Berita Bangli
Dewan Bangli Soroti Fenomena Lalat di Kintamani
Fenomena lalat di wilayah Kintamani viral di media sosial. Tak sedikit warganet yang merasa risih, karena banyaknya lalat.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Fenomena lalat di wilayah Kintamani viral di media sosial. Tak sedikit warganet yang merasa risih, karena banyaknya lalat.
Apalagi Kintamani merupakan salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan saat liburan ke Bali.
Fenomena banyaknya populasi lalat mendapat sorotan dari Anggota DPRD Bangli, Jero Gede Tindih. Kata dia, banyaknya lalat di Kintamani bukan hal baru.
Namun sejak penggunaan pupuk mentah berupa limbah kotoran, populasinya semakin meningkat.
"Jadi pupuk juga sedikit menyumbang. Disamping juga kondisi alam dan lingkungan," kata dia Minggu (7/1/2024).
Politisi asal Desa Songan Kintamani ini jika tak menampik, banyaknya populasi lalat di Kintamani sangat-sangat mengganggu bagi pariwisata di Kintamani.
Walaupun diakui hingga kini belum ada penelitian lalat di Kintamani yang hinggap di makanan ataupun minuman akan menyebabkan penyakit.
"Lalat yang ada di Kintamani ini bukan lalat bangkai, melainkan hanya lalat biasa. Cuma memang menyebabkan tamu komplain. Berbagai daya dan upaya sudah dilakukan pihak restoran, seperti menyalakan lilin. Tapi akan tetapi hasilnya nihil," katanya.
Lanjut Jero Tindih, meningkatnya populasi lalat merupakan fenomena alam.
Baca juga: Akibat Musim Penghujan, Pohon Tumbang Putus Akses Jalan Di Desa Perean dan Marga
Karenanya sebagai solusi, ia menyarankan agar pemerintah daerah melepaskan burung ataupun predator alami untuk memakan lalat.
Jero Tindih mencontohkan seperti hama tikus di Tabanan.
Pemerintah Kabupaten sekitar melawan hama tersebut dengan cara melepaskan burung hantu (celepuk) yang merupakan predator alaminya.
"Kalau menurut saya, karena ini merupakan siklus alam, maka harus dilawan dengan alam juga. Artinya buyung di Kintamani harus dilawan dengan burung yang merupakan predator alaminya. Tentunya dibarengi dengan aturan daerah, terkait pelarangan memburu burung tersebut," ucapnya.
Disamping itu sebagai solusi jangka panjang, pihaknya meminta agar penanganan lalat dilakukan dari hulu ke hilir.
Mulai dari pembinaan kepada petani terhadap pemakaian pupuk mentah, termasuk juga pembinaan kepada masyarakat mengenai hidup bersih.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.