Mutasi TNI

Kisah Perwira TNI Mantan Tukang Ojek Tunaikan Tugas Dandim Jembrana, Dimutasi bersama King of Sparko

Selain Dandim 1616/Gianyar Letkol Inf Eka Wira Dharmawan alias King of Sparko, Dandim 1617/Jembrana Letkol Inf Teguh Dwi Raharja juga dimutasi.

Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: I Putu Juniadhy Eka Putra
Istimewa
Letkol Inf Eka Wira Darmawan dan Letkol Inf Teguh Dwi Raharja saat menjalani Sertijab. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Selain Dandim 1616/Gianyar Letkol Inf Eka Wira Dharmawan alias King of Sparko, Dandim 1617/Jembrana Letkol Inf Teguh Dwi Raharja juga dimutasi.

Ya, dua komandan Kodim ternama jajaran Korem 163/Wira Satya yakni Dandim 1616/Gianyar bersama Dandim 1617/Jembrana menjalani mutase secara bersamaan, pekan ini. 

Sertijab berlangsung di Aula Korem 163/Wira Satya Denpasar, Bali, yang dipimpin langsung oleh Komandan Korem 163/Wira Satya Brigjen TNI Agus M Latif pada Jumat 16 Februari 2024. 

Letkol Teguh Dwi Raharja digantikan oleh Letkol Inf Mohamad Adriansyah sebagai Dandim 1617/Jembrana. 

Selanjutnya Letkol Teguh ditarik ke markas Kodam IX/Udayana. 

Ia akan menjabat sebagai Wakil Asisten Operasi (Waasops) Kepala Staf Kodam IX/Udayana.

Baca juga: Intip Gaji Selebgram TNI King of Sparko Saat Jadi Dandim, Sampai dapat 7 Tunjangan Lho

Letkol Teguh merupakan perwira menengah TNI AD yang sarat akan pengalaman.

Selain itu, ia juga punya kisah perjuangan panjang dan berat hingga bisa menjadi perwira menengah TNI AD.

Kepada Tribun-Bali.com, Letkol Teguh pernah bercerita mengenai kisah masa kecilnya yang hidup keras di Gilimanuk. 

Siapa sangka, dia merupakan anak seorang pedagang es di Pelabuhan Gilimanuk.

Letkol Teguh merupakan putra dari pasangan Agustoni dan Bibit Lestari, yang berasal dari Gilimanuk, Jembrana.

Letkol Teguh memiliki semangat tinggi meraih cita-cita sebagai seorang TNI karena terbiasa hidup di tengah-tengah masyarakat menengah ke bawah. 

Bahkan Teguh menuturkan saat usia sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas hidupnya penuh dengan garis perjuangan. 

Sembari menempuh pendidikan di sekolah dengan keterbatasan biaya, dia pernah merasakan menjadi penjual koran, ngamen, tukang gojek, hingga tukang semir sepatu di Pelabuhan Gilimanuk.

"Saya usia - usia SD, SMP, SMA itu besar perjuangannya, dari jualan koran, ngamen, ngojek, hingga jadi tukang semir sepatu pernah saya jalani," ungkap perwira menengah TNI alumnus Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Merdeka Malang dan telah menyelesaikan pendidikan S2 di Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi itu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved