Berita Bali
Sebaran Sampah di Jalan-jalan Denpasar, Pj Gubernur: Tidak Elok Bali Tujuan Wisata Dunia
Sejak TPA Suwung Denpasar terbakar dan kegiatan operasionalnya ditutup, masyarakat khususnya di Kota Denpasar menaruh sampahnya di depan rumah
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Sejak TPA Suwung Denpasar terbakar dan kegiatan operasionalnya ditutup, masyarakat khususnya di Kota Denpasar banyak yang menaruh sampahnya di depan rumah.
Alhasil banyak pemandangan sampah menumpuk di pinggir ruas-ruas jalanan Kota Denpasar.
Baca juga: Imbas TPA Suwung Masih Tutup, Jalanan Kota Denpasar Dipenuhi Tumpukan Sampah
Dari pemantauan Tribun Bali, Jumat (27/10/2023), terlihat sampah rumah tangga tampak di depan rumah warga. Seperti di depan rumah salah satu warga bernama Kadek Dian (22), warga Jalan Penatih Denpasar.
Ibu dua anak ini mengeluhkan sampah yang lama tidak kunjung diambil petugas kebersihan.
“Biasanya tiga hari saja sudah diambil sampahnya. Ini sampai 10 hari lebih tidak diambil,” kata Dian, Jumat.
Baca juga: Pemkab Badung Launching Gerakan Pemantauan Pemilahan Sampah Kolaborasi TNI, Polri dan PKK Desa
Sebelumnya Pemprov Bali meminta agar masyarakat memilah sampah. Ketika ditanya apakah siap memilah sampah secara mandiri, Dian menegaskan dirinya tak memiliki waktu untuk memilah sampahnya.
“Tidak bisa saya kalau disuruh memilih sampah lagi karena waktunya sudah banyak digunakan mengurus anak dan bekerja,” imbuhnya.
Ibu Rai, pedagang ikan dan sayuran di Kota Denpasar juga mengatakan tak sanggup jika harus memilah sampah karena tak memiliki waktu karena sibuk bekerja.
Baca juga: Antisipasi Banjir Jelang Musim Hujan, PJ Gubernur Bali: Jangan Buang Sampah ke Selokan & Sungai
“Ya saya tidak ada waktu untuk memilah sampah, apalagi di sini banyak sekali oknum tidak bertanggungjawab membuang sampahnya depan toko saya,” ujar Rai, warga Jalan Nangka Utara.
Ia pun kesal dengan pihak-pihak tak bertanggung jawab yang menitipkan sampahnya ke depan tokonya.
Terlebih saat TPA Suwung ditutup karena kebakaran, Rai mengatakan ia tetap rutin membayar iuran sampah Rp200 ribu per bulan.
“Saya sampai ditegur karena sampah banyak di depan toko. Padahal banyak yang membuang sampahnya ke sini. Apalagi saat TPA Suwung tutup, banyak yang membuang sampahnya di sini (tokonya),” kata Rai.
Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya mengaku, pihaknya akan fokus pada program pengelolaan manajemen sampah, terutama menuntaskan masalah sampah di Kota Denpasar.
Menurutnya, tidak elok Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia, namun masih mempunyai permasalahan sampah berlarut-larut.
“Fokus kita saat ini ingin menyelesaikan sampah di kota Denpasar,” kata Mahendra Jaya saat menerima audiensi jajaran pengurus Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Provinsi Bali, di Ruang Tamu Wakil Gubernur Bali, Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Jumat (27/10/2023).
Pj Gubernur akan memaksimalkan fungsi Tempat Pembuangan Sampah Terpadu yang ada di Kota Denpasar.
“Kita maksimalkan fungsi TPST, seperti TPST Kertalangu, TPST Padangsambian dan TPST Tahura,” kata mantan staf khusus Mendagri ini.
Sementara untuk wilayah lain, terutama Badung, ia yakin Pemda setempat sudah mampu menyelesaikan.
Selain itu, program pungutan wisatawan asing yang masuk ke Bali, yang rencananya mulai berlaku 14 Februari tahun depan, juga akan diperuntukkan terutama untuk penanganan sampah di Bali. Pj Gubernur asal Gianyar ini pun menegaskan sudah tidak ada kata tidak siap untuk rencana tersebut.
“Siap tidak siap Februari harus jalan, dan Desember akan dilakukan simulasi,” tandasnya di hadapan pengurus Kadin Bali.
Hingga Jumat (27/10) proses pemadaman di TPA Suwung masih dilakukan. Kepala UPTD Pengelolaan Sampah Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, Ni Made Armadi, mengatakan api di TPA Suwung belum padam.
“Masih di tangani (kebakaran di TPA Suwung), (api) belum padam sekali,” kata Armadi.
Bank Sampah
Sementara itu, untuk mengatasi pengelolaan sampah an-organik, bank sampah telah diterapkan di perkotaan. Salah satunya di Desa Tegal Harum, Monang-maning, Denpasar.
“Kami di Desa Tegal Harum yang berada di perkotaan yang sudah kami ketahui dengan lokasi dan lahan yang sangat terbatas kami siasati dengan mendirikan bank sampah sebagai salah satu wujud kami berperan serta dalam menekan volume sampah yang menumpuk,” kata Perbekel atau Kepala Desa Tegal Harum, Komang Adi Widiantara, Jumat.
Pemilahan sampah di Bank Sampah Tegal Harum berbasis sumber sesuai Pergub 2019. Sampah rumah tangga yang sudah dipilah akan diolah di rumah tangga kemudian nantinya sampah residu akan dikirimkan ke TPA atau depo sampah.
Jenis sampah yang bisa masuk ke bank sampah yakni sampah anorganik seperti plastik, besi, botol kaca yang bisa bernilai ekonomis.
“Sampah organik seperti daun itu bisa diolah menjadi pupuk kita olah dengan komposter yang sudah beberapa tempat diberikan wadah. Secara efektivitas sudah bergerak, namun di perkotaan lebih banyak sampah industri dan sampah rumah tangga yang tidak bisa diolah. Untuk menyiasatinya, mau tidak mau, tetap membuang sisa sampah ini ke TPA atau depo sampah,” bebernya.
Dengan adanya bank sampah, kata Widiantara, dapat mengurangi sampah anorganik di lingkungan Tegal Harum 20-30 persen. Bank sampah ini dibangun sejak 2020 dan kini jumlahnya sudah 8 unit.
Sementara terkait tutupnya TPA Suwung Desa Tegal Harum membuang sampah ke TPA terdekat yakni memiliki TPA Monang-maning, Namun di TPA Monang-Maning sampahnya sudah menumpuk.
“Sempat kita mencoba alternatif membuang sampah di TPA lain, namun TPA tersebut terbakar. Saat TPA Suwung tutup bank sampah lumayan membantu mengurangi sampah anorganik 20-30 persen,” katanya.
DPRD: Tak Bisa Dibiarkan
WAKIL Ketua DPRD Bali, Dr Nyoman Sugawa Korry mengatakan, akhir-akhir ini di Bali berkembang fenomena yang cukup krusial, yaitu masalah sampah.
Dikatakan krusial karena tidak tertanganinya masalah sampah secara komprehensif mulai menimbulkan dampak cukup serius, di antaranya kebakaran di tempat pembuangan akhir, dengan segala dampak ikutannya.
“Masalah seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Harus ada upaya yang bisa mengatasi masalah sampah dari hulu sampai hilir. Belum tertanganinya sampah secara komprehensif, karena belum ada upaya untuk menangani di tingkat hulu, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dan aparat desa melalui Bumdes harus digerakkan secara masif.
Caranya, secara maksimal sampah termanfaatkan menjadi hal yang berguna dan bernilai ekonomis,” kata Sugawa, Jumat (27/10).
Sugawa mengatakan, pemerintah bisa hadir dengan membantu teknologi, pelatihan, sertifikasi dan insentif. Seluruh produknya ditampung oleh pemerintah, kalau tidak terserap oleh masyarakat petani.
Out put sampah dari tingkat hulu diusahakan seminimal mungkin. Kalau memungkinkan zero out put. Terhadap lembaga-lembaga atau usaha yang memproduksi sampah besar, seperti pasar, industri dan lain- lain diwajibkan produk sampahnya diolah menjadi zero out put.
“Untuk selanjutnya di tingkat tempat pembuangan akhir, pemerintah memberikan peluang atau dengan karpet merah kepada industri pengolahan sampah dengan menggunakan teknologi modern yang ramah lingkungan."
"Masalah sampah di Bali, sudah sangat serius. Sudah saatnya diambil kebijakan yang komprehensif terkait penanganan sampah,” katanya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.