Berita Bali

Kadis ESDM Soroti Masyarakat Bali Lebih Suka Gunakan Sepeda Listrik Dibandingkan Motor Listrik

Kadis ESDM Soroti Masyarakat Bali Lebih Suka Gunakan Sepeda Listrik Dibandingkan Motor Listrik

Tribun Bali/I Wayan Erwin Widyaswara
PASAR POTENSIAL - Sebagai tujuan utama wisatawan asing di Indonesia, pasar Bali dianggap lebih matang untuk bisa menerima kehadiran motor listrik, yang dinilai lebih ramah lingkungan. Di Bali kini ada tiga pemain di pasar sepeda dan motor listrik, yaitu PT Sepeda Listrik, Volta Oto dan Wima. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Tren penggunaan kendaraan listrik mulai terjadi di masyarakat khususnya di Bali.

Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bali, Ida Bagus Setiawan, mengatakan sepeda listrik sebagai alat transportasi ramah lingkungan perlu diatur lebih ketat untuk memastikan keselamatan dan kepatuhan pada peraturan lalu lintas. 

“Saya sendiri juga sama itu, sepeda listrik kan salah satu opsi ya penggunaan transportasi ramah lingkungan cuma harus diatur karena fungsi sepedanya dari sisi kecepatan kemudian lajur yang digunakan. Cuma di lapangan anak-anak ini tanpa helm, kemudian di jalan raya jalan kabupaten harusnya di kawasan atau jalur sepeda," jelas, Setiawan pada, Sabtu 22 Juni 2024. 

Baca juga: Persaingan Panas Grup E Euro 2024: Belgia vs Rumania, Duel Penentuan Lukaku dkk di Piala Eropa

Setiawan mengakui bahwa saat ini belum ada data resmi mengenai jumlah sepeda listrik yang beredar. "Permasalahannya ini, kalau penjualan tidak ada kewajiban untuk melaporkan," ujarnya. 

Sebaliknya, untuk sepeda motor listrik, data dari Bapenda menunjukkan ada sekitar 6000 unit yang terdaftar.

"Yang terdata di Bapenda data terakhir 6000an cuma dengan Rencana Aksi Daerah Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (RAD KBLBB) masih jauh," tambahnya. 

Baca juga: 585 Orang Ikut Mabayuh Oton Madurgama Sapuh Leger di Desa Pemecutan Kaja, Ada 26 Jenis Bebayuhan

Pemerintah pusat telah mendorong penggunaan sepeda motor listrik, tetapi menurut survei yang dilakukan, masyarakat lebih tertarik pada sepeda listrik.

"Iya balik lagi kan beberapa responden yang kita lakukan kuesioner sebenarnya masalah dari sisi harga, walaupun pemerintah sudah merubah yang tadinya subsidi menjadi insentif tapi harga beli di konsumen masih tinggi, pembandingnya dengan konvensional.

Kemudian baterai jadi masalah, baterai ini tidak semua brand baterainya sama, ini jadi masalah juga nanti berapa lama tahan,” ucapnya.

“Kemudian ada baterai swap sama juga jaminannya apa, beda dengan konvensional yang sudah tahunan dan infrastrukturnya sudah eksis.

Ya ini tantangan, tantangannya pemerintah karena urusan KBLBB adalah kebijakan nasional jadi Bali salah satu percontohan berusaha menginventarisir dinamika di lapangan itu akan kita sampaikan ke pusat," tambahnya.  

Setiawan juga menyebutkan bahwa Pemerintah Provinsi Bali sedang berupaya untuk menginventarisir dinamika di lapangan terkait penggunaan sepeda listrik.

"Karena ini lokusnya di 9 kabupaten/kota kita akan coba melalui Dishub kabupaten/kota dan Disperindag bagaimana dari sisi penjualan dan penggunaan sambil jalan," ujarnya.

Terkait regulasi penggunaan sepeda listrik, Setiawan menekankan pentingnya edukasi dan sosialisasi yang lebih intensif.

"Ya itu edukasi yang kurang itu yang perlu semakin ditingkatkan sosialisasi edukasinya," pungkasnya. 

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan penggunaan sepeda listrik di Bali dapat lebih tertib dan aman, serta memberikan kontribusi nyata dalam upaya menjaga lingkungan.(*)

 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved