Berita Jembrana

60 Orang Kader Ditugaskan Jadi Konselor Sebaya di Jembrana, Upaya Cegah Kasus PPA Semakin Tinggi

konselor sebaya ini melibatkan masyarakat di semua jenjang termasuk anak dari jenjang SMP dan juga SMA.

Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan
Pemkab Jembrana saat menggelar pelatihan trauma healing terhadap kader PPA yakni konselor sebaya di Jembrana, Selasa 11 Juni 2024 kemarin - 60 Orang Kader Ditugaskan Jadi Konselor Sebaya di Jembrana, Upaya Cegah Kasus PPA Semakin Tinggi 

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Pemkab Jembrana melalui UPTD PPA menggelar melibatkan anak-anak yang tergabung dalam Forum Anak Daerah untuk upaya penanganan kasus perlindungan perempuan dan anak.

Salah satunya adalah dengan pelatihan trauma healing bagi mereka yang disebut sebagai konselor sebaya.

Tugasnya adalah untuk membantu melakukan edukasi, sosialisasi hingga pendampingan korban.

"Total ada 60 orang yang kita libatkan menjadi Konselor Sebaya. Mereka dari Forum Anak Daerah," kata Kepala UPTD PPA Jembrana, Ida Ayu Sri Utami Dewi saat dikonfirmasi, Rabu 12 Juni 2024.

Baca juga: Menteri PPA, Bintang Puspayoga Serahkan Bantuan Bagi Veteran Perempuan di Denpasar

Sri Utami menjelaskan, mereka akan bertugas sewaktu-waktu tergantung situasi dan kondisi di lapangan.

Sebab, konselor sebaya ini melibatkan masyarakat di semua jenjang termasuk anak dari jenjang SMP dan juga SMA.

"Seandainya ada temannya yang bermasalah atau menjadi korban baik itu di sekolah atau di lingkungan rumahnya, dia (konselor sebaya) bisa ikut untuk memberikan pendampingan juga," jelasnya.

Tugasnya adalah lebih banyak untuk membantu treatment, pemulihan dan pendampingan.

Sebab, tujuan dari pembentukan kader PPA ini sangat penting ke depannya.

Karena soal pendampingan akan lebih mudah diterapkan ketika dilakukan oleh sebayanya.

"Karena sesama anak-anak misalnya, akan lebih paham soal bahasa dan kejiwaan mereka. Sehingga lebih mudah melakukan pendekatan dan pendampingan," tegasnya.

Ia berharap, upaya pembentukan kader dengan nama konselor sebaya ini nantinya mampu memberikan edukasi, sosialisasi untuk pencegahan munculnya kasus terkait PPA.

Sebab, kita ketahui di lapangan banyak kasus muncul melibatkan anak karena yang bersangkutan atau korban ini tak memiliki tempat bercerita yang aman dan dapat dipercaya.

Apalagi sebagian anak yang terlibat tersebut cenderung tidak dibiasakan menceritakan masalahnya ke siapapun, artinya tidak terbiasa untuk berekspresi ke orang lain.

Sehingga dipendam sendiri dan akhirnya pecah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved