Harga Cabai Naik

Jelang Galungan, Harga Cabai Merah Besar Tembus Rp 90 Ribu/Kilo, Akibat Curah Hujan Tinggi

Jelang Galungan, Harga Cabai Merah Besar Tembus Rp 90 Ribu/Kilo, Akibat Curah Hujan Tinggi

Penulis: Arini Valentya Chusni | Editor: Fenty Lilian Ariani
TB/ Valen
Ketut Tini selaku salah satu pedagang di Pasar Cokroaminoto Denpasar mengatakan, kenaikan harga cabai sejak 1 minggu yang lalu. Diikuti dengan harga cabai rawit yang ikut naik mencapai Rp 50 Ribu / kilogram. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Jelang hari raya Galungan, sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan.

Pantauan Tribun Bali pada Jumat (9/2/2024), di Pasar Cokroaminoto Denpasar, harga cabai merah besar mencapai Rp 90 Ribu / kilogram. 

Begitupun dengan harga cabai keriting yang tembus Rp 90 Ribu / kilogram. 

Ketut Tini selaku salah satu pedagang di Pasar tersebut mengatakan, kenaikan harga cabai sejak 1 minggu yang lalu. Diikuti dengan harga cabai rawit yang ikut naik mencapai Rp 50 Ribu / kilogram. 

“Kalau percabaian naik semua, apalagi mendekati galungan. Bisa-bisa nanti diatas Rp 100 ribu semua perkilo. Kalau bawang putih dan bawang merah stabil.

Bawang putih dibanderol Rp 35 Ribu, bawang merah Rp 28-29 Ribu perkilo,” ujar Ketut Tini pada Tribun Bali, (9/2/2024).

Saat dikonfirmasi Tribun Bali, Putu Gede Sukadana selaku Kepala Bidang Metrologi dan Tertib Niaga  Disperindag Kota Denpasar mengatakan naiknya harga sembako salah satunya cabai disebabkan karena cuaca yang tidak mendukung. 

"Hasil pantauan dari team Disperindag setiap Senin dan Kamis, kita turun langsung ke 4 pasar. Hasil pantauan dari kemarin, cabai sudah mencapai Rp 80-90 Ribu perkilogram. Kalau kita berbicara komunitas pertanian khusunya cabai merah dan cabai kecil tergantung kondisi alam. Kalau sudah kena hujan dadakan otomatis layu," ujar Sukadana pada Tribun Bali.

Kondisi cuaca yang tidak mendukung berpengaruh pada hasil panen dan berkurangnya pasokan di pasar.

Baca juga: Personel Polres Kawasan Bandara Ngurah Rai Disiagakan Untuk Antisipasi Kemacetan


Hasil panen yang tidak menentu disebabkan oleh kondisi alam yang tidak dapat diprediksi.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved