Berita Bali
Dokter Ungkap Usia dan Gaya Hidup Pengaruhi Kesuburan, Tren Bayi Tabung di Bali Meningkat
Dokter Ungkap Usia dan Gaya Hidup Pengaruhi Kesuburan, Tren Bayi Tabung di Bali Meningkat, Gangguan Kesuburan Pria Naik 40 Persen
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Seiring dengan luasnya akses ilmu pengetahuan terhadap strategi fertilitas, tren bayi tabung di wilayah Provinsi Bali mengalami peningkatan dari tahun ke tahun belakangan ini.
Hal ini disampaikan dr. Jaqueline Sudiman dijumpai Tribun Bali, di sela acara Win Fertility Center di Bhumiku Balai Pertemuan, Denpasar, Bali, pada Minggu 11 Februari 2024.
"Memang trennya setiap tahun meningkat, saya rasa karena pengetahuan, informasi lebih banyak, masyarakat yang sebelumnya awam infertilitas kini tidak mau menunggu lebih lama atau menunda-nunda lagi," kata dr. Jaqueline.
Dijelaskannya bahwa, usia berpengaruh besar terhadap tingkat kesuburan, baik sel telur wanita maupun kualitas sperma pada pria.
Ia mengungkapkan bahwa tren belakangan terdapat kalangan perempuan memprioritaskan karier maupun menunda kehamilan atau bahkan menunda pernikahan sehingga berdampak pada peningkatan infertilitas.
"Ditekankan bahwa usia ibu berpengaruh, usia ayah berpengaruh, ayah di atas 40 tahun sulit mendapatkan anak karena kualitas sprema menurun meski tidka semenurun dibandjngkan wanita," bebernya.
Bahkan program teknologi bayi tabung pun juga masih ada persentase keberhasilannya di mana apabila di luar usia emas kehamilan yakni 20-30 tahun maka persentase semakin rendah.
Untuk diketahui, program bayi tabung adalah teknologi menyatukan sperma dan sel telur dan dikembangbiakkan sampai mennjadi embrio calon bayi kemudian dimasukkan ke dalam rahim ibu bayi yang prosesnya membutuhkan waktu berhari-hari dari suntik hormon hingga suntik embrio.
"Program, pemeriksaan adalah hal yang penting agar tahu apakah perlu program bayi tabung, untuk tingkat keberhasilan usia di bawah 30 tahun keberhasilan 50 persen, usia 30-35 tahun tingkat keberhasilan 30 persen dan usia 36-40 tahun keberhasilan 20-25 persen, lalu di atas 40 tahun keberhasilan 10 persen, sangat bergantung pada usia ibu," paparnya
Baca juga: BREAKING NEWS : Pengendara Terjun ke Jurang di Nusa Penida, Wanita Hamil Berpulang
Pada kesempatan yang sama, Dr dr A.A.N Anantasika menuturkan bahwa permasalahan kehamilan tidak hanya problem dari istri namun juga suami.
"Masalah kehamilan itu 50:50 antara istri dan suami, istri poinnya bisa masalah gangguan masa subur, saluran sel telur ada sumbatan, infeksi atauu pengaruh penyakit lain, kalau suami problemnya kualitas sperma," bebernya.
Ia mengungkapkan bahwa di era saat ini sering ditemui suami yang mengalami gangguan sperma, gangguan ini banyak dipengaruhi oleh faktor, salah satunya adalah pola gaya hidup.
"Di era sekarang sering kiita temui sperma yang mengalami kelainan bentuk," ujarnya.
Ia berpesan untuk pasangan muda agar tidak buang-buang waktu apabila ingin hamil maka sebaiknya tidak lebih dari usia 35 tahun, karena usia 35 tahun sudah lampu kuning untuk kemungkinan hamil berkurang dan untuk upayanya perlu biaya yang tidak sedikit.
"Semakin muda semakin bagus, jangan buang-buang waktu, harus lebih awal kenali masalah dan pemecahannya," tuturnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.