Human Interest Story
Kisah 3 Warga Gianyar Jalan Kaki Maturan ke Pura Besakih Bali, Tempuh Jarak 42 KM
tiga sekawan asal Kabupaten Gianyar itu sudah memulai perjalanannya untuk bersembahyang ke Pura Besakih
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Jam tangan menunjukkan pukul 05.00 Wita pada Jumat 5 April 2024.
Saat sebagian besar masyarakat Bali masih tertidur pulas, tiga sekawan asal Kabupaten Gianyar itu sudah memulai perjalanannya untuk bersembahyang ke Pura Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali.
Mereka ialah, Fernanda Agastya asal Banjar Peninjoan, Desa Kemenuh, Sukawati, serta dua kakak beradik, Made Parta dan Nyoman Kibul asal Banjar Tengkulak Kaja, Desa Kemenuh, Sukawati.
Pada kesunyian malam, mereka menapaki langkah demi langkah kakinya, dari Banjar Tengkulak Kaja, memecah kabut tipis di Jalan Raya Goa Gadjah, serta melewati semak belukar untuk mempersingkat jarak tempuh.
Baca juga: KISAH PILU, Bocah 7 Tahun Asal Bangli Meninggal Akibat DBD, Janji Hadiah Belum Terealisasi
Di mana dalam menuju Pura Agung Besakih yang berjarak sekitar 42 kilometer dari awal mereka berjalan kaki, tiga sekawan ini tidak mengikuti jalan utama.
Melainkan memilih jalan shortcut, yang tentunya harus melewati tebing, semak-semak, sawah dan kontur alami alam.
Di tengah perjalanan, langkah mereka harus terhenti sekian menit, karena harus memakai jas hujan, lantaran saat itu guyuran hujan menyertai perjalanan tiga sekawan ini.
Meski demikian, hujan tak mematahkan sedikit pun semangat mereka untuk menghaturkan bhakti ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi.
Perjalanan panjang disertai hujan dan sengatan sinar matahari terbayar, saat jam tangan menunjukkan pukul 16.00 Wita.
Sebab candi bentar yang gagah dengan latar belakang Gunung Agung telah terpampang dihadapan mereka.
Mereka telah tiba di Pura Agung Besakih.
Fernanda Agastya, yang akrab disapa Yande, Rabu 10 April 2024 mengatakan, ia dan dua kawannya tersebut bersyukur bisa sampai di Pura Agung Besakih dengan berjalan kaki.
Terkait jarak tempuh yang jauh, Yende mengatakan hal tersebut tidak berarti bagi mereka bertiga.
Sebab, mereka telah terbiasa melewati medan-medan berat saat mendaki gunung.
Diketahui, Yande yang berprofesi sebagai tekni ini, telah mencatatkan pendakian gunung sebanyak 78 kali.
Adapun yang memotivasinya berjalan kaki ke Pura Agung Besakih, karena kerap mendengar keluhan pemedek/umat tentang jarak dari parkiran kendaraan menuju pura dikatakan sangat jauh.
Menurut Yande, selama tujuannya adalah untuk menghaturkan bhakti pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, tidak ada kata jauh ataupun berat.
"Bagi kami, niat yang tulus pasti mencapai tujuan yang diinginkan. Kami juga termotivasi ketika melihat beberapa keluhan umat saat nangkil ke Besakih, terutama ketika jalan kaki dari area parkir menuju Pura Agung Besakih. Sebenarnya itu dekat, jalan kaki tidak sampai 5 menit," ujar Yande.
Yande menjelaskan, jalan kaki bukan hanya membuat fisik menjadi sehat. Namun juga berkaitan dengan kejernihan pikiran saat akan bersembahyang.
Sebab, saat berjalan kaki menuju pura, pikiran akan dipusatkan pada aktivitas fisik, pikiran yang fokus tersebut juga membuat kekalutan akan sirna, sehingga saat akan bersembahyang, pikiran akan menjadi jernih, terbebas dari pemikiran negatif.
Dalam menempuh perjalannya ke Pura Agung Besakih, Yande dan dua kawannya ini tidak memiliki persiapan khusus.
"Persiapan khusus tidak ada, cuma bawa pakaian sembahyang dan banten. Kendala cuma kadang sinyal GPS hilang saat kita memilih lewat shortcut. Tapi astungkara ketemu jalan raya," kata Yande.
Tiga sekawan ini berharap, langkah mereka bisa memotivasi umat.
Mereka berharap tidak ada lagi umat yang mengeluh hanya karena berjalan kaki dari parkiran menuju tempat persembahyangan.
"Mudah-mudahan memotivasi masyarakat lainnya," ujarnya. (*)

Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.