Berita Tabanan

Sistem Ngadas, Efektif Kembangkan Peternakan Sapi di Desa Selemadeg Tabanan Bali 

Yakni dengan melakukan pola pengembangan peternakan sapi, sistem ngadas. Artinya warga tidak perlu membeli induk sapi, mereka hanya cukup memelihara

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
ISTIMEWA
SAPI - Pemerintah Kabupaten Tabanan, melihat program ngadas perkembangbiakan sapi di Desa Selemadeg yang efektif bantu perekonomian warga. 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - BUMDes Bumi Lestari di Desa Selemadeg, Kecamatan Selemadeg, Tabanan, Bali, mengembangkan potensi peternakan sapi.

Yakni dengan melakukan pola pengembangan peternakan sapi, sistem ngadas. Artinya warga tidak perlu membeli induk sapi, mereka hanya cukup memeliharanya saja.

Perbekel Desa Selemadeg, Wayan Arsawikanta mengatakan, bahwa program pemeliharaan sapi melalui sistem ngadas ini sudah sejak tahun 2020 lalu.

Dimulai saat pemerintah desa mencanangkan program ketahanan pangan, untuk mengentaskan kemiskinan. Implementasinya, menyalurkan bantuan sebanyak 14 ekor sapi kepada masyarakat.

Baca juga: WNA Punya Tanah di Bali, Anggota Komisi II DPR Soroti, BPN & Pemerintah Diingatkan Untuk Atensi

Baca juga: VIRAL di Medsos, Peserta Lomba Penjor Kreasi Pertanyakan Keputusan Juri, Serangkaian HUT Bangli

Pemerintah Kabupaten Tabanan, melihat program ngadas perkembangbiakan sapi di Desa Selemadeg yang efektif bantu perekonomian warga.
Pemerintah Kabupaten Tabanan, melihat program ngadas perkembangbiakan sapi di Desa Selemadeg yang efektif bantu perekonomian warga. (ISTIMEWA)

“Nah dari situ animo masyarakat ini cukup tinggi, sampai akhirnya menggunakan sistem ngadas ini.

Jadi melalui dana desa memberikan bantuan modal kepada masyarakat. Sekarang kami sudah memiliki 54 ekor sapi. Ini semua sistem pemeliharaannya dengan sistem ngadas," ucapnya Rabu 8 Mei 2024.

Kata Arsawikanta, program ngadas itu warga akan diberikan indukan sapi yang sudah siap beranak.

Setelah dipelihara kurang lebih enam bulan, induk sapi akan melahirkan dan anaknya akan dijual.

Dari hasil penjualan itu, 60 persen keuntungannya akan diberikan ke peternak dan dan 40 persen diberikan ke BUMdes.

Diakuinya, warga yang menerima program ini sebelumnya telah melalui survei kelayakan terlebih dahulu.

Hal itu dilakukan untuk memastikan program ini diberikan kepada warga yang benar-benar layak.

"Maksimal satu orang peternak diberikan dua ekor sapi dan sesuai aturan yang telah dibuat, setelah sapi tersebut beranak 10 kali maka nantinya induk akan dikembalikan ke BUMDes," katanya.

Menurut Arsa, kendala yang dihadapi selama empat tahun berjalan, yakni adanya sapi yang tidak bisa hamil sehingga harus dilakukan kawin suntik.

Ada dua ekor yang sampai sekarang tidak dapat bunting atau hamil. Pihaknya sudah melaporkan ke dinas terkait untuk meminta solusi.

Namun hingga saat ini belum bisa dilakukan kawin suntik. “Rencananya kami akan jual untuk ditukar dengan sapi lain.

Dan program ini memang diutamakan untuk warga kurang mampu di desa kami. Sehingga melalui program ini, perekonomian warga bisa terbantu.

Apalagi harga anakan sapi saat ini cukup mahal khususnya saat menjelang hari raya Idul Adha.

Anak sapi umur 6 bulan sejak lahir, sudah siap jual. Harganya berada di kisaran Rp4,5 juta untuk betina dan Rp6 juta untuk jantan," bebernya. (ang)

 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved