Pria Tewas di Sempidi Badung

Keterbatasan Ekonomi Keluarga Korban Pengeroyokan di Sempidi, Jenazah Adhi Dipulangkan Naik Pikap

Polres Badung belum mendapat titik terang terkait kasus pengeroyokan dan pembacokan yang menyebabkan tewasnya Adhi Putra

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Keterbatasan Ekonomi Keluarga Korban Pengeroyokan di Sempidi, Jenazah Adhi Dipulangkan Naik Pikap 

Jenazah Adhi telah diautopsi di RSUP Prof Ngoerah. Dokter Ida Bagus Putu Alit DMF SpF selaku dokter forensik yang menangani jenazah korban membeberkan kronologi jenazah hingga tiba di RSUP Prof Ngoerah.

“Yang dapat kita informasikan bahwa korban dengan inisial AP kita terima di kamar jenazah RSUP Prof Ngoerah pada 16 Januari 2024 pukul 02.20 dini hari. Kemudian pada saat itu kami lakukan pemeriksaan luar,” ucap dr Alit, Rabu 17 Januari 2024.

Dia mengatakan, dari hasil pemeriksaan luar tersebut dr Alit memperkirakan, waktu kematian korban kurang dari 8 jam sebelum diperiksa.

Selain itu ia juga menemukan memang ada beberapa luka pada tubuh korban akibat kekerasan-kekerasan tumpul dan juga ada 1 luka terbuka pada dada kanan.

“Kemudian di tanggal yang sama 16 Januari 2024 jam 17.00 sore ada permintaan dari kepolisian untuk autopsi. Dan kita melakukan autopsi dan menemukan bahwa sebab kematian korban ini adalah luka tusuk pada dada kanan yang mengenai jantung dengan senjata tajam,” imbuhnya.

Jenazah korban sudah dibawa oleh keluarga ke kampung halaman, Selasa 16 Januari 2024. (rtu/gus/sar)

Aparat kepolisian Polres Badung saat melakukan evakuasi mayat yang merupakan korban pengeroyokan di Sempidi Badung pada Selasa 16 Januari 2024 pagi. Inset: Ibu korban pengeroyokan menangis menunjukkan foto anaknya semasa hidup di rumah duka di Buleleng, Senin 16 Januari 2024.
Aparat kepolisian Polres Badung saat melakukan evakuasi mayat yang merupakan korban pengeroyokan di Sempidi Badung pada Selasa 16 Januari 2024 pagi. Inset: Ibu korban pengeroyokan menangis menunjukkan foto anaknya semasa hidup di rumah duka di Buleleng, Senin 16 Januari 2024. (Istimewa/Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani)

Pj Gubernur Bali: Sudah Ditangani Polisi

DALAM rentang waktu beberapa hari belakangan aksi kejahatan berupa pengeroyokan terjadi Bali.

Berawal dari kasus seorang pemuda yang dikeroyok 12 orang sehingga berujung kematian di Sempidi, Dalung, Selasa 16 Januari 2024 tengah malam.

Keesokan harinya pengeroyokan terjadi di Jalan Gunung Soputan, dan terjadi keributan di Desa Cemagi, Badung, Rabu 17 Januari 2024.

Menanggapi hal tersebut, Penjabat (Pj) Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya menyatakan peristiwa yang terjadi telah ditangani aparat.

"Peristiwa tersebut sudah ditangani oleh aparat penegak hukum," kata Pj Gubernur Bali, Rabu 17 Januari 2024.

Disinggung mengenai imbauan untuk kepolisian, Sang Mahendra yang juga purnawirawan polisi ini mengatakan, pengamanan sejauh ini sudah baik.

Seperti di tiap desa dan kelurahan ada Bhabinkamtibmas dan Babinsa yang bekerjasama dengan aparat desa.

“Serta warga masyarakat setempat menjaga keamanan wilayahnya," imbuhnya.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol Jansen Avitus Panjaitan mengatakan, pelaku pengeroyokan, baik kasus di Jalan Raya Sempidi, Badung maupun di Jalan Gunung Soputan Denpasar, Bali, sama-sama masih buron.

Kasus-kasus ini menjadi atensi langsung Kapolda Bali Irjen Pol Ida Bagus Kd Putra Narendra agar benar-benar dituntaskan karena sudah meresahkan hingga menimbulkan korban jiwa.

Polda Bali pun mengerahkan jajaran Ditreskrimum yang memback-up Polres Badung dalam proses penyelidikan pelaku yang saat ini tengah dilakukan mulai dari mengecek CCTV (Closed Circuit Television) hingga menggali keterangan saksi-saksi di lokasi.

"Kasus ini atensi langsung dari Kapolda, selain meresahkan juga telah menimbulkan korban jiwa. Kami sudah melakukan pengejaran. Polres Badung di-backup oleh Reskrimum melakukan penyelidikan, antara lain kita cek CCTV dari seputaran lokasi untuk bisa dapatkan identitas maupun lainnya. Saat ini lagi didalami, termasuk rekaman video viral dan keterangan saksi," ujar Kombes Pol Jansen di Polda Bali, Rabu 17 Januari 2024.

Saat ini informasi yang didapati dari penyelidikan polisi dalam kasus pengeroyokan yang mengakibatkan tewasnya Adhi Putra Krismawan (23) asal Buleleng adalah pelaku merupakan gerombolan anak muda menggunakan 7 unit sepeda motor berjumlah sekitar 12 orang menggunakan pakaian serba hitam.

"Kasus ini sudah dilaporkan. Saksi tidak melihat ciri pelaku secara jelas, dan motifnya juga masih didalami," jelasnya.

Sedangkan dalam kasus pengeroyokan di Jalan Gunung Soputan Denpasar, terjadi karena pelaku menggunakan 5 unit motor berjumlah sekitar 10 orang dengan sengaja menggeber motor dan mengacungkan jari tengah, lalu memukul korban dengan kayu, terdapat 3 korban dalam kasus pengeroyokan yang juga belum jelas motifnya ini.

"Polresta Denpasar sudah meminta keterangan 3 korban. Ciri ciri pelaku sudah dikantongi dan diatensi bersama Polda Bali untuk dilanjutkan proses hukum lebih lanjut. Kami memeriksa TKP, CCTV, saksi dan bukti lain. Ciri-ciri pelaku yang sudah didapat dari saksi pelaku menggunakan 3 motor Vixion warna hijau, kuning dan hitam. Semua berboncengan dan semua datang arah timur," tuturnya.

Dari dua kasus tersebut yang baru dapat disimpulkan adalah waktu kedua persitiwa terjadi yakni pukul 00.30 Wita dan 02.30 Wita, yang artinya jam tersebut menjadi jam-jam rawan.

Untuk itu Polda Bali meningkatkan patroli pengawasan untuk menjaga kondusivitas.

Sementara itu, mengenai adanya dua kasus pengeroyokan ini menjadi bibit munculnya semacam aksi Klitih di Yogyakarta, yang mana pelaku yang mayoritas berusia remaja dengan asal melukai korban tanpa ada sebab, yang hanya ingin berbuat rusuh untuk eksistensi, Kabid Humas belum mendapati indikasi adanya hal itu.

"Sejauh ini masih dilakukan pendalaman penyelidikan dari Polresta Denpasar dan Polres Badung. Klitih kita belum melihat ada hubungannya dengan kedua peristiwa tersebut. Dugaan peristiwa aksi ini direncanakan atau pengaruh medsos sedang didalami motifnya," ujar dia.

Kombes Jansen menyatakan sangat prihatin dan menyesalkan peristiwa tersebut terjadi.

Dia juga ingin mengajak peran serta partisipasi masyarakat bersama-sama melakukan pencegahan.

"Kami turut prihatin dan sangat menyesalkan peristiwa tersebut. Kami akan melakukan kegiatan patroli, khususnya pada jam-jam malam hari waktu anak anak muda kumpul kita laksanakan kegiatan patroli blue light patrol. Yang pasti pelaku ditindak tegas. Perlu peran masyarakat, serta jangan terprovokasi. Percayakan proses ini diungkap segera Polda Bali," kata Kombes Jansen.

Mengenai ancaman hukuman terhadap pelaku kasus di Sempidi, Kabid Humas menjelaskan, pengeroyokan merupakan tindakan yang melanggar pasal 170 KUHP yang menyebutkan semua orang yang dengan nyata serta melakukan kejahatan bersama dengan kekerasan kepada orang/barang, maka akan dihukum maksimal 5 tahun 6 bulan dan hukuman penjara maksimal 12 tahun, apabila kekerasan mengakibatkan meninggal dunia.

Sedangkan untuk penganiayaan berat seperti kasus di Jalan Gunung Soputan diatur dalam Pasal 354 KUHP yaitu barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama 8 tahun.

Jika perbuatan tersebut mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun. (sar/ian)

Sosiolog Unud: Sosialisasi Tidak Sempurna

SOSIOLOG Universitas Udayana (Unud) Bali, Wahyu Budi Nugroho menilai perilaku kekerasan yang dilakukan anak muda disebabkan oleh sosialisasi yang tidak sempurna.

Hal ini menjadi cerminan adanya kasus-kasus pengeroyokan yang diduga dilakukan sekelompok anak muda terjadi di Badung dan Denpasar, Bali secara berturut-turut bahkan hingga menyebabkan nyawa korbannya melayang.

Hingga saat ini pelaku masih diburu polisi dan belum diketahui motif sesungguhnya para pelaku yang memiliki karakter cenderung bergerombol tersebut, baik dalam kasus di Jalan Raya Sempidi, Badung maupun di Jalan Gunung Soputan Denpasar.

Kasus pengeroyokan ini mendapat atensi langsung dari pucuk pimpinan Polda Bali yang menginstruksikan jajaran memberangus aksi-aksi kekerasan tersebut.

Namun, yang perlu diperhatikan bukan hanya tindakan represif, penangkapan atau pengungkapan dari aparat, melainkan bagaimana bersama-sama masyarakat mencegah munculnya tindakan-tindakan serupa diawali dengan pendidikan sosialisasi sempurna sejak dini.

"Melihat kasus ini, bisa disebabkan oleh sosialisasi yang tidak sempurna. Sosialisasi itu kan proses individu belajar seumur hidup untuk menyesuaikan diri dengan nilai norma dan budaya masyarakat sekitar," ujar Wahyu melalui sambungan telepon, Rabu 17 Januari 2024.

Wahyu menjelaskan, sosialisasi yang tidak sempurna terjadi karena agen-agen sosialisasi yang tidak klop, tidak sesuai atau tidak nyambung, misalnya di keluarga atau di sekolah.

"Anak-anak dididik untuk tidak berkelahi menggunakan kekerasan. Ketika melihat media sosial di situ ada kekerasan. Pergaulan sehari-hari di situ ada kekerasan, sehingga sosialisasi jadi tidak sempurna," ujarnya.

Selain itu, Wahyu menyebutkan, anak muda lebih menjadikan teman grup atau teman pergaulan sebagai acuan.

"Anak muda juga punya karakter agresif kemudian butuh pengakuan, punya motivasi untuk berkumpul atau tingkat kolektivitas cenderung tinggi untuk penerimaan sosial," tuturnya.

Penulis buku Sosiologi Kehidupan Sehari-hari (2021) ini mengatakan, peran keluarga dan sekolah sangat berperan penting dalam pembentukan karakter anak dengan menggencarkan kegiatan atau aktivitas-aktivitas positif.

"Yang paling bisa berperan adalah keluarga dan sekolah. Keluarga agen sosialisasi pertama anak. Sekolah juga harusnya bisa berperan lebih. Kalau keluarga bisa seperti pengawasan, sekolah bisa dengan menggencarkan sosialisasi aktivitas positif untuk anak muda," katanya. (ian)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved