Berita Buleleng
Kasus Pementasan 2 Sekaa Gong Legendaris, Pemkab Buleleng Sampai Gelar Guru Piduka
Pada penampilan pertama, kedua sekaa gong itu sukses menghibur masyarakat yang hadir.
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Koordinator Sekaa Gong Kebyar Eka Wakya I Gede Arya Septiawan mengatakan, pihaknya sebagai pegiat dan pelestari seni gong kebyar legendaris merasa kecewa.
Sebab jadwal pementasan berubah-ubah.
Kata dia, panitia penyelenggara juga terkesan lebih banyak memberikan panggung untuk pementasan seni modern (band).
Akhirnya secara spontanitas dua sekaa gong itu memutuskan untuk membubarkan diri.
"Kami tidak dipentaskan sesuai harapan kami. Kami terkesan bengong melihat seni modern yang pentas di depan mata kami. Kami ini pegiat seni tradisional yang membawa nama Bali ke mancanegara, namun kemarin hanya bengong dan terdiam, yang bisa memberikan tempat terhormat buat kami adalah Pesta Kesenian Bali (PKB)," keluh Arya.
Ia mengatakan, untuk tampil dalam memeriahkan HUT Kota Singaraja ini, pihaknya sejatinya telah membawa beberapa perangkat gamelan tua yang disakralkan, seperti gong gantungan dan gong reong yang dilinggihkan di Pura Pengaruman.
Bahkan sebelum pentas pihaknya juga telah menjalani prosesi upacara adat.
"Sesuhunan kami tetakson kesenian, jadi kami tidak bisa mencampakan ketika ada pementasan. Harus terikat antara sekala dan niskala. Gong yang disakralkan ini kami kurang tahu persis tahun berapa ada. Namun Pura Pengaruman ini diperbaiki tahun 1906, tentu pratima dan pralingga itu sudah ada lebih dulu sebelum pura ini diperbaiki," jelasnya.
Arya mengatakan, pihaknya tidak ingin menyalahkan siapapun atas adanya kejadian ini.
Ia juga meminta maaf kepada seluruh masyarakat yang tidak dapat melihat penampilan Sekaa Gong Kebyar Eka Wakya mabarung dengan Sekaa Gong Kebyar Jaya Kusuma.
Tanda-tanda Masalah
Sedangkan Koordinator Sekaa Gong Kebyar Jaya Kusuma, Nyoman Arya Suryawan mengatakan, niat untuk batal tampil sejatinya sudah muncul pada siang hari.
Saat hendak check sound sekitar pukul 12.00 Wita, panitia tidak memberikan izin dengan alasan ingin mendahulukan artis Ibu Kota yang juga dihadirkan untuk memeriahkan HUT Kota Singaraja.
Sementara anggota sekaa yang dihadirkan pihaknya, kata Suryawan, merupakan seniman legenda berusia 80 hingga 87 tahun, yang memiliki semangat tinggi untuk memperkenalkan gong kebyar asal Desa Jagaraga.
"Saya bilang, saya juga artis Bali pak. Ini ada lomba mabarung. Saya ngambul turun dari panggung dan meminta anggota sekaa untuk merias. Lalu jam lima sore kami diminta untuk standby, kami siap-siap,'' jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.