Berita Buleleng

Seniman Buleleng Bentuk Paguyuban, Buntut Batal Tampil Dua Sekaa Gong Kebyar Legendaris

Seniman Buleleng Bentuk Paguyuban, Buntut Batal Tampil Dua Sekaa Gong Kebyar Legendaris

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Aloisius H Manggol
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Sejumlah seniman di Buleleng saat menggelar pertemuan, Senin (1/4) malam 

TRIBUN-BALI. COM, SINGARAJA - Sejumlah seniman di Buleleng sepakat untuk membentuk paguyuban.

Selain itu pihaknya juga berencana bertemu dengan Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana, untuk menyampaikan pernyataan sikap agar pemerintah lebih menghargai para seniman

Keputusan itu diperoleh setelah sejumlah seniman tari, tabuh, dalang, musisi, sastra hingga karawitan, berkumpul pada Senin (1/4) malam di wilayah Kelurahan Beratan, Kecamatan Buleleng.

Mereka berkumpul untuk membahas kejadian batalnya tampil dua sekaa gong kebyar legendaris pada perayaan HUT ke-420 Kota Singaraja beberapa waktu lalu. Kejadian tersebut dianggap menjadi catatan kelam yang dialami para seniman. 

Baca juga: Dipisahkan Oleh Maut di Jalanan Karangasem, Terungkap Gus Wisnu dan Ayu Masih Ada Hubungan Keluarga

Dari pertemuan itu selain menceritakan kronologi batalnya tampil dua sekaa gong legendaris, satu persatu seniman juga berkesempatan menyampaikan keluhan khususnya pada Pemkab Buleleng.  Salah satunya terkait bayaran yang kerap ditawar murah.

"Tiap tampil di RTH Taman Bung Karno, kami dari desa semangat sekali turun untuk tampil. Tapi sesampainya di sana, kadang hanya diberi air minum, kadang tidak sama sekali, mungkin karena mereka lupa," keluh salah satu seniman

Koordinator Aksi Gede Pande Satria Kusuma Yudha mengatakan, dari pertemuan itu pihaknya sepakat untuk membentuk paguyuban yang juga berperan sebagi event organizer.

Baca juga: Selamat Jalan Gus Wisnu, Tiga Hari Turun Kapal Pesiar, Langsung Bertemu Ajal Saat Bareng Kekasih

Sehingga apa bila para seniman di Buleleng mendapatkan tawaran untuk tampil, maka paguyuban ini lah yang akan mengatur jalannya acara.

Hal ini dilakukan agar para seniman tradisional dapat tampil dipanggung sesuai dengan pakem dan versi para pelaku seni. 

"Kami sepakat akan membentuk paguyuban seniman Buleleng agar kami punya taraf selevel dengan event organizer. Tidak boleh lagi ada kejadian-kejadian yang menampar muka kami sebagai seniman. Kami akan segera membentuk strukturalnya. Ini kami lakukan untuk menjaga harkat dan martabat seniman di Buleleng," ucap Yudha yang juga merupakan Pimpinan Padepokan Seni Dwi Mekar. 

Yudha menyebut, pihaknya juga berencana akan bertemu dengan Pj Bupati Buleleng dalam waktu dekat.

Pihaknya ingin membacakan pernyataan sikap, agar ke depan pemerintah lebih menghargai para seniman di Buleleng.

"Pemerintah memang sudah ngaturang guru piduka. Mereka juga menyampaikan permohonan maaf lewat sosial media dan sudah dimaafkan oleh sekaa dan keadaan sudah kembali normal. Namun seperti kata pepatah, dimaafkan boleh tapi dilupa jangan. Jadi kami juga harus tegas, agar kedepan kejadian seperti ini tidak terulang lagi," terangnya. 

Disisi lain, kejadian saat perayaan HUT Kota Singaraja itu juga menyeret ADA Band. Mengingat band ibukota itu menjadi bintang tamu utama saat insiden itu terjadi.

Menanggapi kejadian tersebut, ADA Band melalui akun media sosial vokalisnya Indra Perdana Sinaga menulis: Om Swastiastu teman teman di Singaraja Buleleng Bali.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved