GONG Kebyar Duta Gianyar Pemanasan di HUT Kota Gianyar, Selip Kisah Kelebat Bayangan Banaspati

TRIBUN-BALI.COM - Mata penonton tertuju pada panggung terbuka Balai Budaya Gianyar. Tepuk tangan riuh terdengar saat para penabuh memainkan instrumennya. Mereka yang menyaksikan tampak terpukau.

Sebelum pentas di Pesta Kesenian Bali (PKB) pada Juni 2024, penabuh gong kebyar dewasa dan remaja duta Kabupaten Gianyar pemanasan pada momen HUT Gianyar, Senin (15/4) malam.

Pagelaran malam itu diawali dengan penampilan Gong Kebyar Remaja Komunitas Seni Saptana Jagaraga, Desa Singapadu yang membawakan garapan kreasi lelambatan tabuh dua Jagaraga.

Garapan ini merupakan cerminan kesiapsiagaan dalam mengarungi langkah pembaharuan berolah seni, dan juga ikut memperkaya khasanah seni musik Bali dalam identitas jati diri yang kuat akan pakem klasik tetabuhan Bali. Karya tersebut digarap seniman I Wayan Darya.

Baca juga: MUTASI Deretan Perwira di Gianyar, Kompol Tama Kini Tugas di Krimsus Polda Bali

Baca juga: BOCAH Usia 5 Tahun Asal Klungkung Jadi Korban, DBD di Buleleng Capai 515 Kasus

Kemudian dilanjutkan pementasan Tari Kebyar Jagaraga yang terinspirasi dari tarian kebyar khas Buleleng yang memiliki karakter musik dan gerak khas seperti kebyar legong, kebyar gandrung, dan kebyar pangeleb.

Garapan ini menggambarkan perjalanan Dewa Agung Api merabat hutan Jagaraga untuk membuat Puri Singapadu. Alkisah Dewa Agung Api dibantu kekuatan roh singa dan akhirnya Puri Singapadu bisa dibangun. Fragmen tari ini digarap oleh Kadek Dewi Aryani.

Penampilan Gong Kebyar Komunitas Seni Saptana Jagaraga ditutup dengan penampilan Tari Kreasi Barong Api yang terinspirasi dari nama besar seniman pencipta barong ket dari Desa Singapadu, yakni Ida Dewa Agung Api.

Tokoh ini dan anak buahnya menciptakan barong ket setelah melihat kelebat bayangan Banaspati Raja di angkasa yang kemudian digambar dengan kakinya di tanah. Barong Ket ciptaan Dewa Agung Api kemudian menjadi ikon budaya masyarakat Desa Singapadu.

Sementara itu, Gong Kebyar Dewasa Batur Mahaswara, Desa Batuan membawakan garapan Tabuh Pepanggulan Kreasi Tembang Salukar yang terinspirasi dari senandung estetis dalam relung cinta.

Mahadaya cinta melalui intuisi imajinasi penata terikat dari alunan gamelan pegambuhan dan genggong, ibarat dua sejoli yang sedang memadu kasih. Karya seni ini digarap I Komang Winantara

Budayawan Bali, Prof I Wayan Dibia mengatakan, penampilan dari kedua sekaa gong membanggakan karena didukung tenaga muda. “Jadi ini suatu potensi dan sekaligus kebanggaan yang menunjukkan bahwa di Gianyar generasi seniman itu tidak pernah habis-habisnya,” ujar.

Dilanjutkan dengan Tari Kekebyaran Macan Angelur merupakan karya tari kekebyaran yang terinspirasi dari daya estetik gerak-gerak tokoh Demang Tumenggung pagambuhan gaya Batuan yang berkarakter tegas, agung berwibawa, lugas sebagai cerminan kesetiaan.

Menonjolkan karakter keras terpadu harmoni dengan iringannya yang mengangkat kekunoan klasik sehingga diharapkan dapat memancarkan simbolik esensi vibrasi ekspresi sani manunggal ing angga sarira-katon sami mulat yang bermartabat dan unggul karya seniman I Kadek Karyana, SE.

Sebagai penampilan penutup, ditampilkan Fragmentari Baturan Angugat karya seniman Dr. I Wayan Budiarsa, S.Sn., M.Si yang mengisahkan kehidupan masyarakat Baturan (Batuan) pada jaman Bali Kuno ketika pemerintahan Bali dipimpin raja Sri Marakatta yang tersohor adil bijaksana.