Berita Bali

The Famous Squatting Dance: Merayakan Marya, Festival Menelusuri Jejak Maestro Tari Ketut Mario

“The (Famous) Squatting Dance: Jung Jung – Te Jung” oleh Mulawali Performance Forum menggunakan basis material arsip tari Igel Jongkok.

Tribun Bali/Putu Supartika
Konferensi pers Merayakan Marya di ITB Stikom Bali - The Famous Squatting Dance: Merayakan Marya, Festival Menelusuri Jejak Maestro Tari Ketut Mario 

Selama tiga hari, acara juga akan menampilkan pertunjukan berbasis arsip dan karya I Marya.

Beberapa diantaranya adalah “The (Famous) Squatting Dance: Jung Jung – Te Jung Dance” oleh Mulawali Performance Forum; Bee Dances oleh Ninus kolaborasi bersama Sanggar Sunari Wakya dan Komunitas Seni Arjuna Production; “Sejak Padi Mengakar” oleh Bang Dance; serta Tari Kebyar Duduk dan Kebyar Terompong oleh Sanggar Haridwipa.

“The (Famous) Squatting Dance: Jung Jung – Te Jung” oleh Mulawali Performance Forum menggunakan basis material arsip tari Igel Jongkok.

Pertunjukan yang disutradarai oleh Wayan Sumahardika ini menawarkan pembacaan atas arsip tari Igel Jongkok dalam bingkai gestur kolonial, situasi transisional yang bergerak secara sirkular, serta bentang kemungkinannya untuk dilihat sebagai keberlanjutan dari kultur lokal.

Jung Jung-Te Jung sendiri diambil dari bunyi tabuhan dalam tari Bali gubahan baru sebelum mengalami penamaan baru seperti Igel Jongkok hingga Kebyar Duduk.

Proses penamaan ini tak hanya menyentuh persoalan praktik koreografi, tapi juga bagaimana interaksi Barat, modernitas, tradisi, dan komunalitas saling-silang di dalamnya.

Penelusuran ini ditawarkan dalam bentuk naratif performatif melalui tubuh (penari) Bali hari ini.

“Bee Dances” merupakan kolaborasi perdana antara koreografer Indonesia, Ninus dan Kareth Schaffer yang merupakan koreografer yang berbasis di Berlin.

“Bee Dances” menelisik bagaimana pertukaran budaya di masa pasca-kolonial dimungkinkan.

Sementara karya tari “Sejak Padi Mengakar” karya koreografer Gus Bang Sada akan menampilkan isu kritis tentang kenyataan alih fungsi lahan pertanian di Bali secara massif.

Ibarat padi yang semakin berisi semakin merunduk, Gusbang ingin melihat perubahan yang terjadi dari segala sisi tentang keberadaan pangan dan lingkungan.

Secara artistik, pertunjukan ini menawarkan sikap duduk yang dipinjam dari salah satu sikap tari tradisi Bali (Kebyar Duduk) untuk menyatakan sikap kepemilikan atas lahan sekaligus bentuk adaptasi tubuh atas ruang yang mulai berubah.

Ia menambahkan, dalam kesempatan ini juga akan dibicarakan tentang mitos-mitos yang tersebar tentang sosok I Mario.

Sementara itu, Marlowe Banden dari Arsip Bali 1928 mengatakan Igel Jongkok saat ini hampir berusia satu abad.

Dalam festival ini akan dihadirkan ruang kolaborasi publik dengan melibatkan masyarakat umum.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved