Hari Pahlawan

Ida I Dewa Istri Kanya Layak Diusulkan Kembali sebagai Pahlawan Nasional

Sosok Ida I Dewa Istri Kanya juga sangat layak diusulkan kembali menjadi pahlawan nasional asal Klungkung.

Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Seorang warga saat memandangi lukisan yang menggambarkan perjuangan Ida I Dewa Istri Kanya. Lukisan tersebut terpajang di Pendopo Puri Agung Klungkung, Kamis (9/11/2023). 


Hingga saat ini, tidak ada foto, gambar ataupun illustrasi asli yang menggambarkan sosok Ida I Dewa Agung Istri Kanya


Meski demikian, Pemkab Klungkung sudah memenuhi beberapa persyaratan umum antara lain penggunaan nama Ida I Dewa Agung Istri Kanya sebagai nama Balai Budaya di Klungkung.

Kemudian pembuatan tari kolosal mengenai perjuangan ratu yang berhasil mengalahkan pimpinan ekspedisi Belanda, Mayor Jenderal A.V Michiels.


Serta dibangunnya patung Ida I Dewa Agung Istri Kanya di simpang empat By pass Ida Bagus Mantra, wilayah Tiyingadi, Kecamatan Dawan.


Berdasarkan catatan sejarah, Ida I Dewa Agung Istri Kanya berjuang pada tahun 1849. Sosok wanita heroik pemimpin pasukan Klungkung itu, dijuluki ratu berkepala besi karena tidak pernah mau berkompromi dengan penjajah.

Bahkan dari catatan-catatan kolonial, Ida Dewa Agung Istri Kanya merupakan sosok feminim yang tertarik pada syair, sekaligus memiliki kemampuan menyusun strategi perang.


Tanggal 24 Mei 1849, ekspedisi Belanda yang baru saja selesai menghadapi Buleleng dalam Perang Jagaraga, langsung dikerahkan menuju Padang Cove (Sekarang menjadi Padang Bai) untuk menyerang Klungkung. 


Sebagai pusat kerajaan di Bali pada masa itu, Belanda menargetkan Klungkung sebagai daerah yang akan ditaklukan.


Klungkung yang sejak lama sudah menyadari akan diserang oleh kolonial Belanda, telah membentuk pertahanan di sisi paling timur Klungkung, yaitu sekitar Pura Goa Lawah (Desa Pesinggahan).

Pasukan disiapkan di wilayah itu, dan dipimpin langsung Ratu Kerajaan Klungkung, Ida I Dewa Istri Kanya yang saat itu kerajaannya di Puri Kusanegara di wilayah Kusamba.


"Sesuai sumber literasi dan cerita turun menurun, leluhur kami, Ida I Dewa Istri Kanya merupakan wanita yang pemberani dan sikapnya tegas dalam menolak penjajahan Belanda. Intervensi Belanda dalam hukum tawan karang, sama sekali tidak digubris oleh Kerajaan Klungkung saat itu," ujar Penglingsir Puri Agung Semarapura, Ida Dalem Smara Putra beberapa waktu lalu.


Hal yang dikhawairkan kerajaan Klungkung terjadi pada 24 Mei 1848. Pasukan Belanda menyerang Klungkung dari sisi timur, sehingga pertempuran dahsyat terjadi seharian.

Pada saat itu, korban jiwa banyak berjatuhan dari pasukan laskar pemating Klungkung (Pasukan Kerajaan Klungkung) karena tidak berimbangnya persenjataan pada masanya.


Sehingga menjelang petang, pasukan Belanda berhasil meredam perjuangan pasukan Klungkung dan menguasai Puri Kusamba. Saat itu sekitar 800 pasukan Klungkung gugur. 


Ida I Dewa Istri Kanya dan pasukannya yang tersisa berhasil mengevakuasi keluarga kerajaan dan mundur ke barat. Sehingga kerajaan saat itu diduduki oleh pasukan Belanda.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved