat Tebing Desak Rita, Kena Cacar Air Saat Asian Games Hingga Sempat Tidak Direstui

Lika-Liku Perjalanan Desak Rita Jadi Atlet Panjat Tebing, Kena Cacar Air Saat Asian Games Hingga Sempat Tidak Direstui Ayah

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
I Dewa Putu Sekar (kiri) bersama istrinya menunjukan sejumlah medali yang diraih oleh Desak Rita selama menjadi atlet panjat tebing, Kamis 4 Oktober 2023 - Kisah Atlet Panjat Tebing Desak Rita, Kena Cacar Air Saat Asian Games Hingga Sempat Tidak Direstui 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Desak Made Rita Kusuma Dewi kembali mengharumkan Indonesia di ajang Asian Games 2023 China.

Ia berhasil meraih medali emas kategori perseorangan dalam cabor panjat tebing.

Keberhasilan ini pun membuat orang tuanya bangga.

Namun dibalik prestasinya itu, ada kisah mengharukan yang dialami wanita asal Banjar Anyar, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini.

Ayahnya I Dewa Putu Sekar (51) menuturkan, sehari sebelum mengikuti pertandingan di Asian Games, anak kedua dari tiga bersaudara itu sejatinya terserang cacar air.

Baca juga: Kisah Jero Dasaran Alit Sebelum Jadi Spritualis: Sempat Sakit hingga Mengobati Hanya dengan Disentuh

Seluruh badannya terasa sakit. Ia mengabarkan kondisinya itu sambil menangis di telepon.

Pasalnya saat sakit Desak Rita tidak boleh minum obat.

Sebab dikhawatirkan urinnya mengandung doping yang membuat dirinya terancam didiskualifikasi.

"Dia sempat menangis karena kena cacar air. Tapi dengan tekad ingin meraih juara dalam lomba itu, dia hanya minta didoakan agar bisa diberikan kemudahan. Penangananya hanya diberi salep saja. Sekarang kondisinya sudah membaik, cacarnya sudah mulai kering," ungkap Dewa Sekar saat ditemui Kamis 5 Oktober 2023.

Keberhasilan Desak Rita meraih medali emas di ajang internasional itu membuat Dewa Sekar bersama istrinya Jero Komang Sari Artini (51) bangga.

Ia tak hanya mengharumkan nama Indonesia dan tempat asalnya, namun juga mengangkat martabat keluarga.

Dituturkan Dewa Sekar, anaknya itu menjadi atlet panjat tebing sejak duduk dibangku kelas II SD.

Ia sering berlatih bersama bibinya yang juga merupakan atlet panjat tebing di Taman Kota Singaraja.

Bagi Dewa Sekar, olahraga panjat tebing sangat berisiko. Ia khawatir anaknya terjatuh dan cidera.

Sehingga Dewa Sekar sempat tidak merestui Desak Rita untuk menjadi atlet panjat tebing.

"Sempat saya larang, padahal waktu SD itu dia sudah sering dapat juara. Saya takut dia jatuh. Ya namanya lihat anak perempuan ikut olahraga begitu saya jadi khawatir. Dia sempat latihan sembunyi-sembunyi pergi naik ojek. Tapi setelah diberi pemahaman oleh pelatihnya, katanya tali yang digunakan aman dari sana saya berpikir ya sudah mungkin sudah jalan hidupnya jadi atlet," ungkapnya.

Diakui Dewa Sekar, anaknya itu harus melewati lika-liku perjuangan yang panjang sebelum akhirnya sukses menjadi atlet yang membanggakan.

Pasalnya Desak Rita terlahir dari keluarga kurang mampu.

Dewa Sekar sempat terlilit utang saat bekerja sebagai seles.

Kemudian mencoba terjun ke bidang pariwisata, namun tergerus Pandemi Covid-19.

Hingga kini ia memilih untuk fokus berkebun.

Atas kondisi tersebut, Dewa Sekar mengaku tidak cukup uang untuk memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Desak Rita untuk menjadi atlet panjat tebing.

Ibunya bahkan harus menjual pandan terlebih dahulu agar mendapatkan uang Rp 30 ribu.

Uang itu diberikan untuk bekal Desak Rita latihan.

"Uang Rp 30 ribu itu ceritanya untuk bekal tapi tidak boleh dibelanjakan. Hanya untuk jaga-jaga siapa tau jalan ban motor bocor. Saat mau Kejurnas di Karangasem juga dia tidak punya celana. Saya belikan di toko Kintamani dengan harga Rp 15 ribuan. Setiap ada kejuaraan di Bali, selalu saya antar naik motor Honda Supra. Itu jadi kenangan yang tidak bisa saya dilupakan," tutur Dewa Sekar.

Desak Rita memiliki kemauan untuk membantu meningkatkan perekonomian keluarga. Ia terus berlatih dengan disiplin.

Hingga pada 2020 ia berhasil masuk dalam pemusatan latihan nasional (pelatnas), bahkan sukses meraih tiket mewakili Indonesia pada Olimpiade 2024 mendatang.

"Ekonomi kami sekarang terangkat berkat prestasinya dia. Dia bisa merenovasi rumah dan membantu biaya sekolah adiknya dari bonus-bonus yang dia dapatkan. Bonusnya juga dipakai beli tanah dibeberapa tempat," ucap Dewa Sekar.

Selama menjalani Pelatnas, wanita kelahiran Singaraja 24 Januari 2001 itu baru tiga kali pulang ke kampung halamannya.

Terakhir ia pulang saat manis Pagarwesi. Setiap pulang, Desak Rita selalu meminta kepada ibunya untuk dimasakan ikan pindang saus tomat, yang menjadi makanan favoritnya.

"Pusat yang minta dia untuk pulang karena mau ikut pertandingan internasional. Pulang untuk sembahyang dan minta doa restu sama orangtua. Kalau pulang minimal hanya empat hari. Meski pulang setiap hari itu dia harus pull up minimal 500 sampai 1.000 kali, jadi sebenarnya tidak ada liburnya," jelasnya.

Selain menjadi atlet, Desak Rita saat ini berstatus sebagai mahasiswi jurusan Penjaskesrek, Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja.

Ia sudah selesai mengerjakan tugas akhirnya, dan saat ini tinggal menunggu jadwal wisuda. (rtu)

Kumpulan Artikel Buleleng

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved